Senin, 13 April 2009

[daarut-tauhiid] Berjuang Mengemban Amanah



Berjuang Mengemban Amanah


"Hai orang-orang beriman, janganlah
kalian mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad saw.) dan janganlah kalian
mengingkari amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu sedang kalian
mengetahui" (Q.S. Al-Anfaal [8]:27).

Kita semua akan sangat kagum dan terharu mendengar kisah
bagaimana seorang nakhoda kapal yang sedang tenggelam berupaya sekuat tenaga
menyelamatkan para penumpangnya dan dia tidak mau meninggalkan kapal itu
sebelum seluruh penumpangnya selamat.

Kita pun akan terkesan mengenang perjuangan seorang ibu
yang anaknya bandel hingga harus dipenjara. Namun, dia tetap berjuang agar sang
anak tak putus asa. Dia terus membangun harapan bahwa hari esok, semua akan
menjadi lebih baik. Perbuatan buruk sang anak tentu sangat mencoreng kehormatan
orang tuanya. Akan tetapi, semua itu dipikul dengan sabar sebagai bentuk
tanggung jawab orang tua. Seburuk apa pun kelakuan anak, mau tidak mau dia
tetap darah dagingnya sendiri yang wajib dicucuri kasih sayang. Atau, boleh
jadi kenakalan anak itu bermula justru dari kelalaiannya sendiri dalam mendidik
anak-anaknya.

Banyak kisah yang membuat kita berdecak kagum yang
bertutur tentang pengorbanan seseorang yang bertanggung jawab, walaupun untuk
itu dia harus mempertaruhkan nyawa yang hanya satu-satunya yang ia miliki. Pada
saat yang sama, kita pun akan sama-sama merasa mual dan dongkol ketika
mendengar orang-orang yang tak bertanggung jawab. Begitu rendah dan
menjijikkannya sikap tidak bertanggung jawab itu. Seorang laki-laki secara tak
bertanggung jawab merusak kegadisan wanita. Seorang suami berselingkuh dan
menyia-nyiakan anak istrinya. Seorang ibu menelantarkan bahkan membunuh bayi
yang dilahirkan dari rahimnya sendiri. Seorang prajurit secara pengecut
meninggalkan medan tempur.

Pemimpin jahat tidak bertanggung jawab atas rakyatnya. Dia
bermegah-megah dan berleha-leha ketika rakyatnya mengerang kelaparan. Seorang
guru tak bertanggung jawab, mengabaikan tugas-nya mendidik generasi muda.
Seorang pedagang licik mencampur barang baik dengan barang buruk semata hanya
karena ingin meraup keuntungan setinggi-tingginya. Termasuk yang tak kalah
hina-dinanya adalah, seorang anak yang tak bertanggung jawab kepada kedua orang
tua yang telah bersusah payah membesarkannya dari kecil.

Kita harus mengevaluasi diri, sampai sejauh mana kesadaran
kita memikul amanah yang diembankan di pundak kita. Sejauh mana kita telah
gigih mempertanggungjawabkan semua itu? Banyak tanggung jawab yang sebenarnya
harus kita tunaikan. Sebagai manusia, kita perlu bertanya, apakah kita
berperilaku dan bermartabat layaknya manusia, atau kita justru berjasad manusia
namun berperilaku hewan? Sepanjang hari hanya sibuk memuaskan nafsu syahwat,
keserakahan, kebuasan, kelicikan dan aneka perilaku lain layaknya tingkah
binatang.

Sebagai Muslim kita wajib bertanya, apakah kita
benar-benar menjaga kehormatan selaku seorang Islam, ataukah perilaku kita
malah mencoreng kemuliaan Islam? Sebagai orang tua, kita perlu meraba hati,
jangan-jangan selama ini kita tidak serius mendidik dan memberi suri teladan
sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang berakhlak buruk. Bisa jadi
kitalah yang menjerumuskan anak-anak itu, bukan perilaku mereka sendiri.

Sebagai warga masyarakat, kita perlu merenung kembali,
jangan-jangan kita ini termasuk "sampah masyarakat." Jangan
menganggap sampah masyarakat itu orang miskin. Orang kaya, bergelar,
berkedudukan, berkuasa, namun kalau kelakuannya buruk, angkuh, sok pamer dan
tidak bermanfaat sedikit pun, dia bisa juga disebut sampah masyarakat! Orang
berada yang tak peduli kepada orang miskin dan justru mengeksploitasi keringat
orang miskin, maka dialah sampah masyarakat yang paling busuk.

Di atas hanyalah sebagian contoh dari tanggung jawab yang
bisa kita renungkan. Masih banyak aneka tanggung jawab lain yang mesti kita
pikul dalam kehidupan sehari-hari. Maka mulailah kita bangun akhlak kita dengan
bertanggung jawab terhadap amanah-amanah, sekalipun kecil nilainya.

Rawatlah tanggung jawab penampilan kita. Bersikaplah
manis, jangan sampai wajah kita tidak terkendali, selalu cemberut dan merusak
kehangatan suasana. Bertanggung jawablah terhadap kata-kata yang kita
keluarkan. Jangan bicara kecuali yang benar dan manfaat.

Bertanggung jawablah terhadap kebersihan lingkungan.
Jangan sekali-kali membuang sampah sembarangan. Mungkin kita bersih, tapi orang
lain jadi terkotori. Membuang sampah sembarangan bisa dikatakan sebagai salah
satu perilaku yang tidak bertanggung jawab.

Bertanggungjawablah selama di perjalanan. Jangan
menyerobot, tak mau antre, dan selalu berbuat bising di jalan. Nikmati hidup
tertib sebagai cerminan sikap tanggungjawab kita. Bertanggung jawablah atas
keamanan. Jangan sampai merugikan dan mencelakakan orang lain. Aturlah sikap
dan perilaku kita sehingga orang lain merasa aman dan nyaman dengan tingkah
laku kita.

Bertanggung jawablah dalam hal keuangan. Pastikan tidak
ada hak orang lain yang ada pada diri kita yang terambil secara yang tidak
halal. Hindari perilaku mark up, suap-menyuap, korupsi, mengambil
kembalian tanpa permisi, melalaikan utang dan perilaku-perilaku curang lain.
Pastikan tidak ada harta haram pada diri kita. Dengan perilaku ini, insya Allah,
kita akan sangat bahagia, terhormat, dan akan dicukupi rezeki oleh Allah SWT.

Bertanggungjawablah bila diberi amanah kedudukan dan
kekuasaan dengan berjuang serius memajukan kesejahteraan lahir batin seluruh
karyawan, memajukan perusahaan dan menguntungkan semua pihak. Dan jangan
sekali-kali secara curang mengorbankan amanah untuk kepentingan diri pribadi.
Itu adalah ciri khas orang curang yang akan gagal kariernya.

Dan bertanggung jawablah bila kita melakukan kesalahan.
Seberat apa pun hukuman dunia yang harus dipikul karena kesalahan itu, masihlah
lebih ringan dibandingkan hukuman berupa siksa Allah yang perihnya tiada terlukiskan
oleh gambaran apa pun. Yakinlah, manusia pada umumnya akan memaafkan bahkan
simpati kepada orang yang pernah berbuat salah, lalu sadar, bertobat dan
berusaha mempertanggungjawabkan kesalahannya. Mungkin saja tubuhnya menghadapi
hukuman, namun Allah dengan kemurahan-Nya akan mengampuni dan memulihkan nama
baiknya di dunia ini maupun di akhirat kelak. Wallahu a`lam.***

--------------sumber : eramuslim.com
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: