Kamis, 12 September 2013

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3752

sekolah-kehidupan

1 New Message

Digest #3752
1
(Kolom) Selepas Senja di Pantai Kuta by "Yons Achmad" freelance_corp

Message

Wed Sep 11, 2013 8:29 pm (PDT) . Posted by:

"Yons Achmad" freelance_corp

*Selepas Senja di Pantai Kuta*

Oleh

Yons Achmad*

*Ada cerita, diantara kita*

*Tersimpan mesra didada*

*Lautan luas, burung-burung camar*

*Pasir putih, gelombang samudera*

* *

*Anak kecil berlari, terbangkan mimpi-mimpi*

*Layang- layang buatan ibunya….*

* *

*Lepas kita memandang, jingga karya sempurnanya*

*Sembuhkan jerit suara ronta jiwa yang terluka*

* *

*Terus kita berjalan bersama cerita senja*

* *

*Dan kita slalu percaya akan keajaibanNya*

*Dan kita slalu percaya akan keajaibanNya*

*Dan kita slalu percaya akan keajaibanNya*

* *

(Lagu: Cerita Senja by Senjakarta)

Senja. Bagi saya, ia ciptaan Tuhan yang perlu diakrapi. Maklum, saya orang
gunung. Lahir dan dibesarkan di lereng Gunung Merapi Magelang. Tidak pernah
melihat senja tenggelam sepanjang hidup. Pagi lalu siang, tahu-tahu sudah
malam saja. Karena itu, bisa memandang senja dibibir pantai adalah sebuah
kemewahan tersendiri dalam kehidupan saya. Barangkali, ada yang menganggap
remeh dan sepele saja soal ini. Tapi bagi saya tidak.

Bagi saya, kemewahan kecil apapun harus saya "bayar mahal". Ya, setiap
kepinginan apapun. Untuk mendapatkannya, selalu dengan perjuangan yang
begitu rupa. Tidak didapatkan dengan mudah begitu saja. Begitu juga, bisa
memandang senja di bibir pantai Kuta Bali.

Kali pertama datang ke Pantai Kuta, gagal memotret senja. Tahu-tahu sudah
tenggelam saja. Ah payah. Kali kedua datang lagi baru berhasil. Kali ketiga
menikmati senja di Pantai Kuta, berhasil menyempurnakan sebuah lagu yang
saya ciptakan sebelumnya. Lagu "Cerita Senja" Versi kasarnya sudah jadi.
Tinggal memolesnya di studio hingga jadi MP3 yang bisa dinikmati sambil
menyesap secangkir teh.

Khusus kali ketiga ke Pantai Kuta, saya tak ada agenda. Hanya, secara
kebetulan. Selepas senja di Pantai Kuta berhasil ngobrol-ngobrol sebentar
di sebuah kafe sederhana. Popies 2 Kuta, Bali. Dengan seorang teman
perempuan. Sambil saya menyesap secangkir teh, dia meminum secangkir kopi.
Dan kami ngobrol. Yah, walau sebentar saja.

Ia seorang penulis, tepatnya seorang novelis yang kerap menjuarai
perlombaan kepenulisan. Karya-karyanya dapat dengan mudah kita temukan di
Toko Buku Gramedia. Saat ini dia baru saja meluncurkan novel kemasan
ulangnya. Dengan kaver baru. Dan, sebentar lagi katanya juga akan
meluncurkan novel baru lagi. Katanya sih. Ya, benar, dia memang penulis
produktif yang tinggal di seberang sana. Salut.

Sebenarnya kami tidak ngobrol sih. Tepatnya dia lebih banyak diam, saya
yang cerewet tak tahu diri. Keterlaluan memang saya ini. Maklum, saya ini
penulis novel yang selalu gagal. Jadi, pas ketemu penulis novel betulan
begitu, bawaannya macam-macam. Saya mendengarkan cerita bagaimana cara dia
menulis novel. Agak seru. Boleh juga, perlu contoh.

Hanya, saya bilang ke dia. Saya tak suka kalau dia menulis novel bareng
orang lain. Walaupun penulis senior sekalipun. Sebagai pembaca, saya lebih
suka membaca novel karangan satu orang, bukan dua orang apalagi lebih. Rasa
personalnya hilang.

Apalagi kalau sebagai pembaca saya tak tahu penulis pertama menulis yang
mana, bab mana, penulis kedua juga sama, saya tak tahu menulis yang mana.
Jadi, kami sebagai pembaca kurang begitu nyaman, apalagi pas mau komentar
untuk novel itu. Masalah lain pula, kalau salah satu penulisnya saya tak
suka. Tentu jadi malas membacanya. Begitulah. Saya lebih senang membaca
novel karya penulis seorang diri.

Selepas senja di Pantai Kuta. Sebuah cerita sendiri bisa bertemu dengan
penulis yang satu itu. Apakah cerita akan berlanjut? Saya tidak tahu.

*Penikmat Teh.

http://penakayu.blogspot.com

* *

Tidak ada komentar: