Sabtu, 13 April 2013

[daarut-tauhiid] Keikhlasan, Penentu dalam Barisan Dakwah

Keikhlasan, Penentu dalam Barisan Dakwah

oleh: *Shalih Hasyim*

*DI MASYARAKAT *dikenal istilah, "*Teman senasib seperjuangan". *Istilah
ini biasa dipakai dalam ikatan persahabatan dan ikatan di masa-masa awal
perjuangan. Bisa terjadi pada hubungan ikatan pertemanan sekolah, ikatan
kerja bahkan ikatan dalam perjuangan dakwah.

Masa-masa awal perjuangan biasanya adalah masa-masa manis penuh kenangan
yang tak mudah begitu saja dilupakan. Maklum, masa awal biasanya penuh
perjuangan, prihatin bahkan berdarah-darah.

Seseorang/kelompok/perusahaan/lembaga bisa menjadi besar karena melewati
masa-masa manis seperti ini. Namun jangan keliru, kadangkala, perjalanan
manis itu banyak pula berbuah petaka yang justru menyebabkan perpecahan di
saat masa-masa sulit sudah terlewati.

Berapa banyak orang/kelompok/perusahaan pecah justru di saat mereka berada
di posisi puncak? Begitu pula yang terjadi pada kelompok-kelompok yang
bergelut pada lembaga dakwah dan perjuangan umat.

*Ikhlas, iman dan Thagha'*

**Salah satu pengganggu utama dalam perjuangan dakwah adalah masalah
keikhlasan. Tidak sedikit orang berubah pandangan dalam perjuangan dakwah
justru karena godaan yang satu ini. Tidak sedikit orang pecah dalam wadah
perjuangan hanya karena faktor keikhlasan.

Bahkan karena faktor-faktor kecil dan sepele saja, melupakan tujuan utama
dakwah dan sejarah perjuangan masa lalu mereka yang telah dikumpulkan
dengan berdarah-darah. Urusan jabatan, perbedaan tugas, kewajiban, gaji,
perolehan dll serta penyakit yang masuk kategori *thaqha *(melampau batas)
dan jenis penyakit hati, bisa mengganggu dan membuat berubahnya seseorang
dalam perjuangan dakwah.

Sesungguhnya, orang beriman itu lahir dan batinnya tidaklah ada perbedaan.
Karena iman itu perpaduan dari amalan hati, lisan dan anggota tubuh. Jika
iman sudah merasuk ke lubuk hati yang paling dalam, ketulusan dan kesejukan
hati akan muncul. Maka bahaya laten virus ruhani *"takatsur"* (saling
berebut pengaruh, jabatan, lahan pekerjaan, berebut massa dll) yang menjadi
pintu masuknya tiga penyakit berbahaya (*thoma'*yang diwariskan oleh Adam,
sombong yang diwariskan oleh setan dan hasud yang diwariskan oleh Qabil)
akan lenyap.

ÅöíøóÇßõãú æóÇáúßöÈúÑó ÝóÅöäøó ÅöÈúáöíúÓó Íóãóáóåõ ÇáúßöÈúÑõ ÃóáÇøó
íóÓúÌõÏó öáÂÏóãó æóÅöíøóÇßõãú æóÇáúÍöÑúÕó ÝóÅöäøó ÂÏóãó Íóãóáóåõ ÇáúÍöÑúÕõ
Úóáóì Ãóäú Âßóáó ÇáÔóÌóÑóÉó æóÅöíøóÇßõãú æóÇáúÍóÓóÏó ÝóÅöäøó ÇÈúäóíó ÂÏóãó
ÞóÊóáó ÃóÍóÏõåõãóÇ ÇúáÂÎóÑó ÍóÓóÏðÇ åõäøó ÃóÕúáõ ßõáøö ÎóØöíúÆóÉò (ÑæÇå ÇÈä
ÚÓÇßÑ Úä ÇÈä ãÓÚæÏ ÑÖí Çááå Úäå)

*"Waspada dan jauhi al-kibr (sombong), karena sesungguhnya Iblis terbawa
sifat al-kibr sehingga menolak perintah Allah subhanahu wa ta'ala agar
bersujud (menghormati) kepada Adam 'alaihis salam. Waspada dan jauhi
al-hirsh (serakah), karena sesungguhnya Adam 'alaihis salam terbawa sifat
al-hirsh sehingga makan dari pohon yang dilarang oleh Allah subhanahu wa
ta'ala. Waspada serta jauhi al-hasad (dengki), karena sesungguhnya kedua
putra Adam 'alaihis salam salah seorang dari keduanya membunuh saudaranya
hanya karena al-hasad. Ketiga sifat tercela itulah asal segala kesalahan
(di dunia ini)."* (HR Ibnu Asakir dari Ibnu Masud, dalam Mukhtaru
al-Ahadits).

Jadi, iman, *thagha *(melampui batas) termasuk penyakit hati lain tidak
akan dapat dikompromikan dan dipersandingkan hingga hari kiamat. Iman dan
thagha bagaikan air dan minyak tanah. Benturan peradaban yang dibangun
dengan hawa nafsu dan peradaban yang dibangun di atas nilai-nilai
keikhlasan akan terus berlangsung secara permanen.

Çäú áóãú ÊõÔúÛöáú äóÝúÓóßó ÈÇö áØÇÚóÉö ÔóÛóáóÊúßó ÈÇöáúãóÚúÕöíóÉö

Imam Syafii mengatakan, *"Jika jiwamu tidak sibuk dalam ketaatan, maka akan
menyibukkanmu dalam kemaksiatan."

*Karenanya, mustahil, ada dua perbuatan bertemu saling kontradiktif
(bertentangan) satu sama lain dalam satu rongga hati. Sebagaimana tidak
mungkin menyatunya al Haq dan al Bathil. Kebohongan dan kejujuran, keaslian
dan kepalsuan, keikhlasan dan riya' serta sum'ah.
ãøóÇ ÌóÚóáó Çááøóåõ áöÑóÌõáò ãøöä ÞóáúÈóíúäö Ýöí ÌóæúÝöåö

*"Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam
rongganya …"(QS. *Al Ahzab (33) : 4).

Sekalipun thagha dan penyakit hati itu abstrak, kita tidak dapat
mendeteksinya, tetapi efek yang ditimbulkannya dapat dirasakan dan
menimbulkan kontaminasi lingkungan sosial. Tagha disamping memberikan
dampak negatif kepada pelakunya, pula berdampak sosial. Kelemahan apapun
tidak dapat menghalangi seseorang untuk membangun sinergi kepada yang lain,
kecuali kelemahan thagha. Kita, sulit menyerap konsep perjuangan kita,
kemungkinan di dalam diri kita masih bersemayam sikap thagha.

*Indikator Keikhlasan*

Ada beberapa indikator perilaku thagha itu nampak pada pelakunya dan
bagaimana ia menyikapi dan menempatkan dirinya dan pandangannya ia dalam
menyikapi dan menempatkan orang lain. Di antara beberapa indikator yang
dijadikan standarisasi bahwa seseorang itu terbebas dari penyakit *thagha.*

*Pertama*: Khawatir terhadap popularitas dan keharuman nama pada dirinya
dan agamanya, terutama jika ia termasuk orang yang berpotensi. Ia meyakini
sepenuh hati bahwa Allah menerima amal berdasarkan niat (motivasi
intrinstik) yang tersimpan di dalam batin, tidak dengan penampilan dan
asesoris lahiriyah. Ia juga meyakini sekalipun ketenaran namanya telah
tersebar ke seluruh penjuru, ke sudut-sudut kota dan perkampungan, namun
tidak seorangpun yang bisa dijamin dapat membebaskan dan menebusnya serta
menyelamatkannya dari siksa neraka.

Fenomena inilah yang menyebabkan ulama salaf dan orang-orang shalih sebelum
kita takut terhadap fitnah ketenaran, tipuan pangkat, keharuman nama, dan
mereka juga memperingatkan kepada murid-muridnya dari hal-hal tersebut.
Imam Al-Ghozali telah meriwayatkan beberapa kisah tentang hal ini.

Ibrahim bin Adham (putra mahkota yang lebih memilih tinggal di pondok
pesantren), berkata : Tidak akan jujur kepada Allah Subhanahu Wata'ala
orang yang mencintai ketenaran.

Sulaim bin Hanzhalah berkata: Saat kami berjalan di belakang Ubai bin Kaab
ra tiba-tiba Umar ra melihatnya, lantas Umar mengangkat cemeti yang
diarahkan kepadanya. Maka Umar berkata, Wahai Amirul Mukminin, apa yang
hendak kamu lakukan? Umar ra menjawab: Ini merupakan kehinaan bagi yang
mengikuti dan yang diikuti.

Kisah tersebut menggambarkan ketajaman pandangan Umar bin Khathab tentang
suatu fenomena yang awalnya terlihat sederhana, namun dapat mengakibatkan
terjadinya hal serius dan berdampak krusial dalam diri orang-orang yang
mengikuti dan dalam diri para pemimpin yang diikuti.

Al Hasan meriwayatkan bahwa pada suatu hari Ibnu Masud keluar dari
rumahnya, lantas beberapa orang berjalan di belakangnya (mengikutinya).
Maka ia menoleh kepada mereka seraya berkata: Kenapa kalian mengikutiku?
Demi Allah, andai kalian mengetahui apa yang kurahasiakan, tentu tiada dua
orang pun dari kaian yang mau mengikutiku.

Al Hasan berkata: Sesungguhnya suara sandal di sekitar orang dapat
menggoyahkan hati orang yang bodoh.

Pada suatu hari Al Hasan keluar dari rumah, lantas diikuti oleh banyak
orang. Maka ia berkata kepada mereka : Aapakah kalian mempunyai suatu
keperluan? Bila tidak ada keperluan maka bukankah hal ini dapat menjadikan
hati orang beriman berbelok dari arah yang lurus?

Abu Ayyub As-Sikhtiyani keluar untuk melakukan sebuah perjalanan, lalu
beberapa orang mengikuti dari belakangnya. Maka ia berkata : Andai aku
tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui hatiku membenci hal ini, tentu aku
takut kemurkaan Allah Subhanahu Wata'ala.

Ibnu Masud berkata: Jadilah kalian sebagai sumber mata air ilmu,
lampu-lampu (cahaya) petunjuk, yang menetap di rumah-rumah, pelita di waktu
malam yang hatinya selalu baru, dan yang kusut pakaiannya. (Jadilah kalian)
orang yang dikenal oleh penduduk langit, tetapi tersembunyi dari penduduk
bumi.

Fudhail bin 'Iyadh berkata: Bila kamu mampu menjadi orang yang tidak di
kenal, maka lakukanlah. Sebab apa kerugianmu bila kamu tidak dikenal? Apa
kerugianmu bila tidak dipuji? Dan apa kerugianmu bila kamu menjadi orang
yang tercela di hadapan manusia, tetapi terpuji di hadapan Allah?

Riwayat-riwayat diatas jangan dipahami secara sempit dan sepotong-sepotong.
Bukan dipahami sebagai seruan untuk 'uzlah (mengisolir diri), sebab
orang-orang yang meriwayatkan kisah-kisah di atas adalah tokoh-tokoh dai
yang terjun di lapangan kehidupan, bergaul dengan masyarakat, para pemandu
kebaikan yang memiliki pengaruh yang signifikan dalam memberikan arahan dan
bimbingan di tengah-tengah masyarakat.

Akan tetapi secara keseluruhan harus dipahami sebagai kewaspadaan, terhadap
syahwat jiwa yang tersembunyi, dan kehati-hatian terhadap pntu-pintu dan
jendela-jendela yang dapat dilalui setan menembus hati nurani.

Pada prinsipnya popularitas itu bukan suatu hal yang tercela, sebab tiada
yang lebih terkenal melebihi dari para Nabi dan Khulafaur Rasyidin. Karena
itu, ketenaran yang tidak dipaksakan (tidak disengaja) dan bukan didasari
oleh ambisi, tidak dipandang sebagai suatu cacat.

Imam Al Ghozali mengatakan : (Ketenaran itu) fitnah bagi orang-orang yang
lemah (keimanan), dan tidak demikian bagi orang-orang yang kuat
(keyakinannya kepada Allah Subhanahu Wata'ala).

*Kedua: *Orang yang ikhlas selalu menuduh dirinya teledor dalam menunaikan
hak-hak Allah Subhanahu Wata'ala dan teledor dalam melakukan berbagai
kewajiban. Hatinya tidak dirasuki oleh perasaan ghurur (tertipu) dan
kekaguman terhadap diri sendiri, bahkan ia selalu takut jika
kesalahan-kesalahannya tidak diampuni, dan amal shalihnya tidak diterima
oleh Allah Subhanahu Wata'ala.

Dahulu, sebagian orang shalih menangis pilu saat sedang sakit, lalu
sebagian orang menjenguknya dan bertanya : Mengapa engkau menangis? Padahal
engkau ahli puasa dan shalat malam, engkau telah berjihad, bersedekah,
berhaji, mengajarkan ilmu, dan berdzikir. Ia enjawab : Siapa yang dapat
menjamin bahwa itu semua memperberat timbangan amal baikku, dan siapa yang
menjamin bahwa amalku di terima di sisi Tuhanku? Sedangkan Allah berfirman:

æóÇÊúáõ Úóáóíúåöãú äóÈóÃó ÇÈúäóíú ÂÏóãó ÈöÇáúÍóÞøö ÅöÐú ÞóÑøóÈóÇ ÞõÑúÈóÇäÇð
ÝóÊõÞõÈøöáó ãöä ÃóÍóÏöåöãóÇ æóáóãú íõÊóÞóÈøóáú ãöäó ÇáÂÎóÑö ÞóÇáó
áóÃóÞúÊõáóäøóßó ÞóÇáó ÅöäøóãóÇ íóÊóÞóÈøóáõ Çááøåõ ãöäó ÇáúãõÊøóÞöíäó

*"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil)
menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka
diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima
dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!".
berkata Habil : "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari
orang-orang yang bertakwa.*" (QS: Al Maidah (5) : 27).


At Tirmidzi meriwayatkan bahwa Aisyah ra berkata : Saya bertanya kepada
Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi Wassalam tentang ayat :

æóÇáøóÐöíäó íõÄúÊõæäó ãóÇ ÂÊóæÇ æøóÞõáõæÈõåõãú æóÌöáóÉñ Ãóäøóåõãú Åöáóì
ÑóÈøöåöãú ÑóÇÌöÚõæäó

*"Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan
hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan
kembali kepada Tuhan mereka."*(QS: Al Mukminun (23) : 60).

Maksudnya, karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk
dihisab, maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian
(sedekah-sedekah) yang mereka berikan, dan amal ibadah yang mereka kerjakan
itu tidak diterima tuhan.

Aisyah berkata : Apakah mereka itu orang yang meminum khamar dan mencuri ?.
Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi Wassalam menjawab: Tidak, wahai
putri Abu Bakar Ash Shiddiq. Mereka adalah orang-orang yang berpuasa,
shalat, dan bersedekah. Tetapi, mereka takut kalau amal mereka tidak
diterima (oleh Allah Subhanahu Wata'alaSubhanahu Wata'ala). Mereka inilah
orang-orang yang bersegera menuju kepada berbagai kebajikan.

*Ketiga: *Orang yang tulus lebih mencintai amal yang tersembunyi daripada
amal yang diliputi oleh hiruk-pikuk publikasi dan gaung ketenaran.

Ia lebih mengutamakan menjadi seperti akar pohon dalam suatu jamaah, akar
itulah yang menjadikan pohon tegak dan hidup, akan tetapi ia tersembunyi di
dalam tanah, tidak terlihat oleh mata manusia. Ia ingin seperti binatang
penyu. Jika ia bertelur di tempat yang sepi, dapat menghasilkan 500-3000
buah. Setelah bertelur ia menyembunyikan diri. Berbeda dengan ayam, baru
bertelur satu buah ia berteriak dengan keras.

Dari Umar bin Khathab ra pada suatu hari ia keluar menuju masjid Rasulullah
Muhammad Shallallahu 'alaihi Wassalam Shallallahu 'alaihi Wassalam
tiba-tiba ia menjumpai Mu'adz bin Jabal ra yang sedang duduk dan menangis
di dekat makam Nabi Shallallahu 'alaihi Wassalam. Maka Umar bertanya
kepadanya, apa yang menyebabkanmu menangis? Mu'adz menjawab : Saya menangis
karena (ingat) sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah Muhammad Shallallahu
'alaihi Wassalam Shallallahu 'alaihi Wassalam. Saya mendengar Rasulullah
Muhammad Shallallahu 'alaihi Wassalam Shallallahu 'alaihi Wassalam
bersabda: Sesungguhnya riya' (beramal karena mencari pujian manusia) yang
sangat kecil itu termasuk kemusyrikan. Dan sesungguhnya barangsiapa yang
memusuhi wali Allah, maka berarti menantang perang dengan Allah.
Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata'alamencintai orang-orang yang baik, yang
bertakwa, dan tersembunyi. Yaitu orang-orang yang bila tidak ada, tidak
dicari, dan bila sedang hadir tidak dipanggil dan tidak dikenal. Hati
mereka adalah lampu-lampu (cahaya) penerang. Mereka keluar dari malam yang
gelap gulita." (HR. Ibnu Majah).

*Keempat*: Amalnya ketika memimpin dan saat menjadi anggota tidak berbeda,
selama keduanya masih dalam rangka memberikan pelayanan pada gerakan
dakwah. Hatinya tidak dirasuki suka tampil, selalu ingin di depan, selalu
ingin number one, dan ambisi kepemimpinan, bahkan orang yang hatinya bersih
lebih mengutamakan menjadi anggota biasa, karena khawatir tidak dapat
menunaikan kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab kepemimpinannya. Dengan
kata lain, orang ikhlas tidak ambisius terhadap jabatan untuk dirinya,
tetapi jika diberi amanah, ia menerimanya dengan penuh tanggung jawab dan
memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu Wata'ala.

Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi Wassalam menjelaskan profil
manusia seperti itu dalam salah satu sabdanya : Berbahagialah seorang hamba
yang memegang tali kudanya di jalan Allah, rambutnya acak-acakan, dan dua
kakinya berdebu. Bila ia (ditugaskan) di pos penjagaan, maka ia di pos
penjagaan tersebut, dan bila (ditempatkan) di barisan belakang, maka ia
tetap di barisan belakang tersebut .........(*Fathul Bari*: 6/95, Nomor :
2887).

Contoh keikhlasan memimpin dan dipimpin dalam sejarah Islam adalah apa yang
dilakukan oleh Khalid bin Walid ra.

Saat datang kepadanya surat penggantian dirinya sebagai panglima dari
Amirul Mukminin, Umar bin Khathab. Karena kemaslahatan tertentu, maka
Khalifah Islam II itu memerintahkan Khalid agar menyerahkan jabatannya
kepada Abu Ubaidah Amir bin Jarrah ra. Padahal saat itu bendera sedang
berada di tangan Khalid dan kaum Muslimin tengah memasuki kancah
pertempuran yang terdahsyat dalam potongan sejarah Islam.

Pasukan Islam tidak lebih dari 40.000 personil itu harus melawan pasukan
kuat dari Persia dan Romawi yang jumlahnya tidak kurang dari 200.000
personil. Akan tetapi bendera tidak bergeser sedikit pun di tangannya. Dan
perang tidak terhenti gara-gara masalah besar yang berkecamuk dalam
jiwanya, ia melanjutkan peperangan hingga kemenangan berada di pihak
pasukan Allah Subhanahu Wata'ala.

Setelah itu, sebelum ia masuk ke dalam kemahnya, ia memanggil anak buahnya
Abu Ubaidah di hadapan seluruh pasukan, lalu ia menyerahkan bendera,
memakaikan sorban kepemimpinan dengan tangannya sendiri, lalu membacakan SK
khalifah. Kemudian ia berkata kepada Abu Ubaidah: "Saya adalah prajuritmu
yang siap mendengar dan taat, wahai Abu Ubaidah." Maka, peristiwa itu
menjadi teladan di sepanjang sejarah Islam.

Sungguh, indah gambaran yang diungkapkan oleh seorang penyair Mesir, Hafizh
Ibrahim tentang peristiwa tersebut!

Tanyakan penakluk Persia dan Romawi, apakah dia puas
Pada penaklukan, cukupkah baginya kemenangan beruntun (70 kali pertempuran)
Ia berperang, dan kuda Allah Subhanahu Wata'alaitu telah mengukir
Kemenangan gemilang di ubun-ubunnya
Tiada suatu negara pun kecuali mendengarnya
Allahu Akbar, menggema di setiap penjurunya
Khalid di jalan Allah, tengah menunggangnya
Dan Khalid di jalan Allah, tengah mengendalikannya
Tiba-Tiba datang kepadanya perintah khalifah, maka ia terima dengan legowo
Dan kebanggaan terhadap jiwa, tidak membuatnya terluka (tersinggung).

Ketika prajuritnya bertanya kepada Khalid tentang kebijakan Khalifah,
Apakah anda tidak kecewa dan tersinggung dengan kebijakan Amirul Mukminin
yang terkesan mendadak itu! Khalid menjawab: Aku berperang karena Allah
Subhanahu Wata'ala. Bukan karena pemimpin saya, Umar bin Khathab.

*Kelima*: Tidak menggubris keridhaan manusia, bila dibalik itu terdapat
kemurkaan Allah Subhanahu Wata'ala. Sebab tabiat manusia berbeda-beda.
Demikian pula cara berpikirnya, kecenderungannya, dan
tujuan-tujuannya.Upaya mencari keridhaan mereka adalah batas yang mustahil
dapat dicapai. Orang yang ikhlas tidak disibukkan oleh hal-hal yang sepele
itu. Ia tenang, kontak batin dengan Allah Subhanahu Wata'ala. Seperti ahli
syair yang mengungkapkan kecintaannya kepada Allah Subhanahu Wata'ala.

Dengan-MU ada kelezatan meski hidup terasa pahit
Kuharapkan ridha-MU meski seluruh manusia marah
Kuharapkan hubunganku dengan-MU tetap harmonis
Meski hubunganku dengan seluruh alam berantakan
Bila cinta-MU kudapatkan, semua akan terasa ringan
Sebab, semua yang diatas tanah adalah tanah belaka.

*Keenam*: Kemurkaan dan keridhaannya, keengganan dan kesukaannya untuk
memberi didasari karena Allah Subhanahu Wata'ala dan dalam timbangan agama.
Bukan untuk kepentingan dirinya sendiri. Orang ikhlas tidak seperti orang
munafik yang hanya meraih kepentingan pribadi.

æóãöäúåõã ãøóä íóáúãöÒõßó Ýöí ÇáÕøóÏóÞóÇÊö ÝóÅöäú ÃõÚúØõæÇú ãöäúåóÇ ÑóÖõæÇú
æóÅöä áøóãú íõÚúØóæúÇú ãöäåóÇ ÅöÐóÇ åõãú íóÓúÎóØõæäó

*"Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat;
jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika
mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka
menjadi marah."* (QS: At Taubah (9) : 58).

Kita dapat melihat orang yang berguguran di medan perjuangan karena memknai
berjuang (mencari baju dan uang), atau dicela oleh saudaranya, teman
dekatnya dan kerabatnya. Atau mendengarkan kata-kata yang melukai dan
menyakiti perasaannya.

Keikhlasan niat menjadikan seseorang tetap teguh, konsisten, komitmen di
jalan perjuangan, sekalipun parah kerusakan yang ada di dalam barisan
dakwah, karena ia beramal hanya untuk Allah Subhanahu Wata'ala. Bukan
untuk kepentingan dirinya dan orang-orang terdekatnya. Dakwah adalah milik
Allah Subhanahu Wata'ala bukan milik seseorang. Maka orang yang ikhlas
tidak meninggalkan perjuangan hanya karena sikap seseorang.

*Ketujuh*: Orang yang ikhlas tidak stagnan, jenuh, malas, berputus asa,
karena panjangnya jalan yang akan dilalui, lamanya waktu memanen buah amal,
tertundanya keberhasilan, banyaknya cita rasa dan kecenderungan. Sebab, ia
beramal bukan semata-mata mencari kesuksesan, atau kemenangan. Akan tetapi
ia beramal untuk mencari ridha Allah Subhanahu Wata'ala. Dan menjalankan
perintah-Nya.

Pada suatu hari nanti, Allah Subhanahu Wata'ala tidak akan menanyakan
kepada manusia, mengapa kalian tidak memperoleh kemenangan? Akan tetapi
Allah Subhanahu Wata'ala akan bertanya, "Mengapa kalian tidak berjihad?"
Allah Subhanahu Wata'ala tidak menanyakan, "Mengapa kalian tidak sukses?"
Tetapi, Allah akan bertanya, "Mengapa kalian tidak beramal?"

*Kedelapan*: Bergembira dengan munculnya orang-orang yang berprestasi di
dalam barisan dakwah, yang dapat mengibarkan bendera jihad serta
berpartisipasi di dalamnya. Ia memberi kesempatan yang seluas-luasnya
kepada setiap orang yang berbakat untuk menggantikan posisinya, tanpa
sedikitpun menghalang-halangi, tanpa ada rasa keberatan, kedengkian. Bahkan
orang yang ikhlas akan *legowo *(ridha) meninggalkan posisinya, bila ada
orang lain yang lebih baik dan lebih kompeten untuk kedudukannya itu. Ia
mempersilahkan orang tersebut maju, dan ia akan mundur dengan senang hati.*

*Penulis adalah kolumnis
hidayatullah.com<http://www.hidayatullah.com/read/27955/02/04/2013/undefined>,
tinggal di Kudus, Jawa Tengah
*

*
*
*sumber:*

http://www.hidayatullah.com/read/27955/02/04/2013/keikhlasan,-penentu-dalam-barisan-dakwah-(2).html


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

1 komentar:

Anonim mengatakan...

The Department of Biotechnology, Ministry
of Science and Technology under the Government of India is responsible
for the regulation, formulation and implementation of biotechnology courses in India.
Russian Prime Minister Vladimir Putin emphasized
this commitment, "We have allocated substantial resources for the development of such promising areas as nano-and biotechnology, nuclear energy, aerospace and other research. Bioaugmentation is the procedure chosen if the treatability study of groundwater comes back with no signs of degradation, or an extended time before degradation is found.

Take a look at my homepage; Biotechnology and Bioengineering