Kamis, 18 Juli 2013

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3737

3 New Messages

Digest #3737
1a
(Kolom) Tukang Sampah Jadi Guru by "Yons Achmad" freelance_corp
1b
Re: (Kolom) Tukang Sampah Jadi Guru by "Sismanto" siril_wafa
2
Dibuka: Sekolah Politik Institut Peradaban by "Yons Achmad" freelance_corp

Messages

Wed Jul 17, 2013 10:00 pm (PDT) . Posted by:

"Yons Achmad" freelance_corp

*Tukang Sampah Jadi Guru*
:yons achmad*

Namanya Pak Jumino, asli Wonosari. Saya berkenalan dengannya saat
perjalanan pulang menuju Magelang. Untuk berdoa ke makam almarhum ibu
saya yang meninggal di usia 48 tahun. Ya, sebelum puasa saya memang
menyempatkan diri pulang ke lereng gunung Merapi itu. Lagaknya sih sebagai
penebus "Dosa". Maklum, dulu belum kesampaian ngajak jalan-jalan dan
mentraktir makan dengan gaji pertama. Sudah keburu dipanggil Tuhan emak
saya. Maka, saya berdoa agar dia bahagia bersamaNya.

Pak Jumino, orangnya, ya lumayan komunikatif. Pertama kali ketemu langsung
enak diajak ngobrol. Dia bercerita tentang bagaimana kehidupan susahnya
dulu. Datang ke Jakarta modal nekat. Pertamakali bekerja sebagai tukang
gali dan uruk proyek jalan. Hanya bertahan beberapa bulan saja. Kemudian,
dia memilih menjadi tukang sampah.

Saat menceritakan kisahnya ketika menjadi tukang sampah, bicaranya lirih,
wajahnya agak pilu, mungkin karena kembali mengingat masa lalu, nafasnya
berat, kemudian berkata pelan "Mas, kadang saya merasa sedih kalau ada
tukang sampah yang dibentak-bentak, karena saya pernah mengalaminya".
Mendengar kisahnya, saya hanya berusaha menyimak saja.

Menjadi tukang sampah, barangkali memang bukan pilihan profesi atau
pekerjaan. Tapi, itulah yang dilakukan Pak Jumino karena memang belum punya
gambaran pekerjaan apa yang bisa membuatnya hidup secara layak. Bahkan,
kerap dirinya merasa minder dengan pekerjaan tersebut. Tapi, apa mau
dikata, nasib sedang menyambanginya dan pekerjaan itu yang dia dapatkan.
Mau tak mau harus dijalani.

Begitulah Pak Jumino. Tahun 70-an dia datang ke Jakarta. Memang, sudah
pegang ijasah Sekolah Pendidikan Guru (SPG), tapi dia tak mau jadi guru.
Maklum, gaji guru waktu itu rendah sekali. Belum ada model sertifikasi
seperti sekarang yang menjadikan profesi guru bisa hidup berkecukupan.
Sampai, suatu kesempatan, derajat guru sudah mulai membaik, terutama
persoalan gajinya. Dan, diapun mendaftar sebagai guru SD di daerah Condet.

Diterima, dan melakoni pekerjaannya sampai sekarang.

Kini, hidupnya sudah tenang. Satu istri, dua anak laki-laki yang salah
satunya sudah lulus sarjana. Hidupnya sudah bahagia. Ketika saya tanya ada
urusan apa pulang, dia juga sama, menengok orang tuanya yang alhamdulillah
masih hidup. Setelah dia selesai bercerita, lantas menanyakan apa
pekerjaan saya sekarang. Saya bilang mengelola biro konsultan media:
membuat website, majalah perusahaan, biografi dan kisah sukses perusahan
atau menjadi "tukang publikasi" alias "publicist" tokoh, event atau
produk-produk komersial. Agak pusing rupanya dia dengan penjelasan saya.

Tapi, kemudian dia berpesan apapun kerjaan sekarang, kerjakan pekerjaan itu
dengan sebaik-baiknya. Dan kudu banyak bersyukur sudah punya pekerjaan,
karena masih banyak orang stress tidak punya pekerjaan. Saya hanya bisa
tersenyum mendengar petuah bijaknya. Sambil diam-diam, dalam hati saya
bilang "Siap Pak".

Tebet, 18 Juli 2013

*Penikmat secangkir teh

http://kanetmedia.com
http://wasathon.com
http://penakayu.blogspot.com

Wed Jul 17, 2013 11:18 pm (PDT) . Posted by:

"Sismanto" siril_wafa

Makasih menu bacaannya Mas, bisa jadi penyemangat di tengah kejenuhan yang
membuncah di diklat..

Salam,
Sis

2013/7/17 Yons Achmad <senjakarta@gmail.com>

> **
>
>
> *Tukang Sampah Jadi Guru*
> :yons achmad*
>
> Namanya Pak Jumino, asli Wonosari. Saya berkenalan dengannya
>

Wed Jul 17, 2013 11:21 pm (PDT) . Posted by:

"Yons Achmad" freelance_corp

Seandainya Anda terpilih dalam pemilu, apakah Anda yakin sanggup
menjalankan tugas sebagai politisi pilihan rakyat?

Guna memenangi pemilu, merebut suara publik, Anda memerlukan taktik jitu
untuk mendapatkan dukungan konstituen sebesar mungkin. Untuk itu Anda harus
tahu corak, karakter, dan kecenderungan konstituen Anda. Sebagai contoh,
masyarakat perkotaan (urban) berbeda dengan masyarakat pedesaan (rural).
Anda wajib memahami masalah-masalah yang dihadapi konstituen Anda.

Untuk itu diperlukan persiapan yang bisa Anda dapatkan pada pelatihan
praktek politik praktis yang diselenggarakan oleh School of Politics
Institut Peradaban.

Pelatihan diadakan dengan metode coaching dan mentoring. Coaching yang
dilaksanakan secara privat merupakan metode pelatihan intensif untuk
menggali potensi setiap individu. Target metode itu adalah agar para
peserta sanggup tampil seoptimal mungkin. Adapun mentoring dilaksanakan
secara kelompok dalam kelas interaktif dengan jumlah peserta terbatas.

*PESERTA*

Calon dan Anggota Legislatif Pusat, Daerah Tingkat I dan Daerah
Tingkat II
Calon Gubernur, Walikota, dan Bupati
Calon dan pengurus asosiasi, seperti HIPMI, HKTI, dll.

* PENGAJAR*

Pror. Dr. Salim Said, Prof.Dr. Jimly Ashiddiqi, Prof. Dr.A. Dahana, Prof.Dr
Taufik Abdullah, Faisal Basri MA, Wiryono Sostrohandoyo, Dr. Ir. Akbar
Tandjung, Dr. Ir. Burhanuddin Abdullah, Slamet Effendi Yusuf, serta para
praktisi dan ahli lainnya yang memiliki kompetensi tinggi di bidang
masing-masing.

Keterangan dan brosur lengkap bisa didapatkan dengan menghubungi
082123147969 (Yons Achmad/Publicist) atau admin@institutperadaban.org.

salam
yons achmad
publicist @kanetmedia
http://kanetmedia.com
082123147969
pin: 2677f8ac

Tidak ada komentar: