Rabu, 08 April 2009

[daarut-tauhiid] Tawassul




TAWASSUL

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada
jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. [QS. Al-Maidah: 35]

Tawassul berarti mengambil perantara. Bertawassul
dalam berdoa berarti kita mengambil sesuatu sebagai perantara dalam memohon
kepada Allah. Seseorang yang bertawassul tidaklah menggunakan perantara ini,
kecuali disebabkan kecintaannya kepada perantara itu dan keyaqinannya bahwa
Allah mencintai perantara itu. Dan orang yang bertawassul berkeyaqinan bahwa
yang mengabulkan do'a, yang memberi manfaat dan menghilangkan mudharat adalah
Allah, bukan orang yang dijadikan perantara tersebut. Sekiranya orang yang
bertawassul menganggap bahwa yang menghilangkan mudharat atau mendatangkan
manfaat itu adalah orang yang dijadikan perantara tersebut, maka ia telah
melakukan syirik.

Tawassul dengan Asma` dan Sifat Allah

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah
Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al-Asmaaulhusna
(nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu
dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu"
[QS. Al-Isra`: 110]

Diperintahkan kepada kita agar kita berdo'a
dengan menyebut Nama Allah atau Sifat-Nya seperti, "Yaa Razzaaq", atau "Wahai
Yang Mahakuasa", dsb. Para ulama sepakat akan
kesunnahan bertawassul dengan Asma` was Shifah.

Tawassul dengan Amal Sholih

Kita juga dibolehkan untuk bertawassul dengan
amal sholih sebagaimana yang dilakukan 3 orang yang terjebak dalam gua. Mereka
bertawassul dengan amal shalih mereka masing-masing. Yang satu bertawassul
dengan baktinya kepada orangtua, yang satu lagi bertawassul dengan sikapnya
yang menjauhi perbuatan keji, dan yang lainnya dengan sikap amanahnya terhadap
harta pegawainya. Para ulama sepakat akan hal
ini, dan hadits mengenai 3 orang tersebut adalah shahih. Hadits ini dapat
dilihat pada Shahih Bukhari juz 11 halaman 24 dan Shahih Muslim juz 2 halaman
488.

Tawassul dengan Minta Dido'akan

Dan kami tidak mengutus seseorang rasul,
melainkan untuk dita`ati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka
ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan
Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [QS. An-Nisaa`: 64]

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang
gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan
mendapat rezki. [QS. Ali 'Imran: 169]

Dalam Tafsir Al-Qurthuby dikisahkan mengenai
seseorang yang dia mendatangi qubur Nabi untuk dido'akan oleh Nabi agar Allah
mengampuninya. Maka tidaklah mengapa jika seseorang meminta untuk dido'akan
oleh Nabi, baik beliau masih hidup atau pun sudah wafat. Sebab sesungguhnya
beliau itu hidup di sisi Tuhannya. Setiap hari malaikat datang kepada beliau
saaw untuk melaporkan perbuatan ummat beliau. Jika baik amal mereka, beliau
bersyukur, dan bila buruk amal mereka, beliau memohonkan ampunan kepada Allah
bagi mereka. Adapun meminta dido'akan oleh orang yang masih hidup adalah boleh
tanpa ada perselisihan.

Tawassul dengan Nabi atau Orang Shalih

Dan setelah datang kepada mereka Al-Qur'an dari
Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka
biasa memohon untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah
datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar
kepadanya. Maka la`nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. [QS.
Al-Baqarah: 89]

Ayat ini menjelaskan tentang orang-orang Yahudi
sebelum Nabi Muhammad lahir, yang mereka bertawassul dengan Nabi akhir zaman
agar dimenangkan terhadap orang-orang non-Yahudi. Akan tetapi ketika Nabi
tersebut telah dibangkitkan, mereka ingkar kepadanya. Yahudi tahu betul bahwa
Nabi Muhammad adalah benar-benar Nabi yang dijanjikan. Mereka bertawassul
dengan Nabi Muhammad untuk mendapatkan kemenangan. Orang-orang Yahudi tidak
menghendaki ummat Islam bertawassul dengan Nabi Muhammad. Maka orang-orang
Yahudi menyusupkan ajaran kepada ummat Islam bahwa bertawassul dengan Nabi
Muhammad adalah bid'ah dholalah.

Kemudian tersebut dalam kitab hadits bahwasanya
Nabi SAAW pernah berdo'a dengan mengatakan, "Dengan haq Nabi-Mu dan Nabi-Nabi
sebelum aku." [HR. Imam Thabrani]

Dari Umar ra. Ia berkata: Rasulullah SAAW
bersabda, "Tatkala Adam melakukan kesalahan, dia berkata: "Wahai Rabbku, aku
memohon kepada-Mu dengan haq Muhammad akan dosa-dosaku, agar Engkau
mengampuniku." Lalu Allah berfirman: "Wahai Adam, bagaimana kamu mengenal
Muhammad sedang Aku belum menciptakannya (sebagai manusia) ?" Adam menjawab:
"Wahai Rabbku, tatkala Engkau menciptakanku dengan Tangan-Mu dan meniupkan
ruh-Mu ke dalam diriku, maka Engkau Mengangkat kepalaku, lalu aku melihat di
atas kaki-kaki arsy tertulis 'Laa Ilaaha illallaah Muhammadur Rasuulullaah'
sehingga aku tahu bahwa Engkau tidak menambahkan ke dalam Nama-Mu kecuali
makhluq yang paling Engkau cintai." Lalu Allah Berfirman: "Benar engkau wahai Adam,
sesungguhnya Muhammad adalah makhluq yang paling Aku cintai, berdoalah kepadaku
dengan haq dia, maka sungguh Aku Mengampunimu. Sekiranya tidak ada Muhammad,
maka Aku tidak menciptakanmu." [HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak juz 2 halaman
615, dan beliau mengatakan shahih. Juga Al-Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah.
Ibnu Taimiyah mengutipnya dalam kitab Al-Fatwa juz 2 halaman 150, dan beliau
menggunakannya sebagai tafsir/penjelasan bagi hadits-hadits yang shahih]

Dari Abu Sa'id Al-Khudry ra. berkata: Rasulullah
SAAW bersabda, "Barangsiapa keluar dari rumahnya untuk shalat, lalu membaca:
'Yaa Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan haq orang-orang yang
memohon kepada-Mu dan dengan haq perjalananku ini, karena aku tidak keluar
dalam keadaan kufur ni'mat, sombong, riya`, atau pun sum'ah, tapi aku keluar
karena takut murka-Mu dan karena mencari ridha-Mu, karena itu aku mohon
kepada-Mu kiranya Engkau memelihara aku dari neraka dan mengampuni dosa-dosaku,
sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.' Maka
Allah menghadap dengan wajah-Nya dan tujuh puluh ribu malaikat memohonkan
ampunan untuknya." [Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Nataaijul Afkar berkata: Hadits
ini adalah hasan, dikeluarkan oleh Ahmad ibnu Khuzaimah dalam kitab At-Tauhid, Abu
Naim dan Ibnus Sunni.]

Jadi adalah boleh bertawassul dengan para Nabi
dan orang-orang shalih sebab Allah mencintai mereka. Dan tidaklah kita harus
beri'tiqad bahwa kita sedang bertawassul dengan amal shalih kita berupa
kecintaan kita kepada nabi. Dan bolehnya perbuatan ini tidak bisa dihapus hanya
dengan persangkaan-persangkaan. Jika ada yang mengatakan bahwa keterangan yang
jelas ini telah dihapus, atau bahwa orang yang bertawassul itu harus beri'tiqad
bahwa ia sedang bertawassul dengan amal shalihnya berupa kecintaannya kepada
nabi, maka ia harus mengemukakan dalil yang jelas pula dari Al-Qur`an atau
hadits yang jelas dan shahih, bukan berdasarkan persangkaan seorang ustadz.
Jika yang menghapus itu adalah seorang ustadz tanpa nash yang jelas, kemudian ada
orang yang mengikutinya, maka pengikutnya itu perlu dipertanyakan imannya,
sebab pengikutnya telah mengangkat sang ustadz sebagai syari' (pembuat
syari'at) yang menghapus apa yang diajarkan oleh Rasul yang berasal dari Allah.

Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan
rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan)
Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha
Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa
yang mereka persekutukan. [QS. At-Taubah: 31]

Jika seseorang mengganti perkataan 'Ya Rabbi bil
Musthafa' dengan 'Ya Rabbi bit taqwana', maka aku bertanya, mana yang lebih
tinggi derajatnya di sisi Allah, Muhammad Al-Musthafa ataukah taqwa kita yang
tidak seberapa?

Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Syafi'i di
Makkah pada abad yang lalu berkata: "Kesimpulannya, bahwa menurut paham
Ahlussunnah wal Jama'ah adalah sah bertawassul dengan Nabi Muhammad SAW, baik
ketika hidup beliau, maupun sesudah beliau meninggal. Begitu juga boleh
bertawassul dengan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul yang lain, dengan auliya-auliya
dan orang-orang shalih sebagaimana dianjurkan oleh hadits-hadits yang telah
kami terangkan terdahulu. Kita kaum Ahlussunnah wal Jama'ah mengi'tiqadkan
bahwa tiada seorang pun yang dapat memberi efek, mengadakan, menjadikan,
meniadakan, memberi manfaatnya, memberi mudharat, kecuali hanya Allah Yang Maha
Esa saja, tidak bersekutu bagi-Nya. Kita tidak mempercayai Nabi mengadakan
ta'tsir (memberi efek), Nabi memberi manfaat pada haqiqat, memberi mudharat
dengan jalan mengadakan, memberi bekas/efek, dan juga tidak bagi lain Nabi,
baik orang yang telah mati maupun yang masih hidup. Maka tidak ada perbedaan
dalam soal ini dan dalam soal tawassul ini antara Nabi SAW dan Nabi-Nabi yang
lain, rasul-Rasul, Wali-Wali dan orang-orang shalih, tidak ada perbedaannya
hidup atau mati, karena mereka tidak menciptakan suatu juga, mereka tidak
berkuasa sama sekali, hanya berkat mereka diambil karena kekasih Allah;
mencipta dan mengadakan hanya milik Allah, Tunggal dan tidak bersekutu.
Orang-orang yang memperbedakan antara orang yang hidup dengan orang mati, maka
orang itu mengi'tiqadkan bahwa orang hidup bisa mencipta apa-apa dan orang mati
tidak bisa lagi. Kita berkeyakinan dan beri'tiqad bahwa yang menjadikan
tiap-tiap suatu adalah Allah, dan Allah itu menjadikan kita dan menjadikan
pekerjaan kita. (Lihat QS. 37: 96)

Orang-orang yang membolehkan tawassul dengan
orang yang masih hidup tetapi melarang tawassul dengan orang yang telah wafat
maka orang itu pada haqiqatnya telah masuk syirik dalam i'tiqad dan tauhid
mereka, karena mereka mengi'tiqadkan bahwa yang hidup bisa mencipta, sedang
orang yang telah wafat tidak bisa lagi. Orang-orang beri'tiqad macam itu,
bagaimana pula mereka mengatakan bahwa mereka memelihara tauhid, dan orang lain
dikatakannya telah masuk kepada syirik, sedang pada haqiqatnya merekalah yang
kemasukan syirik. Amat suci Engkau, ya Rabb! Itulah bohong mereka yang besar
(buhtaanun 'azhiim)." [Kitab "Syawahidul Haq" karangan Syeikh Yusuf bin Isma'il
an Nabbani hal. 159]

Istighatsah

Istighotsah atau meminta tolong kepada manusia
adalah boleh selama kita beri'tiqad bahwa pada haqiqatnya Allahlah yang memberi
pertolongan. Para shahabat pun pernah beristighatsah kepada Nabi dan paman
beliau, dan bahkan diantara mereka ada yang bersyair, "Kalau bukan kepada
engkau, kemana kami akan pergi. Kemanakah manusia akan meminta bantuan kalau
bukan kepada Rasul Ilahi." Akan tetapi Nabi tidak memarahi mereka, bahkan Nabi
berdo'a kepada Allah bagi mereka.

Dan dalam Injil Barnabas pasal 11 ada dikisahkan
mengenai orang yang berpenyakit kusta datang kepada Nabi Isa dan berkata,
"Tuan, berilah aku kesehatan." Nabi Isa mencelanya, "Kamu adalah bodoh,
berdoalah kepada Allah yang telah menciptakanmu, dan Dia akan memberimu
kesehatan, karena aku adalah seorang manusia seperti kamu." Orang itu menjawab,
"Saya tahu bahwa engkau adalah seorang manusia, tetapi engkau seorang suci
utusan Allah. Oleh sebab itu mohon engkau doakanlah kepada Allah, dan semoga
Dia berkenan memberikan daku kesehatan." Maka Nabi Isa berdoa, "Allah Tuhan
Mahakuasa, demi kecintaan para Nabi Suci, Engkau berilah kesehatan terhadap
orang yang sakit ini." Dalam hal ini ada istighotsah, tawassul dengan Asma dan
Sifat Allah, tawassul dengan meminta dido'akan, juga tawassul dengan para Nabi.

Wallahu a'lam.

www.whitekingdom.co.cc

__________________________________________________________
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: