Oleh: KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)
 
Wahai Allah yang Maha Menatap,Berkahi majelis ini. Jadikan majelis ini,  menjadi mejelis yang benar-benar Engkau Sukai. Jadikan pertemuan ini  (membuat) kami semakin mengenalMu, semakin yakin padaMu, semakin  bersungguh-sungguh padaMu. Wahai yang Maha Tahu semua ilmu, Karuniakan  kepada kami ilmu yang membuat hidup kami lurus di jalanMu. Ilmu yang  bisa menyampaikan kami (untuk) bisa bertemu denganMu. Kami berlindung  kepadaMu dari ilmu amal yang tiada Engkau Sukai. Engkaulah pemilik  kebenaran, Ya Allah. Engkaulah pemilik hati kami, Engkaulah yang Kuasa  Menghujamkan hati siapapun yang Engkau Kehendaki. Engkaulah yang  Melindungi dari setiap ilmu, amal yang tiada Engkau sukai. Cukuplah  Engkau bagi kami. Hasbunallah wa nimal wakil, nimal maula wa niman  nashir. Amin ya Allah ya Rabbal 'alamin. 
    
  
 Apakah Allah sedang memperhatikan kita? Pasti… Apakah Allah sedang  Menyaksikan pertemuan ini? Wallahu kabirun bima ta malun, "Dan Allah  Maha Mengetahui apapun yang kamu lakukan". Apakah Allah sedang  mendengarkan setiap yang terucap? Pasti. Allah sami'un alim. "Allah Maha  Mendengar dan Maha Tahu". Apakah Allah jauh atau dekat? Wahuwa ma akum  ainama kuntum. "Dan dia bersamamu di manapun kamu berada". Laisa  kamislihi syaiun. "Tetapi Allah tidak menyerupai dan tidak diserupai  apapun". Siapa yang mengurus diri kita setiap saat kalau bukan Allah?  Kita tidak tahu apa-apa tentang tubuh kita ini. Apakah Allah Tahu apapun  yang kita lakukan? Apakah Allah Menyaksikan ketika kita berbuat  maksiat? Jawab… Kenapa belum diazab? Padahal dosa kita banyak… Allah  Maha Pengampun, Maha Sabar, Maha Penyantun. Malah dituntun kita (supaya)  bisa berkumpul di tempat ini. Apakah Allah Tahu setiap ongkos yang  dikeluarkan (untuk) datang ke sini? Kira-kira diganti tidak oleh Allah?  Yang Ngongkosin juga Allah. Ngarep-ngarep ganti (tersenyum). Seperti  umroh, Allah Yang Ngongkosin, malah minta ganti. Diongkosin aja udah  untung. 
  
 Sholat Khusyuk? Kenali Allah
 Nah saudaraku sekalian, Man yuridillahu bihi khairan yufaqqihu fiddiin.  "Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan padanya, Allah akan  Memberikan kepahaman di hatinya terhadap agama". Jadi kalau Allah suka  kepada seorang hamba, maka Allah akan membuat hamba ini paham terhadap  agama. Dan di antara kepahaman terhadap agama, ada kepahaman yang paling  besar, ilmu yang paling agung, kepahaman yang paling utama, kepahaman  yang paling hebat, kepahaman yang paling besar adalah kepahaman tentang  Allah. Itulah yang termahal. Itulah pondasi. Orang yang paling beruntung  adalah orang yang oleh Allah dibuat dirinya kenal kepada Allah,  Pencipta alam semesta. Semua ilmu yang lain kalau tumbuh di atas pondasi  kenal Allah, yakin Allah, sekecil apapun ilmu (jadi) manfaat. Tapi  sehebat apapun ilmu (tapi) tidak kenal Allah, itu ilmu bisa merobohkan  dirinya. 
 
 Amal sesederhana apapun, asal niatnya benar lillahi ta'ala, di jalan  Allah, jadi. Amal sehebat apapun, kalau tidak kenal Allah, tidak jadi.  Islam tegak dalam rukun Islam. Yang pertama Syahadat: Asyhadu anlaa  Ilaaha Illallaah "Saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah." Bagaimana  mau bersaksi bisa bagus kalau (ke) Allahnya tidak kenal? Kita kenal  uang, kita kenal harta, kita kenal gelar, kita kenal pujian,  penghormatan. Bagaimana semua ini tidak jadi Tuhan (uang, pujian, dll)?  Kalau tidak kenal Allah. Jadi walaupun kita syahadat, tapi belum kenal  Allah, (artinya) masih menuhankan. Kita menuhankan uang, menuhankan  penampilan, menuhankan pujian. Di sininya (Aa menunjuk ke hati) Tuhannya  masih belum Allah walaupun di sininya (Aa menunjuk ke mulut), Asyhadu  anlaa Ilaaha Illallaah. (Itu) baru di sini (Aa menunjuk ke mulut), belum  di sini (Aa menunjuk ke hati). Karena ini (Aa menunjuk ke hati) harus  kenal kepada Allah. Sholat khusyuk. Apakah kita sudah pernah khusyuk  dalam hidup? Jawab… seriiing. Kita ini sering khusyuk di hadapan calon  mertua, sampe gini (Aa menyontohkan sikap menunduk sambil  angguk-angguk). Di hadapan atasan, khusyuk… Mau pinjam uang, khusyuk…  Khusyuk tuh bukan hal yang susah. Khsuyuk itu bukan hal yang jauh,  khusyuk itu bukan hal yang rumit. Sodara ini (sambil menunjuk para  jamaah) juga sedang khsuyuk. Beberapa khusyuk sekali, saya lihat. Jadi  khusyuk itu sebenarnya bukan hal yang aneh bagi kita. Tapi kenapa waktu  sholat tidak khusyuk? Kenapa? Karena belum kenal Allah… Kenal dengan  manusia (yang) galak saja, khusyuk. Atasan yang galak saja kita khusyuk,  takut berbuat kesalahan, karena kita tahu sanksi. Mau melamar anaknya,  kita khusyuk, saat bertemu dengan calon mertua karena kita kenal  syareatnya (yang) menentukan jadi tidaknya (lamaran diterima atau  ditolak) adalah calon mertua. Waktu pinjem uang, khusyuk, karena dia  (peminjam uang) yang bisa memenuhi (peminjaman). Bagaimana mungkin tidak  khusyuk bagi yang kenal Allah? Jangankan sedang sholat, sedang tidak  sholat juga khusyuk. Tiap saat merasa dilihat Allah, pasti jaga diri,  nih. Tiap saat merasa didengar Allah, nggak sembarang bicara. Tiap saat  merasa tahu Allah Mengetahui isi hatinya, susah. Allah Tahu rahasia,  tidak bisa main-main. Jadi kalau ada yang bertanya, "Bagaimana supaya  sholat saya bisa khusyuk?" Kenali Allah! Yakin ke Allah! Khusyuk itu  akan datang dengan sendirinya. Walaupun kita tahu teori khsuyuk tapi  (ke) Allahnya tidak kenal, tetep… susah… Paling berusaha khusyuk,  harusnya khusyuk tuh datang sendiri. Iya, kan?! Apakah sodara di depan  calon mertua berusaha khusyuk atau khusyuk sendiri? Jawab… khusyuk  dengan sendirinya, kan? Kalau kita di depan orang yang kita segani, kita  hormati, itu tidak diusahakan penghormatan itu, lahir dari diri.  Khusyuk tuh begitu, lahir dengan sendirinya.
 
 Kenal Allah, Nggak Ngarep sama Orang
 Rukun iman, iman yang pertama: beriman kepda Allah. Bagaimana (mau) iman  ke Allahnya tidak dikenal. "Kamu percaya sama Cep Iman?" "Percaya.  Orangnya susah dibangunkan, pelit." Dia percaya karena dia kenal. Tapi  Allah tidak dikenal oleh dirinya, imannya sampe di mulut, tidak sampai  di sini (Aa menunjuk ke hati). Nah… ikhlas. Syarat amal diterima, apa?  Ikhlas dan sesuai tuntunan Rosul. Bagaimana bisa ikhlas, Allahnya juga  tidak dikenal. Sebetulnya ikhlas tuh jadi dengan sendirinya. Makin kenal  ke Allah, makin ikhlas. Orang yang sudah kenal ke Allah, nggak nafsu  sama penilaian orang. Karena semangatnya sama penilaian Allah. Mau apa  kita centil pengen dinilai orang? Orang yang kenal Allah tahu bahwa  kemuliaan itu kalau Allah ridho, bukan orang (yang) ridho. Orang mau  lihat, orang nggak lihat, nggak apa-apa, Allah kan Lihat. Orang tahu,  orang nggak tahu, nggak ada urusan. Allah kan Tahu. Orang mau muji, mau  nggak muji, monggo… itu kan urusan bibir sampeyan. Yang penting Allah  suka, beres. Puji, caci, nggak ngefek. Yang ngefek tuh pujian Allah dan  cacian Allah. Bagi orang yang kenal  bahwa nikmat itu hanya datang dari  Allah, mau ngapain ngarep-ngarep sama orang? Benar?
 
 Mau tahu rahasia sabar? Sabar tuh tergantung kenal ke Allah. Kalau orang  kenal ke Allah, Allah itu Maha Baik, Allah memberikan ujian itu udah  dihitung, udah sempurna, enggak mungkin kita ngadat. Contohnya, pas  ruangan gelap, ada yang mukul. "Heh, siapa, nih?" Pas lampu dinyalakan,  yang mukul itu ternyata ulama yang baik, yang sayang, yang ngedidik,  yang ngajar, yang ngasih rejeki ke dia. "Wah, Kiyai! Masya Allah, nggak  papa, Kiayi." Ketika kita tahu ternyata yang mukul itu adalah orang yang  sangat sayang ke kita, yang baik, yang terbukti pengorbanannya, marah  tidak? Tidaaak… Sekarang kita tahu (kalau) ujian yang menimpa itu dengan  ijin Allah, Yang Maha Baik. Yang tiap saat berbuat baik kepada kita.  Gimana kita bisa mengeluh, hah? Gimana kita bisa cerita penderitaan ke  orang lain. Mau apa? Kan tidak sopan sekali. "Saya menderita…"
 
 Jadi sabar tuh langsung jadi, tuh. Makin kenal ke Allah, ini tahu nih  bahwa cobaan yang menimpa, ijin dari Allah, bukan?? Ma ashoba mim  musibatin ila bi iznillah. Ijin Allah, nih. Sudah dikukur belum yang  menimpa kita? Sudaaah… sudah pasti. Allah Maha Adil, selalu menempatkan  sesuatu sesuai pada tempatnya. Allah Maha Baik. Dari dulu juga kita  ngoco tetep dibaikin, masa' kita mau ngaduin penderitaan kita ke orang?  Cari apa? Nggak puas ya dengan perbuatan Allah? Kurang mantep, apa?  Nggak mungkin orang yang kenal Allah, ngadu-ngadu ke orang.  Telepon-telepon sana-sini. "Tolonglah saya, saya menderita. Saya  sendiri." Kata malaikat, "Gimana sendiri? Kurang iman." Tiap hari  ditemenin malaikat, tiap hari Wahuwa Maakum Ainama kuntum, "Dan Allah  bersamamu di manapun kamu berada." Kapan kita sendiri? Nggak pernah  sendiri! Nggak mungkin (ada) keluh kesah. Orang keluh kesah, ngobral  penderitaan, pasti belum serius ke Allah. Orang (yang) kenal Allah,  pasti nerima. Ridho. Nggak akan jelek perbuatan Allah. Sesakit apapun,  seperih apapun, udah dihitung (oleh Allah). Benar nggak? Kita kan sudah  sering mengalami kepahitan, ya? Wajah-wajah yang hadir ini kan  wajah-wajah penuh masalah. Iya kan? (Jamaah tertawa). "Iyah, A', makanya  kami ke sini juga." Kalo (masalahnya) udah selesai mah biasanya nggak  ngaji (ke Masjid Istiqlal) lagi. Makanya masalah (ada) terus. Allah juga  Tahu, kalau kita dikasih kelapangan, banyak lupanya. Benar? Hutang  lunas, tahajjud lunas. Makanya hutang terus. Yang nagihnya baik, (kita)  kurang doanya. Yang nagihnya serem, baru ngedoa. Makanya, preman-preman  tuh serem-serem. Supaya kuat kita wiridnya, berlindung ke Allahnya.  Masya Allah…
 
 Jadi semua akhlak yang baik itu akan keluar dengan sendirinya,  berbarengan dengan tingkat yakin ke Allah. Orang nahan mulut, susah,  kecuali Tahu bahwa Allah Mendengarkan setiap perkataan dan tiap kata  bakal kembali ke kita. Udah, cuma itu yang membuat kita bisa bungkem,  ya? "Kenapa kamu kok jarang ngomong?" "Ini, ini dicatet terus nih oleh  malaikat. Udah lama saya hidup, ngomong terus. Udah, mulai sekarang saya  tidak akan banyak ngomong. Buat apa banyak ngomong. Cari penyakit,  tahu." Stop, ya. 
 
 Bukti Iman sama Allah
 Kalo orang sudah yakin rejeki datang dari Allah, perlu licik, tidak?  Jawab… Perlu korupsi? Kenapa orang korupsi? Pasti kurang iman! Ya? "Tapi  dia haji terus". Iya tapi haji hasil korupsi. Dia umroh, dia sedekah,  nggak ada apa-apanya. Bukti iman mah bukan haji umrohnya saja. Bukti  iman, cari rejekinya halal! "Tapi gimana, A', nyari yang haram aja  susah, apalagi yang halal…" (Aa menggeleng-gelengkan kepalanya). Berguru  dong sama binatang. Binatang tidak ada yang korupsi, lempeng-lempeng  aja (hidupnya) iya, kan? Berguru dengan bayi. Bayi tidak punya ilmu,  tidak punya pengalaman, nggak korupsi. Masa' nambah, ilmu, nambah  pinter, nambah korupsi? Kurang iman. Kalo sebuah negara banyak  korupsinya, jangan lihat dari sholatnya, shaumnya, hajinya. Lihat dari  kejujurannya. Kalau banyak korupsinya, berarti kurang benar  tauhiid-nya. 
 
 Orang yang yakin rejeki dari Allah, ngapain licik? Allah (yang) Nyuruh  jujur, Allah yang Ngebagi rejeki. Ya, sekali-sekali (rejekinya) ditahan  gapapa. Ya? Jangan meng-aduh-aduh. Nggak akan menghasilkan uang dengan  aduh-aduhan. "Wah, berat, A'". "Umur berapa?" "53 tahun". 53 tahun makan  terus, minum terus, berpakaian terus, masih berat juga? Kurang apa?  Kurang ajar kita ini… Kurang syukur… "Tapi sekarang banyak saingan, A'?"  Memang kenapa (dengan) saingan? Saingan kita kan ciptaan Allah.  Makhluk-makhluk Allah. Persaingan itu nggak mempengaruhi ketentuan Allah  buat kita. Yang sebelah dagang, lihat, manusia bukan? Kalo manusia mah,  sama-sama bikinan Allah, tuh. "Tapi saingan saya, di sebelah saya nih,  monyet" (Jamaah tertawa) Sama! Bikinan Allah. Udah, nggak papa. Allah  Maha Kaya. Tidak habis rejekinya gara-gara saingan. Iya kan? Benar?  Perlu kita dengki sama saingan kita? Nggak ada kerjaan! Biarin Allah  Ngasih sama dia. Ngapain kita yang jengkel? Coba, kalau kita jengkel,  Allah Ngasih rejeki sama yang di sebelah kita, hari ini dia lebih banyak  (keuntungannya) dan kita jengkel. Jadi rejeki tidak? (Malah) jadi dosa.  Allah Tahu kita jengkel, jadi ditambahin lagi dua kali lipat  (keuntungan saingan kita). Langsung stroke kita, ya? (Jamaah tertawa). 
 
 Nih, untuk yang nyari jodoh. Walaupun persaingan ketat. Misalkan satu  akhwat disukai oleh lima ikhwan. Tenaaang… Yang Ngatur jodoh itu? Allah…  "Tapi saya kurang keren, A'". Justru itu makanya Allah enggak dipilih  sodara. Ya? (Jamaah tertawa). Tenanglah… "Hidung saya pesek, A'." yang  empat mancung-mancung, saya yang paling pesek. Memangnya Allah terikat  panjang pendek hidung sodara? Kalau Allah mau kasih jodoh, siapa tahu  hidung pesek itu yang paling seksi. Ya? Itu duniawi lah. "Tapi saya  di-PHK". Trus gimana? Emang kalau sodara di-PHK, Allah jadi pelit?  Sodara pernah mendengar, "Sebuah perusahaan mem-PHK 10 ribu karyawannya.  Dan seminggu kemudian, 10 ribu orang meninggal dunia berikut keluarga  dan anak-anaknya." Pernah denger kayak gitu? Pernah denger gara-gara  di-PHK, pada meninggal gitu sekampung. Pernah? Enggak… Coba pikir. PHK  itu kan cuma jadi salah satu episode aja. Berapa banyak yang di-PHK  sekarang (hidupnya) bahagia? Karena bisa jadi pengusaha. Jadi direktur  utama, yang asalnya karyawan, langsung jadi direktur merangkap karyawan  inti. Ya? Karena dia satu-satunya yang jualan ketroprak. Nggak apa-apa.  Rejeki dari Allah mah dari mana saja. Benar? "Iya, saya sudah tiga tahun  di-PHK, sampai sekarang masih hidup juga, ya?" Tahu kenapa sodara  hidup? Karena belum waktunya mati! (Jamaah tertawa). "Tapi (rejeki) saya  seret, A'". seret-seret juga (tetep) makan. Deketin Allah, nanti  dikasih. Ya? 
 
 Jadi, ilmu yang paling utama, paling agung, paling penting adalah, ilmu  mengenal Allah. Repotnya, kita tuh nggak ada waktu (untuk) kenal sama  Allah. Kita ke Allah itu sisa. Nyebut nama Allah, sisa ngobrol. Wirid  tuh kan sisa ngobrol. Ada nyebut nama Allah, istighfar, kombinasi dengan  marah. Ada nyebut nama Allah, akting. Termasuk muadzin, belum tentu  inget ke Allah. Mulut sih nyebut ke Allah, tapi hati belum tentu ke  Allah. Hati ke calon mertua, bisa… Apalagi yang calon isterinya  mendengar (suara adzannya), tergetar pasti dia hatinya. Kalo saingannya  mendengar, "Rasain lo, pasti beda kan kelembutan (suara adzannya)."  (Jamaah tertawa). Tidak mudah… Kalau belum mengenal ke Allah, walaupun  mulut nyebut ke Allah, hati mah ngelantur saja. Benar? Harus asli. Kita  kurang mengeluarkan waktu, tenaga, pikiran, biaya, untuk dekat dengan  Allah. Baru dekat dengan itu saja, tetek bengek manusia yang pasti mati,  abis-abisan (pengorbanannya). Iya? Untuk mendekati manusia aja, kita…  waduh! Padahal yang didekati pasti mati. Kenapa kita tidak mau mendekati  Allah. Saya denger kalau orang sedang cinta, "Walau gunung kan ku daki.  Lautan ku sebrangi. Kalau kuburan tetap dijauhi. Ya?" (Jamaah tertawa).  Kenapa orang abis-abisan ngedeketin orang? Tapi nggak abis-abisan  ngedeketin Allah yang Maha Dekat? Padahal mendekati Allah jauh lebih  mudah daripada mendekati orang. Kenapa kita mendekati Allah lebih mudah?  Karena Allahnya sendiri sudah dekat. Wanahnu akrobu Ilaihi min hablil  warid. "Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." Allah  yang Menciptakan kita, Allah yang Ngurus kita, Allah yang Tahu keadaan  kita, Allah yang Memiliki kita, siapa yang lebih serius mengurus kita?  Allah. Kenapa kita ingin lebih dekat dengan manusia daripada dekat  dengan yang menciptakan kita? "Ya, Allah Maha Dekat, tapi kenapa nggak  berasa?" Ya itu masalahnya! 
 
 Satu, kalo ingin dekat dengan Allah, harus ada di hati ini. "Ya Allah…  saya ngaku selama ini saya belum kenal padaMu. Hah… baru denger-denger  aja tentang Engkau, tapi hati sering ragu, seakan Engkau ini enggak ada.  Engkau Tahulah kelakuan saya, ya Allah… Lebih banyak lupanya daripada  ingatnya. Bahkan sholat juga tidak inget padaMu. Ya Allah… saya ingin  kenal padaMu." Bicara aja kayak gitu, pake bahasa Indonesia, Allah  Ngerti, tidak? Yang nyiptakan bahasa Indonesia juga Allah. Nah, orang  Indonesia aja nggak tahu kenapa dirinya ada di Indonesia, iya kan? Pake  bahasa Indonesia juga nggak papa. Tapi yang penting asli dari sini (Aa  menunjuk ke hati). Nggak usah diberi tahu siapa-siapa. "Keluargaku,  mulai hari ini papa ingin dekat dengan Allah." Nggak usah. Di kantor  juga, "Saya mohon maaf kepada karyawan lainnya, saya bertekad menjadi  orang yang dekat dengan Allah. Ini bukan main-main, nih." (Aa dengan  mimik muka serius yang membuat jamaah tertawa). Kenapa harus pengumuman?  Di mobil juga ditulis, "Jauhi saya, saya sedang mendekat kepada Allah."  (Jamaah tertawa). Nggak guna. Urusan pribadi, urusan rahasia, urusan  lubuk hati yang paling dalam, bicara saja ke Allah. Ampuni saya, belum  kenal padaMu. 
 
 Dua: Cari ilmunya. Kalo mau cari ilmunya, minta ke Allah. Ya Allah… beri  saya guru, beri saya ilmu, orang-orang yang mengenalMu, orang-orang  yang yakin padaMu, yang cinta padaMu. Minta… karena ada di antara  hamba-hamba Allah yang memang oleh Allah Diberikan ilmu tentang mengenal  Allah. Dan dia kenal. Tingkatannya macem-macem. Tapi ketemu dengan yang  tingkatan rendah juga udah enak bagi kita. Karena ilmu ini ilmu  keyakinan. Keyakinan itu tidak bisa disampaikan kecuali oleh yang yakin.  Iya kan? Masih inget teori supir? Lagi nyetir, "Tunggu dulu, tunggu  dulu. Saya kayaknya pernah ke sini. Belok kiri atau kanan, ya? Kayaknya  ke kanan, tapi ada kemungkinan ke kiri, nih." Sodara bahagia tidak  (kalau jadi salah satu penumpangnya)? Tegang? Dan jurang ternyata di  depannya, tuh. (Jamaah tertawa). "Bang, kenapa ini kok jalannya ke jalan  sempit?" "Nggak papa, saya tahu ini." "Tapi ini kan dua arah. Gimana?"  "Insya Allah searah. Nggak ada yang dari depan." "Kok yakin banget,  sih?" "Saya sehari tiga kali lewat jalan ini. Tenang aja, Pak" "Ini agak  cepat begini jalannya, nggak papa?" "Nggak papa, Pak, jalan ini nggak  ada gangnya. Sepi." Mantep aja jawabannya juga, karena udah yakin. 
 
 Rajin Shaum dan Ngaji, Belum Tentu Dekat Allah
 Demikian pula orang yang kenal ke Allah. Kalo kenal, itu bicaranya bukan  dari mulut saja. Raut muka, wajah, jadi sekujur tubuhnya, tuh. Dan ini  menular. Tadi ada seorang guru nanya, "A', gimana nih. Murid-murid suka  nanya: Pak guru, Allah tuh siapa? Allah tuh di mana? Allah tuh gimana?  Gimana A' cara menjelaskannya?" Nggak bisa dijelaskan, Pak! Bapak  belajar tentang Allah, Bapak pahami, nanti keluar sendiri kata-kata  (jawabannya). Gimana kita bisa menjelaskan sesuatu yang kita sendiri  tidak jelas? Kan ada anak yang suka nanya, "Mak, Mak, Allah di mana?"  Dasar ibu sok tahu, "Allah di mana-mana." Kata siapa? "Ya Allah… saya  belum kenal padamu. Ditanya gitu aja, bingung. Bagaimana saya bisa  meyakinkan anak sedangkan saya saja bingung?" Jadi kalo ada anak yang  nanya kayak gitu, Allah tuh nyindir. Bahwa ibunya, gurunya, kurang ilmu.  Allah kan tahu, kita nggak kenal sama dia. Digerakkan saja oleh Allah  cucunya, "Nenek… Nenek kan seragam pengajiannya banyak, Allah di mana,  Nek?" "Ssst… diam kamu. Rahasia" Nenek bingung. Allah tahu si nenek  bingung. (Jamaah tertawa) 
 
 Hayo! Kalau ditanya gitu, (jawabannya) "Sebentar ya, nak, cucu. Ambil  air wudhu dulu." Tobat. Ampuuun ya Allah, jangan disindir begini.  Sejujurnya saya belum kenal pada Allah. Walaupun saya ngaji seminggu  tiga kali atau sehari tiga kali," Nggak bisa nyari Allah karena hatinya  tidak dekat dengan Allah. Apa sodara pikir Allah bisa dibohongi dengan  kita rajin pengajian. Enggak! Walaupun rajin baca Al Qur'an, belum tentu  dekat dengan Allah. Karena Allah Tahu niat dia baca Qur'an ini apa.  Mungkin karena malu karena sudah tua tapi masih Iqro 2. Ini namanya  Qur'an malu. (Jamaah tertawa). Ada yang pengen jadi hafiz, ada yang  karena nggak enak, ada yang karena iming-iming hadiah dari orang tuanya  kalau khatam. Tapi kalo yang ikhlas, "Dek, kenapa Ade menghapal  Al  Qur'an?" "Saya sih niatnya semoga tiap huruf yang saya baca, saya bisa  makin dekat dengan Allah. Jadi saya baca yang banyak, supaya saya makin  dekat dengan Allah." "Pengen hafal, nggak?" "Ah… itu mah belakangan lah.  Yang paling penting saya makin sering baca Qur'an, makin dekat dengan  Allah. Asal Allah ridho ke saya, itu udah cukup. Kalo nanti pantes saya  dijadikan penghapal Qur'an, Alhamdulillah. Tapi yang penting mah Allah  ridho, dan Allah pasti dengar omongan ini." Gitu…
 
 Apa sodara pikir, yang shaum Senin-Kamis bisa dekat dengan Allah? Belum  tentu! Karena Allah Tahu dia hampir ba'da Maghrib naik timbangan.  "Halah! Nggak turun-turun! (berat badannya)." (Jamaah tertawa). Jadi  Allah tahu persis memang Senin-Kamis tuh lebih kuat ke timbangan badan  daripada timbangan amal. Hayo, periksa! Cari ilmu, minta guru ke Allah.  Mau beli buku, doa! "Wahai Allah yang Maha Tahu penulis setiap buku,  Engkau Tahu setiap buku, setiap penulisnya, Engkau Tahu niatnya menulis,  Engkau Tahu apa yang ditulisnya benar atau tidak, Engkau Tahu isi  hatinya, Engkau Tahu  yang menulisnya mengamalkan atau tidak. Ya Allah…  berikan saya bacaan yang bisa membuat saya kenal padaMu. Wahai yang Maha  Tahu segala rahasia." Jangan dulu beli buku sebelum tahu siapa  Pemiliknya. Apalagi kalau masuk (mendatangi) ke pameran buku kan banyak.  Tidak semua buku harus kita baca karena kita punya prioritas. Allah  tahu apa yang paling kita perlukan. Ya kan? Benar? Juga kalau lagi ngaji  gini jangan diem aja. Sodara tolong nih yang ceramah, "Ya Allah…  kasihanilah orang yang bersorban itu. Dari tadi ngomong terus." Terserah  sodara ya redaksinya (omongan dalam doa), tapi jangan main-main.  (jamaah tertawa). "Tolonglah Ya Allah, supaya perkataannya benar-benar  aman, benar. Tolonglah ya Allah jauhkan dari perkataan yang sesat dan  menyesatkan." Itu kan didengar (sama Allah). Mungkin dalam bicara ini  ada timbul niat yang salah, kena doa sodara, jadi tobat. Mau berbicara  yang tidak perlu, ada yang doa di pojok sana diem-diem, jadi pertolongan  Allah. Kan cepat doa didengar oleh Allah. Benar? 
 
 Asal Allah Suka, Segalanya akan Dicukupi
 Cari temen-temen orang yang kenal ke Allah. Mau tahu ciri orang yang  kenal ke Allah? Mau tahu, tidak? (Yaitu) Sedikit bicaranya. Kalo yang  tukang ngobrol dan banyak komentar, banyak celetak-celetuk, ketawanya  terbahak-bahak, tukang ngomongin orang (Aa langsung menggelengkan  kepalanya sambil menggerakkan tangannya tanda tidak). Orang yang kenal  ke Allah, bicaranya terjaga, jauh dari sia-sia, dan auranya enak.  Ketemunya tuh enak karena hatinya tuh selalu sibuk dengan kekurangan  dirinya.  Kalo orang yang disukai Allah, dibuka hatinya tuh tahu dengan  kekurangan dirinya. "Saya ini kotor, saya ini bodoh, saya ini lemah,  saya ini banyak dosa, saya nggak punya apa-apa." Ke dalem ini (Aa  menunjuk ke hatinya) oleh Allah Dibuka, jadi susah sombongnya. Tapi ke  orang lain, dibuka kebaikannya. Jadinya merunduk, cari yang seperti  itu. 
 
 Ibu-ibu, kalo ada calon menantu yang kenal kepada Allah, kelihatan dari  akhlaknya, dari auranya juga udah enak… bicara dan sikapnya terjaga.  Walaupun belum punya mobil, belum punya kendaraan atau belum punya  kedudukan, jabatan, terima aja, Bu. Karena kalo orang disukai Allah,  nanti pada waktunya nanti akan dicukupi. Karyawan, bos, personalia,  jangan ngukur (calon karyawan) dari pinternya aja. Pinter-pinter, nanti  Bapak ditipu. Ya? (Jamaah tertawa). Kalo orang takut ke Allah, nanti dia  akan jadi pinter. Insya Allah. Cari temen-temen yang selalu  mengutamakan Allah. Punya temen kaya, punya sodara kaya, itu jadi rajin  silaturahmi. Apalagi denger-denger, dia baru pulang dari Makkah.  Benerkah ingin lihat dia atau lihat korma? Atau lihat sajadah? Intinya  (Aa menunjuk ke hati) harus diperiksa. 
sumber: http://jkt.daaruttauhiid.org/artikel/detail/3/83/-%E2%80%9Cilmu-mengenal-allah%E2%80%9D.html