Kamis, 28 Februari 2008

[daarut-tauhiid] Alam Semesta sebagai Hologram - And the truth of Islam


Alam Semesta
<http://agorsiloku.wordpress.com/2006/07/09/alam-semesta-sebagai-hologram/>
sebagai Hologram

Buku: Michael Talbot - The Holographic Universe

Pada tahun 1982 terjadi suatu peristiwa yang menarik. Di Universitas Paris,
sebuah tim peneliti dipimpin oleh Alain Aspect melakukan suatu eksperimen
yang mungkin merupakan eksperimen yang paling penting di abad ke-20. Anda
tidak mendapatkannya dalam berita malam. Malah, kecuali Anda biasa membaca
jurnal-jurnal ilmiah, Anda mungkin tidak pernah mendengar nama Aspect,
sekalipun sementara orang merasa Semuannya itu mungkin akan mengubah wajah
sains.

Aspect bersama timnya menemukan bahwa dalam lingkungan tertentu
partikel-partikel subatomik, seperti elektron, mampu berkomunikasi dengan
seketika satu sama lain tanpa tergantung pada jarak yang memisahkan mereka.
Tidak ada bedanya apakah mereka terpisah 10 kaki atau 10 milyar km satu sama
lain.

Entah bagaimana, tampaknya setiap partikel selalu tahu apa yang dilakukan
oleh partikel lain. Masalah yang ditampilkan oleh temuan ini adalah bahwa
hal itu melanggar prinsip Einstein yang telah lama dipegang, yakni bahwa
tidak ada komunikasi yang mampu berjalan lebih cepat daripada kecepatan
cahaya. Oleh karena
berjalan melebihi kecepatan cahaya berarti menembus dinding waktu, maka
prospek yang menakutkan ini menyebabkan sementara ilmuwan fisika mencoba
menyusun teori yang dapat menjelaskan temuan Aspect. Namun hal itu juga
mengilhami sementara ilmuwan lain untuk menyusun teori yang lebih radikal
lagi.

Pakar fisika teoretik dari Universitas London, David Bohm, misalnya, yakin
bahwa temuan Aspect menyiratkan bahwa realitas obyektif itu tidak ada; bahwa
sekalipun tampaknya pejal [solid], alam semesta ini pada dasarnya merupakan
khayalan, suatu hologram raksasa yang terperinci secara sempurna.

Untuk memahami mengapa Bohm sampai membuat pernyataan yang mengejutkan ini,
pertama-tama kita harus memahami sedikit tentang hologram. Sebuah hologram
adalah suatu potret tiga dimensional yang dibuat dengan sinar laser. Untuk
membuat hologram, obyek yang akan difoto mula-mula disinari dengan suatu
sinar laser. Lalu sinar laser kedua yang dipantulkan dari sinar pertama
ditujukan pula kepada obyek tersebut, dan pola interferensi yang terjadi
(bidang tempat kedua sinar laser itu bercampur) direkam dalam sebuah pelat
foto.

Ketika pelat itu dicuci, gambar terlihat sebagai pusaran-pusaran garis-garis
terang dan gelap. Tetapi ketika foto itu disoroti oleh sebuah sinar laser
lagi, muncullah gambar tiga dimensional dari obyek semula di situ.

Sifat tiga dimensi dari gambar seperti itu bukan satu-satunya sifat yang
menarik dari hologram. Jika hologram sebuah bunga mawar dibelah dua dan
disoroti oleh sebuah sinar laser, masing-masing belahan itu ternyata masih
mengandung gambar mawar itu secara lengkap (tetapi lebih kecil).

Bahkan, jika belahan itu dibelah lagi, masing-masing potongan foto itu
ternyata selalu mengandung gambar semula yang lengkap sekalipun lebih kecil.
Berbeda dengan foto yang biasa, setiap bagian sebuah hologram mengandung
semua informasi yang ada pada hologram secara keseluruhan.

Sifat "keseluruhan di dalam setiap bagian" dari sebuah hologram, memberikan
kepada kita suatu cara pemahaman yang sama sekali baru terhadap organisasi
dan order. Selama sebagian besar sejarahnya, sains Barat bekerja di bawah
prinsip yang bias, yakni bahwa cara terbaik untuk memahami fenomena fisikal
–baik seekor katak atau sebuah atom– adalah dengan memotong-motongnya dan
meneliti bagian-bagiannya.

Sebuah hologram mengajarkan bahwa beberapa hal dari alam semesta ini mungkin
tidak akan terungkap dengan pendekatan itu. Jika kita mencoba menguraikan
sesuatu yang tersusun secara holografik, kita tidak akan mendapatkan
bagian-bagian yang membentuknya, melainkan kita akan mendapatkan keutuhan
yang lebih kecil.

Pencerahan ini menuntun Bohm untuk memahami secara lain temuan Aspect. Bohm
yakin bahwa alasan mengapa partikel-partikel subatomik mampu berhubungan
satu sama lain tanpa terpengaruh oleh jarak yang memisahkan mereka adalah
bukan karena mereka mengirimkan isyarat misterius bolak-balik di antara satu
sama lain, melainkan oleh karena keterpisahan mereka adalah ilusi. Bohm
berkilah, bahwa pada suatu tingkat realitas yang lebih dalam,
partikel-partikel seperti itu bukanlah entitas-entitas individual, melainkan
merupakan perpanjangan [extension] dari sesuatu yang esa dan fundamental.

Agar khalayak lebih mudah membayangkan apa yang dimaksudkannya, Bohm
memberikan ilustrasi berikut:

Bayangkan sebuah akuarium yang mengandung seekor ikan. Bayangkan juga bahwa
Anda tidak dapat melihat akuarium itu secara langsung, dan bahwa pengetahuan
Anda tentang akuarium itu beserta apa yang terkandung di dalamnya datang
dari dua kamera televisi: yang sebuah ditujukan ke sisi depan akuarium, dan
yang lain ditujukan ke sisinya.

Ketika Anda menatap kedua layar televisi, Anda mungkin menganggap bahwa ikan
yang ada pada masing-masing layar itu adalah dua ikan yang berbeda.
Bagaimana pun juga, karena kedua kamera diarahkan dengan sudut yang berbeda,
masing-masing gambar ikan itu sedikit berbeda satu sama lain. Tetapi
sementara Anda terus memandang kedua ikan itu, akhirnya Anda akan menyadari
bahwa ada hubungan tertentu di antara kedua ikan itu.

Kalau yang satu berbelok, yang lain juga membuat gerakan yang berbeda tapi
sesuai; jika yang satu menghadap kamera, yang lain menghadap ke suatu sisi.
Jika Anda tidak menyadari seluruh situasinya, Anda mungkin menyimpulkan
bahwa kedua ikan itu saling berkomunikasi secara seketika, tetapi jelas
bukan demikian halnya.

Menurut Bohm, inilah sesungguhnya yang terjadi di antara partikel-partikel
subatomik dalam eksperimen Aspect itu. Menurut Bohm, hubungan yang tampaknya
"lebih cepat dari cahaya" di antara partikel-partikel subatomik sesungguhnya
mengatakan kepada kita bahwa ada suatu tingkat realitas yang lebih dalam,
yang selama ini tidak kita kenal, suatu dimensi yang lebih rumit di luar
dimensi kita, dimensi yang beranalogi dengan akuarium itu. Tambahnya, kita
memandang obyek-obyek seperti partikel-partikel subatomik sebagai terpisah
satu sama lain oleh karena kita hanya memandang satu bagian dari realitas
sesungguhnya.
Partikel-partikel seperti itu bukanlah "bagian-bagian" yang terpisah,
melainkan faset-faset dari suatu kesatuan (keesaan) yang lebih dalam dan
lebih mendasar, yang pada akhirnya bersifat holografik dan tak terbagi-bagi
seperti gambar mawar di atas. Dan oleh karena segala sesuatu dalam realitas
fisikal terdiri dari apa yang disebut "eidolon-eidolon" ini, maka alam
semesta itu sendiri adalah suatu proyeksi, suatu hologram. Di samping
hakekatnya yang seperti bayangan, alam semesta itu memiliki sifat-sifat lain
yang cukup mengejutkan. Jika keterpisahan yang tampak di antara
partikel-partikel subatomik itu ilusif, itu berarti pada suatu tingkat
realitas yang lebih dalam segala sesuatu di alam semesta ini saling
berhubungan secara tak terbatas.

Elektron-elektron didalam atom karbon dalam otak manusia berhubungan dengan
partikel-partikel subatomik yang membentuk setiap ikan salem yang berenang,
setiap jantung yang berdenyut, dan setiap bintang yang berkilauan di
angkasa. Segala sesuatu meresapi segala sesuatu; dan sekalipun sifat manusia
selalu mencoba memilah-milah, mengkotak-kotakkan dan membagi-bagi berbagai
fenomena di alam semesta, semua pengkotakan itu mau tidak mau adalah
artifisial, dan segenap alam semesta ini pada
akhirnya merupakan suatu jaringan tanpa jahitan.

