Tadinya saya kira puisi, Pak Edy:). Ternyata catatan pengalaman yang
inspiratif dan mencerahkan. Penyakit memang tantangan, yang kadang manusia
menang atau kalah dalam menghadapinya. Tapi,IMO, penyakit juga bisa jadi
pertanda kasih Tuhan. Karena dengan penyakit, dalam Islam, sebagian dosa
penderitanya akan diluruhkan, sebagai upah atas kesabarannya.
Terima kasih sudah berbagi.
Tabik,
Nursalam AR
2010/8/31 edy <
edy_pekalongan@yahoo.co.uk>
>
>
> Penyakit dan kebijaksanaan
>
> catatan.
> hari selasa, 10 agustus 2010
>
> sekitar jam 9 pagi
> ada seorang wanita bertamu,
> usianya kira kira 35 tahun.
> dia terakhir berkunjung ke rumah,
> kira kira seminggu yang lalu.
>
> dan menanyakan ,
> apakah penyakit yang dideritanya yaitu
> batu empedu sudah sembuh ?
>
> dia rutin seminggu sekali
> datang ke rumah saya
> kira kira sejak 2 bulan yang lalu.
> dan di awal pertemuan mengatakan
> bahwa menurut pemeriksaan dokter
> dia mengidap batu empedu.
> lalu meminta dia bantuan saya .
>
> saya membantu dia
> dengan terapi prana dan minum air mineral .
>
> pagi ini dia menyampaikan,
> bahwa kemaren dia melakukan
> pemeriksaan di klinik sesuai saran saya ,
> untuk mengetahui
> bagaimana perkembangan penyakitnya.
>
> dia menuturkan setelah di USG ,
> batu empedunya sudah tidak ada alias hilang.
> di gembira atas keadaan itu
> karena tidak harus operasi yang biayanya mahal.
>
> itulah alasan dia bertamu ke rumah
> untuk mengucapkan terima kasih ,
> dengan membawa gula, teh dan sarimi
>
> saya terima dan saya katakan,
> " syukurlah kalo begitu.
> artinya keinginanmu untuk sembuh
> telah di restui oleh yang maha kuasa "
>
> setelah itu dia mohon diri.
>
> kepada ibu saya,
> saya minta bingkisan yang di beri oleh tamu tadi
> untuk diserahkan kepada orang lain.
>
> **
>
> jam 10 pagi.
> saya melayat ke rumah teman yang meninggal dunia,
> setahu saya dia kerja di luar kota dan sehat.
>
> ternyata semalam meninggal dunia
> karena sakit timor otak yang parah.
>
> saya datangi rumahnya,
> bertemu keluarganya,
> berdoa sebentar di depan jenasahnya.
> dan melihat muka almarhum
> untuk yang terakhir kalinya.
>
> kakak almarhum menuturkan
> jalan cerita hari hari terakhir almarhum sebelum wafat.
> saya dengarkan dengan seksama.
>
> kemudian saya pamit pulang.
>
> hari itu ,
> saya belajar bahwa penyakit
> adalah tantangan kehidupan,
> kadang kadang berhasil di taklukkan,
> kadang kadang membawa kematian raga seseorang.
>
> menjelang subuh sebelum pagi hari selasa ini ,
> saya membaca koran bahwa
>
> bapak sutarjo suryo guritno ,
> seorang politisi nasionalis
>
> meninggal dunia dan
> hari minggu telah di makamkan
> di taman makam pahlawan
> kusuma negara - jogja.
>
> kematian setiap hari ada.
> kelahiran setiap hari ada.
>
> kematian dan kelahiran adalah
> sepasang kejadian yang memberi banyak pelajaran
> bagi manusia yang mau merenung.
>
> siapa yang lahir sudah pasti
> akan meninggal dunia.
> itu pasti.
>
> karena saya masih hidup di dunia,
> maka saya menulis kisah ini.
>
> dan terus melanjutkan peran saya di dunia saat ini
> yaitu kadang menjadi pelayan toko batik,
>
> kadang memberi motivasi kepada orang yang sakit,
> kadang menulis di blog,
>
> lebih sering menjadi " illegal consultant "
> bagi orang yang bertamu ke rumah,
>
> karena tanpa gelar dan sertifikat,
> kok ya berani memberi konseling.
> :-)
>
> setelah membaca tulisan
> Rene Suhardono dalam bukunya
> " your job is not your career "
>
> dapat saya simpulkan
> pekerjaan saya berubah ubah
> tapi saya menjalani carieer saya
> sesuai panggilan hidup
> dan saya bahagia...
>
> bahagia bukan karena uangnya,
> tapi karena melakukan apa yang saya suka
>
> sesuai filosofi hidup yang saya anut.
> yaitu saya mengikuti
> jalan kebaikan, keindahan dan kedamaian.
>
> gara gara menulis ini,
> saya jadi ingat seorang remaja putri
> seminggu sebelumnya.
> yang sakit tifus selama 2 bulan.
> dan belum sembuh .
> karena tidak mau makan obat dan tidak mau di suntik.
>
> dia tergolong dari ekonomi miskin.
> ketika saya berkunjung ke rumahnya
> sekitar jam setengah sepuluh malam.
>
> saya masuk rumah,
> tidak ada kursi dan meja tamu.
> semua duduk di lantai tegel bukan keramik.
> yang sakit itu hanya berbaring di lantai
> beralaskan tikar dan kasur tipis.
> berselimutkan kain batik yang sudah lusuh.
>
> ayah remaja putri itu,
> takut kalo malam ini, anaknya semakin parah
> dan dia tidak mampu membayar rumah sakit.
>
> ketakutan terbesar sang ayah yang saya baca
> adalah anaknya meninggal malam itu.
>
> setelah saya sapa lalu saya sentuh dahinya dengan
> telapak tangan ,kemudian untuk beberapa saat
> saya berada dalam keheningan.
>
> setelah selesai..
>
> kepada remaja putri
> yang sekolah malam di kejar paket B - kelas 3 .
> dengan halus dan tegas
> saya katakan :
>
> " kamu itu masih muda,
> yang semangat.
> langkahmu masih panjang...
> jangan menyerah..
> jangan mau kalah sama penyakit "
>
> setelah itu ,saya pamit.
> dan mereka mau memberi saya amplop.
>
> saya katakan :
>
> "tidak usah , untuk beli makanan yang sakit saja.
> terima kasih. "
>
> malam itu, perjalanan pulang kerumah
> naik motor yang sejak 5 tahun lalu belum ganti.
> semakin terasa melegakan dan bahagia.
>
> saya merenung
> " jaman sudah merdeka,
> nasib orang miskin tetap saja susah "
>
> saya bersyukur atas kehidupan saya.
> di bandingkan nasib remaja putri
> yang baru saja saya temui.
>
> kalau melihat keatas terus.. tidak ada puasnya.
> sesekali kita harus melihat
> dan menyentuh orang miskin langsung.
>
> yang saya maksud
> bukanlah memberi uang
> lewat tarnsfer rekening amal di TV swasta.
>
> tapi datang ke rumah mereka yang miskin ,
> duduk dan dengarkan keluhan mereka.
> dan bantulah dengan tulus...
>
> cobalah..
> maka kita akan merasa beruntung
> dan semakin bijaksana.
>
> sekian, terima kasih.
>
> salam,
> edy pekalongan
>
>
http://edypekalongan.blogspot.com/ >
>
>
--
- Nursalam AR -
Blog: www.kintaka.
wordpress.com
Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
HP: 0813-10040723 / 021-92727391
"The difference between the right word and the almost right word is the
difference between lightning and the lightning bug."
(Mark Twain)