Rasa Itu Selalu Saja Seperti Itu
"Jika aku memiliki tubuh dan aku memiliki sifat dimana aku karena aku bukan tubuh dan aku bukanlah sifat, benar ini tanganku tapi aku bukan tangan, benar ini kaki ku tapi aku bukan kaki, siapa aku ? ", kalimat tersebut sering kita jumpai pada kajian filsafat klasik maupun yang modern, filsafat yang dangkal mengantarkan seseorang menjadi atheis tetapi filsafat yang dalam mengantarkan seseorang ke pintu agama kata Bacon (seorang filsuf)
Kajian mengenai diri tidak pernah habis dibahas, bahkan menciptakan berbagai displin ilmu sebut saja diantaranya ilmu biologi, psikologi, neourologi, filsafat, agama, dan sebagainya yang kesemuanya untuk mengungkapkan potensi yang dimiliki oleh manusia, namun sang "aku" yang dimiliki oleh setiap manusia seperti terdiam disudut kalbu diantara himpitan sifat fujur dan sifat taqwa (QS91:8)
Jika kita pergi kepasar, maka yang pergi badan kita atau jiwa kita ? bagaimana jika kita sedang tertidur lalu badan kita di bawa kepasar apakah jiwa kita tertinggal ? tidak tetapi kesadaran kita yang tertinggal,. Jika sewaktu tidur kita di bawa rekreasi apakah kita bisa menikmatinya ? bukankah tubuh dan jiwa kita ikut ? tidak karena kesadaran kita tertinggal, lalu apakah rekreasi tersebut bermanfaat ? jawabannya tentu saja tidak. sederhana bukan, jadi jangan heran jika banyak orang sholat tapi kemungkarann tetap ada karena kesadaran kita sering tidak pernah bersatu dengan jiwa.
Pertanyaan yang sering diajukan adalah bagaimana caranya membuka ruang kesadaran kita agar dengan kesadaran itu kita bisa menyelami jiwa kita sendiri yang sering mengelana kemana-mana dan meleburkan diri dalam mimpi dan khayalan merasa menjadi mahluk tuhan paling sempurna. Jawabannya selalu saja berbentuk rasa, karena bahasa apapun sangat sulit menjelaskan sebuah rasa , seperti rasa cinta, rasa takut, rasa marah, rasa iri, rasa dengki, rasa ingin di puji, rasa ingin melawan rasa, rasa terombang ambil oleh nafsu, rasa bangga berselimut riya, rasa gembira. Bukankah rasa-rasa itu muncul seketika tanpa kita undang terlebih dahulu.
Saya sering membahas masalah ini karena merasa sangat lemah dan mudah terseret oleh desakan rasa ini bahkan kita sering mencaci maki orang dengan menggunakan dalil dan ilmu sering menjadi saksi bisu melihat drama ini.padahal Allah sendiri menyangkal dengan sangat nyata "Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih, sebenarnya Allah lah yang membersihkan siapa yang dikehendakiNya dan mereka tidak aniaya sedikitpun" (QS 4:49) dan diteruskan dengan (QS 24:21).
Salam
David
[Non-text portions of this message have been removed]
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
===================================================
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar