Jumat, 28 Maret 2014

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3789

1 Message

Digest #3789

Message

Thu Mar 27, 2014 8:06 pm (PDT) . Posted by:

"Yons Achmad" freelance_corp

Si Obong Hanya Ingin Sekolah Saja

Ditulis : *Yons Achmad*, 28 Maret 2014 | 05:45

*Ketika manusia punya keinginan*

*Tapi Allah tidak meridhoi maka itu tak akan terjadi,*

*Begitu sebaliknya,*

*Betapapun kita tak menginginkan sebuah peristiwa terjadi*

*Kalau Allah menghendaki, maka peristiwa itu tak bisa kita hindari...*

Sahabat saya yang insyallah bahagia hidupnya...

Saya akan ceritakan seorang bocah berumur 10 tahunan, panggilan
sehari-harinya Si Obong, begitu kakek dan neneknya menyebutnya. Sebenarnya,
cerita tentang Si Obong ini bukan cerita yang saya dapatkan sendiri. Tapi,
ini sebuah cerita yang dikisahkan oleh istri saya.

"Hey itu Si Obong" Katanya sedikit berteriak ketika melihat Si Obong sedang
berjalan, pada sebuah jalan diantara Rumah Sakit Dharmais dan Rumah Sakit
Harapan Kita, Jakarta. Ya, waktu itu, saya kebetulan sedang mengantar istri
menuju tempat kerjanya. "Siapa dia Dek" Kata saya. "Nanti kuceritakan Mas".
Yah, waktu tak cukup, dia keburu masuk kerja. Baiklah, saya sabar menunggu
ceritanya.

Sepulang kerja, sebelum tidur dia bercerita tentang Si Obong itu..

Dia, anak yang dilahirkan karena "Kecelakaan". Saat itu ibunya masih
berumur belasan tahun. Karena hamil, minta dinikahi oleh yang menghamili
itu. Terjadilah pernikahan, walau sebenarnya tak benar-benar ada rasa
cinta, ada rasa sayang dalam rumah tangga itu. Beberapa bulan kemudian,
lahirlah Si Obong, orok yang tak dikehendaki datangnya. Sempat hidup dan
bisa berjalan. Sayang, ketika dia sedang lucu-lucunya, ayahnya meninggal.
Dia pun hidup hanya dengan ibunya saja.

Sayangnya lagi, ibunya juga tak menghendaki kehadirannya. Entahlah, mungkin
karena tekanan hidupnya atau apa, Si Obong diperlakukan semena-mena.
Setidaknya, menurut cerita neneknya, sudah tiga kali anak itu mau dibunuh
sama ibunya, mulai dari dilempar, mau ditabrakin mobil, sampai yang ketiga,
sang nenek tak menceritakannya, tapi, mengetahui cucunya mau dibunuh
sendiri oleh ibunya, dia pun menyelamatkannya. Dibawa lari dari ibunya.
Sementara ibunya membiarkannya saja. Tak memedulikannya. Dan kini, dia
sudah menikah lagi dengan lelaki lain.

Nasib kini membawa Si Obong tinggal bersama kakek dan neneknya. Tidak punya
rumah, hanya menumpang hidup pada emperan rumah seseorang di jalan itu.
Bersama dengan gerobak setianya. Gerobak tempat memungut barang-barang
bekas, botol minuman, kardus dll. Yang kalau pagi sampai siang untuk
menyimpan barang-barang semacam itu dan dijual pada sore harinya.
Sementara, malam untuk tidur. Soal mandi, mereka membayar Rp 3000 sekali
mandi di sebuah pemandian umum. Begitu, gaya hidup tiga orang manusia itu.
Satu yang pasti, Si Obong, hanya punya satu keinginan saja, dia hanya ingin
sekolah. Walau berat, kakek dan neneknya menyetujuinya. Tentu, dia banting
tulang menyekolahkan cucunya itu dengan hasil jerih payahnya memulung
barang-barang bekas. Begitulah cerita Si Obong. Hidup barangkali memang
berat. Tapi tak ada kamus untuk mengaduh dan mengeluh. Hari ini kita
belajar dari sepenggal kisah kehidupan mereka. (Yons
Achmad/Wasathon.com).

http://wasathon.com/oase/view/2014/03/28/si-obong-hanya-ingin-sekolah-saja

Tidak ada komentar: