Minggu, 01 Desember 2013

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3764

1 New Message

Digest #3764

Message

Sun Dec 1, 2013 12:47 am (PST) . Posted by:

"Yons Achmad" freelance_corp

Seorang penyair dari komunitas Salihara, Sitok Srengenge, terjerat kasus
perkosaan. Mahasiswa Universitas Indonesia (UI), sebagai korbannya. Sontak,
jagat sastra dibuat kaget. Penyair yang seharusnya menjaga sopan satun dan
adat, ternyata menjadi sosok yang tak beradap. Publikpun marah.
Lontaran-lontaran kekesalan publik membuncah diberbagai sosial media,
khususnya twitter. Tak terelakkan juga, Teater Salihara, rumah seni dan
sastra tempat sang penyair bekerja dan beraktivitas dinilai sebagai "Rumah
Mesum", sebuah olok-olok pedas untuk komunitas itu.

Sementara, Tempo. Koran yang dekat dengan sang penyair, mencoba membela
habis-habisan. Menyiarkan berita dengan judul "Sitok Dituduh Hamili
Mahasiswi, Istri Tetap Setia" (30/11). Dalam berita itu dikutip penyataan
istrinya "Sebagai istri yang mencintai dia, saya akan terus ada di
sampingnya,". Juga pernyataan Sitok yang mengklarifikasi kabar bahwa dia
tidak memerkosa tapi dilakukan atas dasar suka sama suka. Dalam berita itu
tak ada kata "Memerkosa" yang ada "Perbuatan tidak menyenangkan".

Tentu saja, usaha demikian, tanpa dibantu teori dan analisis media
sekalipun publik sudah tahu ke mana arah beritanya. Tempo, mencoba untuk
memutar isu, mengalihkan pembicaraan dari kasus perkosaan menjadi kesetiaan
seorang istri, juga mencoba mengaburkan kasus, bukan perkosaan, tetapi
hubungan wajar suka sama suka yang tak perlu terlalu dipermasalahkan,
apalagi dihubungkan dengan Salihara, tempatnya bekerja.

Upaya pembelaan ala Tempo tak berjalan mulus. BEM FIB UI mengeluarkan
pernyataan sikap yang menyatakan bahwa Sitok Srengenge telah melakukan
pemerkosaan dengan intimidasi mental. Teror dimulai dengan meraba tubuh
korban pada perempuan lugu dan belum pernah pacaran tersebut. Pertemuan
lanjutan, dengan bujuk rayu, akhrnya perkosaan terjadi. Ketika usia
kehamilan 4 bulan korban coba menghubungi Sitok tapi sulit, yang menjadikan
korban melakukan beberapa kali percobaan bunuh diri.

BEM FIB UI menilai perbuatan pidana asusila serta sikap tidak
bertanggungjawab yang dilakukan oleh Sitok karena melukai moral, hak
perempuan, masyarakat seni budaya, dan integritas pelaku sebagai seorang
seniman yang sejatinya menjadi teladan dan paham akan budaya Indonesia. BEM
FIB UI mendukung segala bentuk perlawanan yang dilakukan oleh korban
sebagai gerakan moral penyadaraan agar tidak ada lagi korban dari kasus
serupa di kemudian hari.

Jadi, apa yang dilakukan Tempo, atau pembela-pembela kebobrokan laku yang
dilakukan aktivis Salihara adalah sebuah pengkhianatan dan kemunafikan
sekaligus. Fakta harus berbicara, dan kebobrokan pemikiran, sikap, mental
serta laku orang-orang Salihara harus dikupas habis agar publik tak tertipu
nama besar "Rumah Budaya Salihara" yang sejatinya justru "Mengangkangi
Peradaban". (Yons Achmad/Wasathon.com)

http://wasathon.com/humaniora/view/2013/12/01/penyair-salihara-tempo-dan-pembela-kasus-perkosaan
We are making changes based on your feedback, Thank you !
The Yahoo! Groups Product Blog

Tidak ada komentar: