Minggu, 26 Januari 2014

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3778

3 New Messages

Digest #3778
1
Membandingkan Kebahagiaan by "Dadang Kadarusman" dkadarusman
2
P#115: Lemotnya Semangat Jumat by "Dadang Kadarusman" dkadarusman
3
P#114: Mestinya Digaji Lebih Tinggi by "Dadang Kadarusman" dkadarusman

Messages

Sat Jan 25, 2014 4:48 pm (PST) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman

Wajar nggak sih kalau kita selalu ingin mendapat lebih dari yang selama ini kita dapat? Wajar banget. Memang sudah menjadi sifat manusia untuk selalu ingin dapat lebih.

Malahan, itu bagus untuk membuat kita terus terdorong untuk lebih giat, lebih gigih, dan lebih rajin. Tanpa keinginan untuk mendapat lebih, kita cenderung tidak berkembang.

Namun, akan jadi tidak wajar kalau ingin lebih itu sambil mengumpat; mestinya keadaan kita nggak kayak gini! Mestinya kan seperti itu! Lalu membanding-bandingkan dengan orang lain.

Kalau soal uang dan kepemilikan pasti kita membandingkannya dengan orang lebih makmur dari kita kan? Sudah dapat 5 juta, melihat orang yang penghasilannya 10 juta. Kalau sudah dapat 10 juta emangnya bakal berhenti membandingkan?

Tidak. Jika sikap mental kita dibiarkan mengikuti nafsu. Namanya nafsu, mana ada batasnya kan. Sudah dapat 50 juta sebulan juga tak bakalan berhenti menuntut. Karena ketika sudah sampai di 50 juta itu, kita memandang orang yang berpenghasilan 100 juta.

Itu loh yang disebut sebagai 'hedonic treadmil syndrom'. Artinya, kita hanya puas sebentar dgn anugerah yang sudah kita dapatkan. Sesaat kemudian kita tidak puas lagi karena melihat orang lain mendapatkan lebih banyak.

Emang gak boleh? Gak ada yang melarang sih. Tapi sikap begitu menjauhkan kita dari kenyataan yang sebenarnya. Kita tidak mampu, tapi maksa beli. Akhirnya ngutang. Terus gimana bayarnya? Stress kan kalau sudah dikejar-kejar tukang tagih.

Bisa bahagia hidup jika demikian? Gak bakalan. Padahal kita suka bilang ingin bahagia. Semu bahagia seperti itu. Tampang luar kita aja yang serba bagus, tapi jiwa kita hampa.

Bahagia yang sebenarnya justru diperoleh dari apa yang kita punya. Dari kecukupan rezeki yang kita miliki. Dari suami yang mencintai istrinya. Dari istri yang menghargai suaminya.

Anda dikasih uang melimpah. dan fasilitas mewah. Jika tidak dicintai suami? Bohong kalau Anda bilang bahagia.

Misalnya kita kaya raya. Tapi istri dirumah tidak menghargai kita. Sudah pasti kita kecewa sekali. Buat para lelaki, kesetiaan dan penghargaan dari istri adalah segala-galanya. Sebab istri adalah harga diri para lelaki.

Memang idealnya kita punya kekayaan melimpah dan kehidupan yang sakinah. Tapi jika kita tidak bisa mencapai keadaan ideal itu, prioritasnya apa? Hidup sakinah dulu kan?

Tapi hidup tenang pun sulit diraih kalau serba kekurangan kan? Mau bahagia gimana kalau nggak punya nafkah yang cukup? Gakal bakal bisa.

Kecukupan itu harus. Tanpa kecukupan, kita sulit merasa bahagia. Pertanyaannya; Anda berkecukupan apa masih kurang? Saya sih yakin kalau kita ini sebenarnya sudah berkecukupan.

Namun karena kita lebih suka melihat orang lain yang lebih makmur maka kita sering lupa betapa beruntungnya kita.

Makanya, meski sudah cukup pun; kita tetap saja merasa kekurangan. Itu pertanda bahwa kita, terkena syndrom hedonic treadmil. Terus, bagaimana sembuh dari sindrom itu?

Gampang. Hargai apa yang kita miliki saat ini. Jikapun mau membandingkan dengan orang lain, lakukan dengan cara yang baik. Bukan mengeluh atau mengomel.

Kenapa? Karena mengeluh hanya akan membuat dada kita terasa sumpek. Sedangkan mengomel, hanya akan menyakiti orang-orang yang selama ini telah berjuang keras bersama kita.

9 January 2014.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
Author, Trainer, and Public Speaker
www.dadangkadarusman.com

PS:
Silakan teruskan kepada orang lain jika Anda nilai artikel ini bermanfaat. Dan tetaplah mengingat bahwa; Anda tidak perlu mengklaim sesuatu yang bukan karya tulis Anda sendiri. Meskipun Anda sudah berbuat baik, namun Tuhan; belum tentu suka tindakan itu (Natin & The Cubicle).