Di dalam sebuah alam semesta yang holografik, bahkan waktu dan ruang tidak
dapat lagi dipandang sebagai sesuatu yang fundamental. Oleh karena
konsep-konsep seperti 'lokasi' runtuh di dalam suatu alam semesta yang di
situ tidak ada lagi sesuatu yang terpisah dari yang lain, maka waktu dan
ruang tiga dimensional –seperti gambar-gambar ikan pada layar-layar TV di
atas– harus dipandang sebagai proyeksi dari order yang lebih dalam lagi.

Pada tingkatan yang lebih dalam, realitas merupakan semacam superhologram
yang di situ masa lampau, masa kini, dan masa depan semua ada (berlangsung)
secara serentak. Ini mengisyaratkan bawah dengan peralatan yang tepat
mungkin di masa depan orang bisa menjangkau ke tingkatan realitas
superholografik itu dan mengambil adegan-adegan dari masa lampau yang
terlupakan.

Apakah ada lagi yang terkandung dalam superhologram itu merupakan pertanyaan
terbuka. Bila diterima –dalam diskusi ini– bahwa superhologram itu merupakan
matriks yang melahirkan segala sesuatu dalam alam semesta kita,
setidak-tidaknya ia mengandung setiap partikel subatomik yang pernah ada dan
akan ada — setiap konfigurasi materi dan energi yang mungkin, dari butiran
salju sampai quasar, dari ikan paus biru sampai sinar gamma. Itu bisa
dilihat sebagai gudang kosmik dari "segala yang ada".

Sekalipun Bohm mengakui bahwa kita tidak mempunyai cara untuk mengetahui apa
lagi yang tersembunyi di dalam superhologram itu, ia juga mengatakan bahwa
kita tidak mempunyai alasan bahwa superhologram itu tidak mengandung apa-apa
lagi. Atau, seperti dinyatakannya, mungkin tingkat realitas superholografik
itu "sekadar satu tingkatan", yang di luarnya terletak "perkembangan lebih
lanjut yang tak terbatas."

Bohm bukanlah satu-satunya peneliti yang menemukan bukti-bukti bahwa alam
semesta ini merupakan hologram. Dengan bekerja secara independen di bidang
penelitian otak, pakar neurofisiologi Karl Pribram dari Universitas
Stanford, juga menerima sifat holografik dari realitas.

Pribram tertarik kepada model holografik oleh teka-teki bagaimana dan di
mana ingatan tersimpan di dalam otak. Selama puluhan tahun berbagai
penelitian menunjukkan bahwa alih-alih tersimpan dalam suatu lokasi
tertentu, ingatan tersebar di seluruh bagian otak.

Dalam serangkaian penelitian yang bersejarah pada tahun 1920-an, ilmuwan
otak Karl Lashley menemukan bahwa tidak peduli bagian mana dari otak tikus
yang diambilnya, ia tidak dapat menghilangkan ingatan untuk melakukan
tugas-tugas rumit yang pernah dipelajari tikus itu sebelum dioperasi.
Masalahnya ialah tidak seorang pun dapat menjelaskan mekanisme ponyimpanan
ingatan yang bersifat "semua di dalam setiap bagian" yang aneh ini.

Lalu pada tahun 1960-an Pribram membaca konsep holografi dan menyadari bahwa
ia telah menemukan penjelasan yang telah lama dicari-cari oleh para ilmuwan
otak. Pribram yakin bahwa ingatan terekam bukan di dalam neuron-neuron
(sel-sel otak), melainkan di dalam pola-pola impuls saraf yang merambah
seluruh otak, seperti pola-pola interferensi sinar laser yang merambah
seluruh wilayah pelat film yang mengandung suatu gambar holografik. Dengan
kata lain, Pribram yakin bahwa otak itu sendiri merupakan sebuah hologram.

Teori Pribram juga menjelaskan bagaimana otak manusia dapat menyimpan begitu
banyak ingatan dalam ruang yang begitu kecil. Pernah diperkirakan bahwa otak
manusia mempunyai kapasitas mengingat sekitar 10 milyar bit informasi selama
masa hidup manusia rata-rata (atau kira-kira sebanyak informasi yang
terkandung dalam lima set Encyclopaedia Britannica).

Demikian pula telah ditemukan bahwa di samping sifat-sifatnya yang lain,
hologram mempunyai kapasitas untuk menyimpan informasi — hanya dengan
mengubah sudut kedua sinar laser itu jatuh pada permukaan pelat film,
dimungkinkan untuk merekam banyak gambar berbeda pada permukaan yang sama.
Telah dibuktikan bahwa satu sentimeter kubik pelat film dapat menyimpan
sebanyak 10 milyar bit informasi.

Kemampuan mengagumkan dari manusia untuk mengambil informasi yang diperlukan
dari gudang ingatan yang amat besar itu dapat lebih dipahami jika otak
berfungsi menurut prinsip-prinsip holografik. Jika seorang teman minta Anda
mengatakan apa yang terlintas dalam pikiran ketika ia menyebut "zebra", Anda
tidak perlu tertatih-tatih melakukan sorting dan mencari dalam suatu file
alfabetis raksasa dalam otak untuk sampai kepada suatu jawaban. Alih-alih,
berbagai asosiasi seperti "bergaris-garis", "macam kuda", dan "binatang dari
Afrika" semua muncul di kepala Anda dengan seketika.

Sesungguhnya, salah satu hal paling mengherankan tentang proses berpikir
manusia adalah bahwa setiap butir informasi tampaknya dengan seketika
berkorelasi-silang dengan setiap butir informasi lain– ini merupakan sifat
intrinsik dari hologram. Oleh karena setiap bagian dari hologram saling
berhubungan secara tak terbatas satu sama lain, ini barangkali merupakan
contoh terbaik dari alam tentang suatu sistem yang saling berkorelasi.

Penyimpanan ingatan bukan satu-satunya teka-teki neurofisiologis yang lebih
dapat dijelaskan dengan model otak holografik Pribram. Teka-teki lain adalah
bagaimana otak mampu menerjemahkan serbuan frekuensi-frekuensi yang
diterimanya melalui pancaindra (frekuensi cahaya, frekuensi suara, dan
sebagainya) menjadi dunia konkrit dari persepsi manusia. Merekam dan
menguraikan kembali frekuensi adalah sifat terunggul dari sebuah hologram.
Seperti hologram berfungsi sebagai semacam lensa, alat yang menerjemahkan
frekuensi-frekuensi kabur yang tak berarti menjadi suatu gambar yang
koheren, Pribram yakin bahwa otak juga merupakan sebuah lensa yang
menggunakan prinsip-prinsip holografik untuk secara matematis mengubah
frekuensi-frekuensi yang diterimanya melalui pancaindra menjadi persepsi di
dalam batin kita.

Sejumlah bukti yang mengesankan mengisyaratkan bahwa otak menggunakan
prinsip-prinsip holografik untuk menjalankan fungsinya. Sesungguhnya, teori
Pribram makin diterima di kalangan pakar neurofisiologi. Peneliti
Argentina-Italia, Hugo Zucarelli, baru-baru ini memperluas model holografik
ke dalam fenomena akustik. Menghadapi teka-teki bahwa manusia dapat
menetapkan sumber suara tanpa menggerakkan kepalanya, bahkan jika mereka
hanya memiliki pendengaran pada satu telinga saja, Zucarelli menemukan
prinsip-prinsip holografik dapat menjelaskan kemampuan ini.

Zucarelli juga mengembangkan teknologi suara holofonik, suatu teknik
perekaman yang mampu mereproduksi suasana akustik dengan realisme yang
mengagumkan.

Keyakinan Pribram bahwa otak kita secara matematis membangun realitas
"keras" dengan mengandalkan diri pada masukan dari suatu domain frekuensi
juga telah mendapat dikungan sejumlah eksperimen.

Telah ditemukan bahwa masing-masing indra kita peka terhadap suatu bentangan
frekuensi yang jauh lebih lebar daripada yang dianggap orang sebelum ini.

Misalnya, para peneliti telah menemukan bahwa sistem penglihatan kita peka
terhadap frekuensi suara, bahwa indra penciuman kita sebagian bergantung
pada apa yang sekarang dinamakan "frekuensi osmik", dan bahkan sel-sel tubuh
kita peka terhadap suatu bentangan luas frekuensi. Temuan-temuan seperti itu
menandakan bahwa hanya di dalam domain kesadaran holografik saja
frekuensi-frekuensi seperti itu dipilah-pilah dan dibagi-bagi menjadi
persepsi konvensional.

Tetapi aspek yang paling membingungkan dari model otak holografik Pribram
adalah apa yang terjadi apabila model itu dipadukan dengan teori Bohm. Oleh
karena, bila kekonkritan alam semesta ini hanyalah realitas sekunder dan
bahwa apa yang ada "di luar sana" sesungguhnya hanyalah kekaburan frekuensi
holografik, dan jika otak juga sebuah hologram dan hanya memilih beberapa
saja dari frekuensi-frekuensi yang kabur dan secara matematis mengubahnya
menjadi persepsi sensorik, apa jadinya dengan realitas yang obyektif?

Secara sederhana, realias obyektif itu tidak ada lagi. Seperti telah lama
dinyatakan oleh agama-agama dari Timur, dunia materi ini adalah Maya, suatu
ilusi, dan sekalipun kita mungkin berpikir bahwa kita ini makhluk fisikal
yang bergerak di dalam dunia fisikal, ini juga suatu ilusi.

Kita ini sebenarnya adalah "pesawat penerima" yang mengambang melalui suatu
lautan frekuensi kaleidoskopik, dan apa yang kita ambil dari lautan ini dan
terjemahkan menjadi realitas fisikal hanyalah satu channel saja dari sekian
banyak yang diambil dari superhologram itu.

Gambaran realitas yang baru dan mengejutkan ini, yakni sintesis antara
pandangan Bohm dan Pribram, dinamakan paradigma holografik, dan sekalipun
banyak ilmuwan memandangnya secara skeptik, paradigma itu menggairahkan
sementara ilmuwan lain.
Suatu lingkungan kecil ilmuwan –yang jumlahnya makin bertambah– percaya
bahwa paradigma itu merupakan model realitas yang paling akurat yang pernah
dicapai sains. Lebih dari itu, sementara kalangan percaya bahwa itu dapat
memecahkan beberapa misteri yang selama ini belum dapat dijelaskan oleh
sains, dan bahkan dapat menegakkan hal-hal paranormal sebagai bagian dari
alam. Banyak peneliti, termasuk Bohm dan Pribram, mencatat bahwa banyak
fenomena para-psikologis menjadi lebih dapat dipahami dalam kerangka
paradigma holografik.

Dalam suatu alam semesta yang di situ otak individu sesungguhnya adalah
bagian yang tak terbagi dari hologram yang lebih besar dan segala sesuatu
saling berhubungan secara tak terbatas, maka telepati mungkin tidak lebih
dari sekadar mengakses tingkat holografik itu. Jelas itu jauh lebih mudah
dapat memahami bagaimana informasi dapat berpindah dari batin individu A
kepada batin individu B yang berjauhan, dan memahami sejumlah teka-teki yang
belum terpecahkan dalam psikologi. Khususnya, Grof merasa bahwa paradigma
holografik menawarkan model untuk memahami banyak fenomena membingungkan
yang dialami orang dalam keadaan "kesadaran yang berubah" [altered states of
consciousness].

Pada tahun 1950-an, ketika melakukan penelitian terhadap anggapan bahwa LSD
adalah alat penyembuhan psikoterapi, Grof mempunyai seorang pasien wanita
yang tiba-tiba merasa yakin bahwa dia mempunyai identitas seekor reptil
betina prasejarah. Selama halusinasinya, dia tidak hanya menguraikan secara
amat mendetail tentang bagaimana rasanya terperangkap dalam wujud seperti
itu, melainkan juga mengatakan bahwa bagian anatomi binatang jantan adalah
sepetak sisik berwarna pada sisi kepalanya.

Yang mengejutkan Grof ialah bahwa, sekalipun wanita itu sebelumnya tidak
mempunyai pengetahuan tentan hal-hal itu, suatu percakapan dengan seorang
ahli zoologi belakangan menguatkan bahwa pada beberapa spesies reptilia
tertentu bagian-bagian berwarna dari kepala memainkan peran penting untuk
membangkitkan birahi.

Pengalaman wanita itu bukan sesuatu yang unik. Selama penelitiannya, Grof
bertemu dengan pasien-pasien yang mengalami regresi dan mengenali dirinya
sebagai salah satu spesies dalam deretan evolusi. Tambahan pula, ia
mendapati bahwa pengalaman-pengalaman seperti itu sering kali mengandung
informasi zoologis yang jarang diketahui yang belakangan ternyata akurat.

Regresi ke dalam dunia binatang bukanlah satu-satunya fenomena psikologis
yang menjadi teka-teki yang ditemukan Grof. Ia juga mempunyai pasien-pasien
yang tampak dapat memasuki alam bawah sadar kolektif atau rasial.
Orang-orang yang tidak terdidik tiba-tiba memberikan gambaran yang
terperinci tentang praktek penguburan Zoroaster dan adegan-adegan dari
mitologi Hindu. Jenis pengalaman yang lain adalah orang-orang yang
memberikan uraian yang meyakinkan tentang perjalanan di luar tubuh, atau
melihat sekilas masa depan yang akan terjadi, atau regresi ke dalam
inkarnasi dalam salah satu kehidupan lampau.

Dalam riset-riset lebih lanjut, Grof menemukan bentangan fenomena yang sama
muncul dalam sesi-sesi terapi yang tidak menggunakan obat-obatan
[psikotropika]. Oleh karena unsur yang sama dalam pengalaman-pengalaman
seperti itu tampaknya adalah diatasinya kesadaran individu yang biasanya
dibatasi oleh ego dan/atau dibatasi oleh ruang dan waktu, Grof menyebut
fenomena itu sebagai "pengalaman transpersonal", dan pada akhir tahun
1960-an ia membantu mendirikan cabang psikologi yang disebut "psikologi
transpersonal" yang sepenuhnya mengkaji pengalaman-pengalaman
seperti itu.

Sekalipun perhimpunan yang didirikan oleh Grof, Perhimpunan Psikologi
Transpersonal [Association of Transpersonal Psychology], menghimpun
sekelompok profesional yang jumlahnya semakin bertambah, dan telah menjadi
cabang psikologi yang terhormat [di kalangan sains], selama bertahun-tahun
Grof maupun rekan-rekannya tidak dapat memberikan suatu mekanisme yang dapat
menjelaskan berbagai fenomena psikologis aneh yang mereka saksikan. Tetapi
semua itu berubah dengan lahirnya paradigma
holografik.

Sebagaimana dicatat Grof baru-baru ini, jika batin memang bagian dari suatu
kontinuum, suatu labirin yang berhubungan bukan hanya dengan setiap batin
lain yang ada dan yang pernah ada, melainkan berhubungan pula dengan setiap
atom, organisme, dan wilayah di dalam ruang dan waktu yang luas itu sendiri,
maka fakta bahwa batin kadang-kadang bisa menjelajah ke dalam labirin itu
dan mengalami hal-hal transpersonal tidak lagi tampak begitu aneh.

Paradigma holografik juga mempunyai implikasi bagi sains-sains "keras"
seperti biologi. Keith Floyd, seorang psikolog di Virginia Intermont
College, mengatakan bahwa jika realitas yang konkrit tidak lebih dari
sekadar ilusi holografik, maka tidak benar lagi pernyataan yang mengklaim
bahwa otak menghasilkan kesadaran. Alih-alih, justru kesadaranlah yang
menciptakan perwujudan dari otak — termasuk juga tubuh dan segala sesuatu di
sekitar kita yang kita tafsirkan sebagai fisikal.

Pembalikan cara melihat struktur-struktur biologis seperti itu menyebabkan
para peneliti mengatakan bahwa ilmu kedokteran dan pemahaman kita mengenai
proses penyembuhan juga dapat mengalami transformasi berkat paradigma
holografik ini. Jika struktur yang tampaknya fisikal dari badan ini tidak
lain daripada proyeksi holografik dari kesadaran, maka jelas bahwa
masing-masing dari kita jauh lebih bertanggung-jawab bagi kesehatan diri
kita daripada yang dinyatakan oleh pengetahuan kedokteran masa kini. Apa
yang sekarang kita lihat sebagai penyembuhan penyakit yang bersifat
"mukjizat" mungkin sesungguhnya disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam
kesadaran yang pada gilirannya mempengaruhi perubahan-perubahan dalam
hologram badan jasmani.

Demikian pula, teknik-teknik penyembuhan baru yang kontroversial, seperti
visualisasi, mungkin berhasil baik oleh karena dalam domain pikiran yang
holografik gambar-gambar pada akhirnya sama nyatanya dengan "realitas".

Bahkan berbagai visiun dan pengalaman yang menyangkut realitas yang "tidak
biasa" dapat dijelaskan dengan paradigma holografik. Dalam bukunya "Gifts of
Unknown Things", pakar biologi Lyall Watson menceritakan pertemuannya dengan
seorang dukun perempuan Indonesia yang, dengan melakuan semacam tarian
ritual, mampu melenyapkan sekumpulan pepohonan. Watson mengisahkan,
sementara ia dan seorang pengamat lain terus memandang perempuan itu dengan
takjub, ia membuat pepohonan itu muncul kembali, lalu melenyapkannya dan
memunculkannya lagi beberapa kali berturut-turut.

Sekalipun pemahaman saintifik masa kini tidak mampu menjelaskan
peristiwa-peristiwa seperti itu, berbagai pengalaman seperti ini menjadi
lebih mungkin jika realitas "keras" tidak lebih dari sekadar proyeksi
holografik.

Mungkin kita sepakat tentang apa yang "ada" atau "tidak ada" oleh karena apa
yang disebut "realitas konsensus" itu dirumuskan dan disahkan di tingkat
bawah sadar manusia, yang di situ semua batin saling berhubungan tanpa
terbatas.

Jika ini benar, maka ini adalah implikasi paling dalam dari paradigma
holografik, oleh karena hal itu berarti bahwa pengalaman-pengalaman
sebagaimana dialami oleh Watson adalah tidak lazim hanya oleh karena kita
tidak memprogram batin kita dengan kepercayaan-kepercayaan yang membuatnya
lazim. Di dalam alam semesta yang holografik, tidak ada batas bagaimana kita
dapat mengubah bahan-bahan realitas.

Yang kita lihat sebagai 'realitas' hanyalah sebuah kanvas yang menunggu kita
gambari dengan gambar apa pun yang kita inginkan. Segala sesuatu adalah
mungkin, mulai dari melengkungkan sendok dengan kekuatan batin sampai
peristiwa-peristiwa fantastik yang dialami oleh Castaneda selama
pertemuannya dengan dukun Indian bangsa Yaqui, Don Juan, oleh karena sihir
adalah hak asasi kita, tidak lebih dan tidak kurang adikodratinya daripada
kemampuan kita menghasilkan realitas yang kita inginkan ketika kita
bermimpi.

Sesungguhnya, bahkan paham-paham kita yang paling mendasar tentang realitas
patut dipertanyakan, oleh karena di dalam alam semesta holografik,
sebagaimana ditunjukkan oleh Pribram, bahkan perisitiwa yang terjadi secara
acak [random] harus dilihat sebagai berdasarkan prinsip holografik dan oleh
karena itu bersifat determined. 'Sinkronisitas' atau peristiwa-peristiwa
kebetulan yang bermanfaat, tiba-tiba masuk akal, dan segala sesuatu dalam
realitas harus dilihat sebagai metafora, oleh karena bahkan peristiwa yang
paling kacau mengungkapkan suatu simetri tertentu yang mendasarinya.

Apakah paradigma holografik Bohm dan Pribram akan diterima oleh sains atau
tenggelam begitu saja masih akan kita lihat, tetapi pada saat ini agaknya
dapat dikatakan bahwa paradigma itu telah berpengaruh terhadap pemikiran
sejumlah ilmuwan. Dan bahkan jika kelak terbukti bahwa model holografik
tidak memberikan penjelasan terbaik bagi komunikasi seketika yang tampaknya
berlangsung bolak-balik di antara partikel-partikel subatomik,
setidak-tidaknya, sebagaimana dinyatakan oleh Basil Hiley, seorang pakar
fisika di Birbeck College di London, temuan Aspect "menunjukkan
bahwa kita harus siap mempertimbangkan paham-paham baru yang radikal
mengenai realitas."

HOLOGRAPHIC UNIVERSE AND TIME

mir uzay istasyonu

Ahmed Baki

http://ahmedbaki.com/images/icon_print.gif <javascript:window.print();>
Print

'Time' is never something as we consider it, for we understand 'time'
depending on our way of observation and perception capability. 'Time' is
shaped (sculpted) in our minds based on a way we, the humans observe the
universe, and it is a product of our five senses perception.

However in fact, it is only the eternal, undivided, 'universal one whole
moment' that exists, and that 'one moment' is considered as 'time
(passages)' in the presence of an observer, the humans, from a perspective
associated with the restricted area of perception.

The discovery of 'hologram principle' has made it easy for us to understand
that the entire information possessed by one limitless and eternal being
that is the origin of universe and has a WHOLENESS, is contained
holographically in every atom of existence as a whole. It is that every
piece of the universe contains (enfolds) all the information possessed by
the whole, for the universe is structured like a hologram.

Despite our five senses tell that the universe is composed of independently
existing units, and despite the apparent separateness of all things in our
physical level of existence, the hologram principle shows that everything
that comes into sight in the universe stems from a wholeness and the entire
universe is made up by that basic undivided, unbroken ONENESS.

In like manner, every event and every formation that we have observed in the
past or will observe in future, that is the entire past and entire future in
another way of saying, are contained within the holographic structure of the
universe nontimely and nonlocally as an undivided 'information'.

Accordingly, each individual observer taking part in the universe can reach
that holographically-designed-information at the extent its perceptive
capability allows to access. Because of the reason that there is neither a
limit and thus nor a center determined for the 'wholeness of information,'
the whole information that appears as universe to our senses, is nonlocally
open and presented as a whole to any point where an observer stands.

This means that each smallest region of space and time is open to an
information in which the entire past and entire future is undividedly
complete one and whole.

However, an observer can only access that information at the level its
capacity allows to access, which determines one's space and time conception.
It is therefore that, the information observed in the world of our senses is
a product of our perception and is there from only one perspective. The
observer himself is also nothing other than the unfoldment of nonlocal
information from within its standpoint.

For the fact that all happenings and formations in our world wholly existed
as a holographic information within 'one undivided cosmic moment,' all our
experiences are in a state of 'completion' at such a dimension. They have
entirely been accomplished, and all is nothing more than a complete
information... This means the whole universe is destined already and our
RELATIVE future is foregone at some other conception of time.

It is that, everything that happens in the world of our senses (in our
universe) has totally taken place and already been accomplished at the sight
of 'one universal moment'. There is a dimension where everything has already
finished up and it is self-contained as a whole information.

Yet, the individual observers limited by their perception, can only access
into and be aware of that nonlocal 'information' at the level of their
perspectives. Therefore, we, as humans are able to observe only one level of
that holographically-designed-information, and it is that information that
makes up 'our world' totally we live in.

All of the existence that we have been perceiving at our present state is
simply one panorama of information received from within a limitless being
and it is there in front of our eyes (is real from our perspective) as 'our
universe' as a product of limited capability of our sensory means. As a
result of that, we comprehend the unique 'cosmic moment' shaped and
represented in terms of years, months and days fully based on our way of
conception.

If we were to perceive the holographic universe from a different perspective
of a higher level, our conception of time would completely alter and our
'actual lifetimes' in this world would most likely represent not longer than
a few seconds of such a dimension. Because, 'our worldly lifetimes' cover
just a particular domain of the holographic structure of universe, and such
a domain is maybe nothing more than a drop of water in an ocean if compared
to the 'cosmic moment'.

So, we live in time passages as established on a conception as we sculpted
the cosmic moment in our minds according to our way of perception. Another
conception of time from a different perspective will never liken our current
conception of time from our actual state.

As a matter of fact, if compared to the theoretic 'cosmic year' that
persists since the birth of 'our physical universe' with a big-bang, a human
lifetime in our actual dimension do not scale more than a few seconds
experienced in the whole history year of time...

If we realize a leap in our consciousness to a higher realm, that is, if our
consciousness comes to interact with an information from a perspective of a
higher level, in other words, if an information from such a dimension is
revealed through ourselves, our current life dimension in this world will
represent nothing more than an ILLUSION to us. Reckoned in terms of a
galactic time dimension even, our lifetimes with all our memories in this
world will be remembered like a DREAM of a sleep.

And we may have a leap in consciousness only if we become aware of our
essential role at the sight of the basic Essence of universe, that is, at
the sight of the universal ONENESS, to be NOTHING more than nothing in Its
dream, we might then suddenly experience the awareness that it is all an
ILLUSION experienced.

Everything that took place in an observational process are understood only
in terms of the interaction of information with the observer, and they are
simply signs and samples drawn out at a perspective of a limitless
holographic universe. We have been viewing a realm of total information
interacted with ourselves as our actual lifetimes and looking at the rest in
accordance with that.

With respect to the 'One Cosmic Moment' and at Its sight, everything dwells
in a holographically-designed-information within ITSELF and all times are
foregone. That means all times have already been KNOWN undividedly within
Oneness Itself. Because, the universe and everything without exception
dwells in His knowledge. We, too, are nothing more than individual images
made from and formed within His knowledge. Yet, considering the
'consciousness' we have, the entire information is undividedly open to us as
a whole.

Through a leap in our consciousness toward the essence of being, our essence
can attain the wholeness of information enclosed in the Universal Oneness.
It is that, the ONE will be revealing and observing Its own knowledge, by
means of ourselves in Its presence. This is the ultimate case even now at
all states and is the truth. Because, it is just one 'Whole Being' and one
'Undivided Moment' alone that is under consideration at that dimension. In
addition, the holographic universe is nothing other than the qualities that
the 'Eternal Moment', or in other words the 'Holder of Information'
possessed within Itself, and the expression of those qualities exhibited to
Itself from within Itself...

This fact has been mentioned in Sufism as 'all the universes are originally
illusion and everything has taken place and already been completed within
the knowledge of Allah.' These universes mentioned are nothing other than
the realms of information designed holographically...

Everything, every answer and every experience are actually available in an
unfragmented universal holographic information, but it is the TIME itself
that will SHOW them all to us when due...

Sept. 30, 1990
Ankara, Turkey

(This essay was published in October 1994 issue of a Turkish Science And
Tech Magazine named ULTRA and in July 1995 issue of Turkish Popular Science
Magazine.)

HOLOGRAPHIC VIEWING

§
<http://ahmedbaki.com/english/books/hologram/eng_01holographic_universe.htm>
Holographic Universe and Time

§ Wholeness and the Universe

§ Universe and the Cosmic Time

§ Where Are We In the Universe

§ MODERN PHYSICS and SUFISM

§ Is This World An Illusion?

§ Journey in the Hologram

§ ASTROLOGY: Populer Science of the New Millennium

§ Chiron Brings Reforms

§ Do so-called Aliens Come From the Outer Space?

§ The Inner Face of UFO and Aliens

Cosmic Micro Waves and the Microwave Ovens

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Groups blog

the best source

for the latest

scoop on Groups.

John McEnroe

on Yahoo! Groups

Join him for the

10 Day Challenge.

Yahoo! Groups

Auto Enthusiast Zone

Love cars? Check out the

Auto Enthusiast Zone

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: