Senin, 02 Agustus 2010

[daarut-tauhiid] Tarhib Ramadhan: Menjaga Kesucian Hati

 

Menjaga Kesucian Hati (*)

M. Yusuf Shandy, Lc

"(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. As-Syu'arâ' [26]: 88-89).

"...dan demi jiwa serta (demi) penyempurnaan ciptaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya." (QS. asy-Syams [91]: 1-10).

Mengapa Hati?

Hati berperan sebagai pengendali bagi seluruh gerak langkah manusia. Makanya Rasulullah saw selalu mengingatkan agar memelihara hati dengan baik. "Ketahuilah bahwa dalam jasad itu terdapat segumpal daging; jika daging tersebut baik, maka seluruh tubuh pun akan menjadi baik. Sebaliknya, jika daging tersebut rusak, maka seluruh tubuh ikut rusak." (HR. Ibnu Majah; Shahih)  

Melalui ayat di atas, Allah SWT menerangkan kepada kita bahwa hati yang bersih dari rasa dengki dan berbagai penyakit hati merupakan faktor keselamatan dan kebahagiaan di akhirat kelak.  

Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari berbagai penyakit, seperti menyekutukan Allah, ragu, syubhat, sesat, munafik, dengki, sombong, takabbur, keinginan-keinginan tidak baik dan lain sebagainya.

Menurut Ibnu Qayyim, sebagimana disebutkan dalam Dalam kitab Al-Jawab al-Kafi, Ibnu, "Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari syirik, khianat, iri dan dengki, sombong, kikir, takabbur, cinta dunia dan jabatan, dan terbebas dari penyakit yang menjauhkannya dari Allah SWT, dari keraguan akan wahyu-Nya, dari nafsu yang menentang perintah-Nya, dari keinginan yang membebani pikirannya, dan terbebas dari faktor yang menjadikannya terputus dari Allah. Hati yang bersih ini akan berada dalam surga dunia, surga di alam barzakh, dan surga pada hari kembali (akhirat)."

Bahkan, dalam banyak hadits, Rasulullah saw menjelaskan, bahwa sucinya hati dari berbagai penyakit, seperti sifat curang, iri dan dengki, takabbur, dan sebagainya, merupakan penyebab terbesar masuk surga.

Anas bin Malik, salah seorang pemuka para sahabat menceritakan, bahwa sekali waktu ia duduk dalam sebuah majlis bersama Rasulullah dan sahabat-sahabat lainnya. Dalam pada itu, Rasulullah saw kemudian bersabda, "Akan tampak (masuk) kepada kalian orang (yang termasuk) dari ahli surga." Tak lama kemudian, masuklah seorang laki-laki dari kaum Anshar; air wudhunya menetes dari janggutnya, dan menenteng sendalnya dengan tangan kirinya.  

Besoknya, Rasulullah saw berkata dengan ucapan yang sama (sebentar lagi akan masuk kepada kalian orang yang termasuk ahli surga).  Lagi-lagi muncul laki-laki itu dalam kondisi yang sama seperti kemarin (air wudhunya menetes dari janggutnya, menenteng sandalnya dengan tangan kirinya).   

Di hari ketiga, Rasulullah saw juga berkata demikian (sebentar lagi akan masuk kepada kalian orang yang termasuk ahli surga). Ternyata, laki-laki itu yang muncul kembali.

Maka, ketika Rasulullah saw telah pergi, Abdullah bin Amru bin 'Ash mengikuti laki-laki itu. Amru berkata kepadanya, "Aku sedang berseteru dengan ayahku. Aku bersumpah tidak akan menemuinya selama tiga hari, aku berharap engkau bisa menampungku sementara waktu."

Laki-laki itu menjawab, "Baiklah."

Maka, "Pada saat itu, Abdullah pun tinggal bersamanya selama tiga malam. Namun, Amru tidsak pernah melihat laki-laki itu bangun shalat malam. Yang ditemukannya jika laki-laki itu terbangun, dia hanya berdzikir dan bertakbir di atas tempat tidurnya sampai datang waktu subuh."

Abdullah menuturkan, "Aku juga tidak pernah mendengar ucapan kecuali yang baik darinya. Dan ketika tiba hari ketiga, hampir saja aku meremehkan amalannya. Aku (Abdullah) pun bertanya padanya, "Wahai hamba Allah, sebetulnya antara aku dan ayahku tidak ada masalah apa-apa. Namun, aku pernah mendengar Rasulullah saw bercerita tentang dirimu sampai tiga kali. Beliau saw berkata, 'Akan muncul kepada kalian seorang dari ahli surga.' Rasulullah saw mengucapkan hal itu sebanyak tiga kali. Setiap kali beliau mengucapkannya, selama itu pula engkaulah yang muncul, sebanyak tiga kali berturut-turut. Aku penasaran hingga tinggal bersama engkau untuk mengetahui apa amalan yang engkau lakukan, dan aku aka ikuti. Akan tetapi aku tidak pernah melihat amalan yang banyak dari dirimu. Sebetulnya apa yang engkau lakukan sehingga Rasulullah saw berkata seperti itu?'

Laki-laki itu menjawab, "Ya, seperti yang engkau lihat, itulah amal ibadahku." mendengar jawaban tersebut, Abdullah merasa tidak puas. Dia semakin penasaran. Maka, Abdullah pun terus membujuknya, agar mau mengatakannya. Maka, laki-laki itupun berkata, "Tidak lain, saya tidak pernah memiliki perasaan curang kepada seorang pun, saya tidak pernah merasa dengki kepada mereka atas nikmat yang Allah berikan kepada mereka."

Lalu Abdullah pun berkata, "Inilah yang membuat engkau memperoleh hal itu (surga), karena hal inilah yang paling sulit dilakukan.'" (HR. Ahmad dan Nasa'i dari Anas bin Malik ra.)

Dalam hadits shahih yang lain menyatakan bahwa orang yang bersih dari rasa iri dan dengki, selalu istiqamah dan konsisten dalam iman dan takwa, dialah orang yang paling utama dan paling sempurna di sisi Allah.

Diriwayatkan dari Abdullah ibn 'Amr ra, ia berkata, "Ada yang bertanya, 'Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling utama?' Beliau menjawab, 'Setiap orang yang hatinya bersih dan jujur.' Mereka (sahabat) berkata, 'Orang jujur kami mengerahuinya, tapi apa yang dimaksud dengan hati yang bersih?' Rasulullah saw menjawab, 'Yaitu bersih dan suci, tak ada dosa di dalamnya, tak ada perasaan zalim, khianat dan dengki."  (HR. Ibnu Majah; shahih menurut Al-Mundziri dan Al-Albani-dalam Shahih Al-Jami').***

Sarana Menjaga Kesucian Hati dan Diri

1. Memantapkan Akidah (Tauhid)
Ini hal yang paling penting dalam melakukan Tazkiyatun Nufus, sebagaimana dijelaskan oleh al-Qur'an; "Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menyekutukan-Nya, (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat (tauhid) dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat." (QS. Fushshilat: 6-7).

Ibnu Abbas menjelaskan makna zakat dalam ayat tersebut dengan makna tauhid (Shafwatut Tafasir, Ali ash-Shabuni, jilid 3 hal 116). Yaitu mengikrarkan syahadat lâ ilâha illallâh, sebab dengan mengikrarkan hal itu akan menyucikan hati, karena  kandungan kalimat tauhid tersebut adalah mengikis habis dan mengosongkan dari lubuk hati kita segala bentuk tuhan yang bathil. Artinya menyucikan hati kita dari segala kotoran syirik, lalu kita penuhi isi hati kita dengan menetapkan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang kita ibadahi dan yang kita sembah. Kita menyucikan hati kita dengan menauhidkan Allah, dan inilah dasar, pondasi, serta azaz penyucian jiwa. Tanpa tauhid seseorang tidak akan bisa menyucikan jiwanya. Tauhid adalah suci, sedangkan syirik adalah kotoran dan najis, dua hal yang kontradiktif yang mustahil bersatu.

Termasuk dalam hal ini adalah riya'. Karena riya merupakan syirik yang paling ditakutkan menimpa manusia. Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya termasuk yang paling aku takuti atas kalian adalah syirik kecil." Sahabat bertanya, "Apa itu, wahai Rasulullah?". Beliau saw menjawab, "(Yaitu) riya."  (Hadits Shahih).

2. Menjaga Shalat
Shalat adalah realisasi tauhid yang paling utama, sebab shalat itu menyucikan jiwa kita dari segala kotoran dosa dan maksiat. Rasulullah menjelaskan hal itu dalam hadits berikut, "Bagaimana menurut kalian jikakalau sebuah sungai ada di depan pintu rumah salah seorang di antara kalian (dan) dia mandi di situ 5 kali dalam sehari, apakah menurut kalian masih ada kotoran yang menempel pada tubuhnya?" Mereka menjawab, "Tentu tidak ada." Lalu beliau bersabda, "Demikian halnya dengan shalat yang lima waktu, yang dengannya Allah membersihkan dosa-dosa yang diperbuat nya." (HR. Bukhari dan Muslim).

3. Bersedekah
Allah berfirman, "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdo'alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. At-Taubah [9]: 103).

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa bershadaqah membersihkan dan menyucikan dari dosa-dosa mereka yang telah lalu.

4. Banyak Berdzikir
Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS. Al-Ahzab [33]: 35)
Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang senantiasa memperbanyak istigfar, maka Allah SWT berikan padanya kelapangan jika bersedih, jalan keluar dari masalah yang dihadapinya, dan memberinya rezeki dari arah yang tak terduga. (HR. Abu Daud)

5.  Takwa dan Berkata yang Benar
Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."  (QS. Al-Ahzab [33]: 71)

6. Muhasabah.
Rasulullah bersabda, "Seorang yang cerdik adalah orang yang mengoreksi diri dan beramal untuk menghadapi kematiannya." (HR.Ahmad).

Hasan Al-Bashri mengatakan, "Seorang mukmin adalah pemimpin atas dirinya sendiri dan mengoreksi dirinya karena Allah."  ***
 

*) materi disampaikan dalam acara Pengajian Akhir Pekan RISKA Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK), Menteng, Jakarta Pusat, Jum'at, 30 Juli 2010, Pukul 18.15 - 20.30 WIB, dengan tema: Menyiapkan Hati, Jiwa, Pikiran dan Tubuh Menyambut Ramadhan.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: