Kamis, 31 Juli 2008

[daarut-tauhiid] Proses Pembelajaran Tanpa Henti

Proses Pembelajaran Tanpa Henti

Manusia adalah mahluk yang unik bahkan orang yang terlahir kembarpun pasti mempunyai suatu perbedaan, baik yang bersifat fisik maupun karakter. Setiap orang juga memiliki keinginan yang berbeda dengan orang lain demikian juga halnya dengan hasil kerja, bisa jadi masakannya sama, bahan dasarnya sama tapi rasanya berbeda karena setiap orang mempunyai cita rasa tersendiri. Ketika seorang guru menerangkan satu pelajaran disekolah maka apakah daya tangkap setiap anak bisa sama ? tidak dan hal ini tidak selamanya terkait dengan masalah pintar atau bodoh (IQ), mungkin ada hal lain yang menjadikan pelajaran tersebut sulit untuk di cerna. Seorang Ibnu Hajar Asqalani pun (penulis Bulugul Marom dan Fathul Baari ; cmiiw) pernah merasa putus asa karena kesulitan menangkap pelajaran yang diberikan, begitu juga dengan James Watt penemu mesin uap yang sempat dikeluarkan dari sekolah sewaktu masih kecil.

Setiap pembelajaran memerlukan sebuah yang metode tidak hanya dalam menguraikan masalah tetapi juga dalam merangkai sebuah jawaban dan kita juga harus menyadari bahwa sebuah keluaran (output) jauh lebih penting daripada sebuah masukan (input) karena keluaran jelas akan melibatkan pihak lain. Masukan yang diterima oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam berupa wahyu diterima dalam berbagai cara yang terkadang sangat melelahkan (seperti denting lonceng yang membuat tubuh beliau menggigil) dikeluarkan dalam perkataan dan perbuatan beliau yang begitu santun.

Ketika kita merangkai pengetahuan yang telah kita miliki yang membentuk suatu konsep yang kita beri nama Islam, maka pertanyaannya adalah apakah Islam yang telah kita pahami adalah Islam yang seseungguhnya dimaksudkan oleh Allah ? atau kita harus membalik metode ini dimana kita dituntut untuk mengetahui dahulu konsep Islam secara utuh baru kemudian kita dalami dan jalani sebagai sebuah kerangka berfikir. Lalu ketika pertayaan di tingkatkan yaitu untuk apa Islam di turunkan ? apakah sebagai rahmatan lil 'alamin yang mencakup seluruh mahluk hidup yang ada di muka bumi ini beserta isi dari alam semesta atau sekedar rahmatan lil muslimin yang berujung pada syurga dan yang bukan akan berakhir di neraka ? Jika rahmatan lil 'alamin maka ajakanlah jawabannya sedangkan yang berfikir hanya rahmatan lil muslimin maka penyangkalan-penyangkalan yang menjadi dampaknya.

Apa yang kita lakukan hari ini adalah buah dari pemahaman kita terhadap pengetahuan yang kita miliki yang berasal dari berbagai kumpulan informasi baik berupa buku, artikel , tulisan, televisi, majalah maupun mendengarkan pengajian walaupun informasi tersebut belum tentu saling mendukung. Didalam artikel saya terdahulu "Relatifitas sebuah Kesepakatan" saya sempat menjelaskan bahwa terkadang kebenaran yang kita yakini itu bisa berasal dari sebuah kesepakatan, seperti kesepakatan para ulama bahwa hadist sahih dari Bukhari adalah yang paling utama yang di tinjau dari keketatan beliau dalam meriwayatkan hadist. pertanyaanya apakah hasil dari kesepakatan itu adalah kebenaran mutlak ? belum tentu. namun demikian sebelum ada yang bisa melemahkannya sandaran itu harus tetap di pakai karena dalam kaidah ilmu seribu hipotesa belum tentu bisa menjadi sandaran kebenaran sebaliknya cukup satu penyangkalan yang berdasar untuk menjadikannya di ragukan.

Salam

David

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
===================================================
Recent Activity
Visit Your Group
New web site?

Drive traffic now.

Get your business

on Yahoo! search.

Yahoo! Groups

Join a program

to help you find

balance in your life.

Everyday Wellness

on Yahoo! Groups

Find groups that will

help you stay fit.

.

__,_._,___

[super_bisnis] Digest Number 2693

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.