Sat Jan 25, 2014 5:06 pm (PST) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman



P#115: Lemotnya Semangat Jumat
 
Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
 
Kalau hari jumat Anda lebih semangat apa tidak? Biasanya iyya
dong. Kan besoknya libur. Maka semangatlah dihari jumat. Iyya. Semangat buat
libur. Kalau kerjanya, juga nambah semangat?
 
Sedikit banyaknya saya pahamlah situasi Anda. Di tahun
pertama kerja di Jakarta, waktu itu istri saya bekerja di Bandung. Secara jarak
2 kota bisa ditempuh sekitar 3 atau 4 jam. Gak bo'onglah, emang godaan buat
pulang awal dihari jumat itu besar kok.
 
Apalagi orang lapangan seperti saya. Ada aja alesan yang bisa
dicari kalau mau. Teman saya malah pernah kepergok boss besar waktu bo'ong.
Ngakunya lagi prospekting. Eh tahunya sudah di stasiun kereta api. Habislah
dia.
 
Orang bilang, kalau mau bo'ong cerdik dikit dong. Tapi saya
nggak mau menasihati begitu pada Anda. Soalnya saya paham benar bahwa meskipun
nggak ketahuan, sikap seperti itu nggak menguntungkan. Malah cenderung
merugikan.
 
Hari Jumat sore itu mestinya disetarakan dengan 100 meter
terakhir dalam sebuah lomba lari marathon. Anda tidak bisa menyelesaikan lomba
lari yang sudah berkilo-kilo diikuti itu jika mangkir di 100 meter terakhir
kan? Kalau mau sampai garis finish ya selesaikan dong kerjaan Jumat sore Anda sampai
tuntas.
 
Saya akui. Saya pernah kepengen banget cepet-cepet pulang ke
Bandung. Apalagi waktu itu masih pengantin baru. Gak ketemu istri seminggu,
gairah bisa menggebu-gebu. Kalau Anda sudah dewasa, pasti pahamlah maksud saya.
 
Tapi kemudian saya menemukan bahwa apa yang saya kejar itu
nyaris semu. Kenapa? Karena jika benar saya mencintai keluarga saya, bukan
mesti cepet-cepet pulang di Jumat sore. Saya cuman bakal jadi pegawai cetek aja
kalau begitu.
 
Justru saya mesti melihat hari Jumat sebagai kesempatan untuk
melakukan sprint. Disaat orang lain kena demam jumat sore, kita justru mesti giat
bekerja. Bisa dibayangkan kan dampaknya?
 
Bakal kelihatan siapa yang giat dan siapa yang sudah kepengen
mabur. Sejak saat itu, saya tidak tertarik lagi buru-buru cabut dari kantor
kalau Jumat sore. Justru saya makin rajin. Karena saya percaya bahwa kemenangan
dalam lomba marathon karir itu terletak pada menit-menit terakhir dihari Jumat.
 
Saya bilang pada istri saya bahwa saya tidak akan cepat-cepat
pulang. Bukan karena tidak kangen. Tapi saya mesti berjuang supaya kelak karir
ini bisa berkembang.
 
"Man jadda wajada," Begitu guru mengaji saya mengajari. Siapa
yang gigih dan bersungguh-sungguh, pasti berhasil. Dan ajaran dari Sang Nabi
itu benar-benar terbukti. Saya membandingkan karir dan pendapatan saya dengan
teman-teman seangkatan yang masuk bareng ke perusahaan itu.
 
Ternyata saya berada di posisi paling depan. Fasilitas dan
penghasilan pun saya yakin demikian. Hal itu semakin menguatkan keyakinan saya
bahwa Tuhan, melihat orang-orang yang mau berjuang. Dan Dia, memberi imbalan
yang sepadan.
 
Dihari Jumat sore ini. Anda pengen cepet-cepet pulang?
Percaya sama saya. Kalau Anda menginginkan karir yang lebih baik. Anda mesti
mengubah sikap itu. Kecuali jika Anda memang sudah merasa cukup dengan
pencapaian seperti itu.
 
Jika ingin lebih, tetaplah berlari. Karena sekarang, kita
sedang berada di 100 meter terakhir perjuangan pekan ini. Kepingin lebih banyak lagi ilmunya? Sering-sering saja mampir kesini: www.dadangkadarusman.com 

Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 17 January 2014
Author, Trainer, and
Professional Public Speaker
Penulis Novel "DING and HER GOKIL PAPA!"
DK: 0812 19899 737 or Ms.
Vivi at 0812 1040 3327
PIN BB DeKa : 2A495F1D
 
Catatan
Kaki:
Kalau ingin unggul dari orang lain, kita tidak boleh lagi
mengikuti cara dan perilaku kerja orang lain. Soalnya, belum tentu cara mereka
menuju kepada keunggulan. Karena keunggulan tidak muncul dari kerumunan.
 
Kesibukan
sering tidak memungkinkan saya untuk posting artikel di berbagai milist. Jadi
saya prioritaskan di milist pribadi yang bisa diupdate melalui gadget. Jika
Anda ingin mendapatkan kiriman artikel "P
(=Personalism)" secara rutin sebaiknya bergabung disini: http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
 
Silakan teruskan kepada orang lain jika
Anda nilai artikel ini bermanfaat. Dan tetaplah mengingat bahwa; Anda tidak
perlu mengklaim sesuatu yang bukan karya tulis Anda sendiri. Meskipun Anda
sudah berbuat baik, namun Tuhan; belum tentu suka tindakan itu (Natin & The
Cubicle).
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company? 
Call him @ 0812 19899 737 or Ms. Vivi @ 0812 1040 3327

Sat Jan 25, 2014 5:32 pm (PST) . Posted by:

"Dadang Kadarusman" dkadarusman



P#114: Mestinya Digaji Lebih Tinggi
 
Hore!
Tahun Baru, Teman-teman.
 
Pernah nggak, Anda merasa bahwa seharusnya Anda digaji lebih
tinggi dari saat ini? Pernahlah kan. Lantas, dasarnya apa?
 
Staff saya dulu datang ke ruang saya lalu berkata; "Pak
Dadang kok saya naik gajinya cuma segini sih Pak?"
 
Saya tanya balik dia;"Emangnya elo naek gaji berapa
persen?"
 
Dia menyebutkan 2 angka persenan. Saya bilang
padanya;"Lutuye, sudah naik double digit aja masih protes. Lutau kan
rata-rata cuman naik single digit!"
 
"Iya sih pak, tapi kan inflasi aja sudah berapa persen.
Belum lagi kenaikan sayur mayur, anak pertama masuk SD . Anak kedua masuk
TK..." Hadeuh... capedeh...
 
Karyawan kalau minta naik gaji kayak gitu tuch argumennya.
Saya jamin deh, pasti gagal cara begituan mah. Apalagi pake ngamuk atau demo
segala. Tahu kenapa dijamin gagal? Karena cara berpikir pemilik perusahaan
nggak seperti itu.
 
Percuma berbusa-busa ngomong naiknya biaya hidup. Itu urusan
elo. Bukan urusan perusahaan. Naik gaji 100% juga bakal begitu terus masalah
elo.
 
Kalau mau naik gaji bagus, bukan berargumen dengan kesulitan
hidup atau soal kekurangan uang. Siapa sih yang nggak merasa kurang jaman
sekarang? Semua orang merasa kurang. Bukan karena pendapatan sedikit. Tapi
nggak bisa ngerem gaya hidup.
 
Berargumenlah dengan cara investor mikir. Fokus mereka adalah
profit dan produktivitas. Maka kalau mau naik gaji lebih tinggi dari orang
lain, pastikan bahwa produktivitas kita lebih baik dan kita bisa memberi profit
lebih tinggi buat perusahaan.
 
Cara begini dijamin berhasil. Anda akan naik gaji lebih
tinggi dari yang lain. Mau keluar kerja juga bakal ditahan sama perusahaan.
Malah ditanya; 'elo kenapa pengen keluar?' Oh, Anda mengira saya cuman omong
doang? Mmmmua-af ya... Anda keliru. Buktikan sendiri saja deh. Biar Anda tahu
kebenarannya.

Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 16 January 2014
Author, Trainer, and
Professional Public Speaker
Penulis Novel "DING and HER GOKIL PAPA!"
DK: 0812 19899 737 or Ms.
Vivi at 0812 1040 3327
PIN BB DeKa : 2A495F1D
 
Catatan
Kaki:
Cara berpikir pemilik perusahaan itu berbeda dengan
karyawan. Jadi kalau kita ingin mereka mendukung keinginan kita untuk dibayar
lebih tinggi, ya kita mesti menggunakan argument yang sesuai dengan cara
berpikir mereka.
 
Kesibukan
sering tidak memungkinkan saya untuk posting artikel di berbagai milist. Jadi
saya prioritaskan di milist pribadi yang bisa diupdate melalui gadget. Jika Anda
ingin mendapatkan kiriman artikel "P
(=Personalism)" secara rutin sebaiknya bergabung disini: http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
 
Silakan teruskan kepada orang lain jika
Anda nilai artikel ini bermanfaat. Dan tetaplah mengingat bahwa; Anda tidak
perlu mengklaim sesuatu yang bukan karya tulis Anda sendiri. Meskipun Anda
sudah berbuat baik, namun Tuhan; belum tentu suka tindakan itu (Natin & The
Cubicle).
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com
Dare to invite Dadang to speak for your company? 
Call him @ 0812 19899 737 or Ms. Vivi @ 0812 1040 3327
We are making changes based on your feedback, Thank you !
The Yahoo! Groups Product Blog

Tidak ada komentar: