Minggu, 08 Desember 2013

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3768

1 New Message

Digest #3768

Message

Sat Dec 7, 2013 11:01 am (PST) . Posted by:

"Yons Achmad" freelance_corp

Politik yang Selaras Peradaban (Tanggapan untuk Anis Matta)

Ditulis : *Yons Achmad*, 08 Desember 2013 | 01:50

Anis Matta, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), menulis kolom yang
cukup apik dan mengusik kegenitan intelektual kaum muda. Koran Kompas,
menyiarkan kolom terbarunya yang berjudul "Politik dan Sejarah"
(7/12/2013). Kolom yang diam-diam langsung menyedot perhatian beberapa
kalangan, lingkar intelektual, khususnya kader-kader muda PKS maupun
anak-anak muda kader Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI),
gerakan mahasiwa *underbow* partai ini.

Saya sendiri, sebagai orang biasa yang tertarik dunia politik (tapi tidak
tertarik masuk partai) lumayan kagum dengan keluasan pandangan tokoh kita
yang satu ini. Saya kira, pemikiran Anis Matta juga dikagumi banyak
kalangan. Karya-karyanya, (buku kumpulan tulisannya) banyak dibaca.
Memang, narasinya tenang, gaya bahasanya cukup nyastra, juga substansi
pemikirannya yang sering menyemburkan aroma ide dan perspektif baru.

Menangkap pesan kolom Anis Matta itu, setidaknya saya menyimpulkan tiga hal
pokok yang ingin disampaikan. *Pertama,* politik bertugas memberi arah bagi
kehidupan masyarakat, Politik terancam gagal jika masyarakatnya mengalami
rasa kehilangan arah yang dituju (sense of direction). *Kedua,* dalam
pandangannya, manusia merupakan faktor penting dalam perubahan. Setiap kali
ada perubahan yang penting dalam ide-ide manusia, akan menyaksikan
perubahan besar dalam masyarakat mengikutinya. *Ketiga,* memandang sejarah
dengan perspektif baru. memahami sejarah, politik akan bergeser dari
pandangan sempit sekadar berebut kekuasaan menuju keluasan cakrawala
pemikiran, dari sekadar perdebatan mengurusi kenegaraan menjadi
perbincangan arsitektur peradaban.

Setelah berbicara dalam tiga pandangan besar itu, Anis Matta menukik pada
tataran strategis. Level pragmatis tentang perlunya menyasar suara di
kalangan anak muda. Generasi muda yang memandang politik dengan visi dan
agenda baru. Sebuah wajah (partai) politik yang benar-benar bisa memberikan
angin segar bagi kehidupan di massa mendatang. Lantas, permasalahannya
sekarang, apakah ide-ide besar Anis Matta itu relevan dan apakah
benar-benar politik bisa selaras dengan peradaban? Kita coba berhenti
sejenak, merenungkan gagasan-gagasan besarnya.

Bicara Islam di Indonesia, khususnya politik Islam, memang selalu
mengundang banyak perhatian. Bahkan bukan dari kalangan umat Islam saja,
orang-orang "Di luar" Islampun cukup tertarik untuk memahami itu. Sebagai
contoh, Robert Pringle, mengulasnya dalam buku *Understanding Islam in
Indonesia: Politic and Diversity* (2010). Sebuah buku yang menjelaskan
apakah Islam (politik) di Indonesia itu moderat (jinak) atau ekstrem (untuk
tak menyebut dengan istilah fudamentalisme Islam/terorisme). Terlepas dari
pandangan orang luar (Barat) terhadap Islam (politik) di Indonesia, sudah
sepantasnya kita (umat Islam) sendiri mencoba memikir dan membaca,
sebenarnya bagaimana Islam (politik) kita itu. Dan Anis Matta sudah
memulainya.

Terkait dengan pandangan Anis Matta dalam kolom di Kompas itu, saya
mencoba melakukan pembacaan atau tafsir ulang atas gagasan-gagasannya.
*Pertama*, dalam soal politik yang harus memberikan arah. Sebenarnya, ini
sangat kontraproduktif dengan kenyataan atau realitas yang dihadapi dengan
PKS. Justru, saya melihat umat ini yang mempertanyakan sebenarnya mau
dibawa ke mana PKS itu. Pertanyaan ini yang membuat umat gundah. Artinya,
sebenarnya tidak begitu ada persoalan dalam kehidupan politik umat Ini.
Toh, selain PKS, masih banyak saluran yang saya kira sah. Ada PKB, PAN, PPP
bahkan partai lain yang dipandang "sekuler" pun. Jadi, alih-alih PKS
bermimpi menjadi obor yang akan memberi arah bagi umat, alangkah lebih
baik energi di fokuskan untuk memikirkan ke mana PKS akan dibawa?
Sosialisasikan ke publik dan biarkan masyarakat yang menilainya. Itu.

*Kedua*, sorotan tentang Sumber Daya Manusia (SDM) yang bisa melahirkan
ide-ide perubahan. Pada level ini benar adanya. Saya sepakat dengan
pandangan beberapa kalangan yang mengatakan bahwa dunia ini hanya
digerakkan oleh pemikiran beberapa gelintir orang saja. Tapi jujur, saya
masih belum cukup paham apa yang sebenarnya dimaksudkan Anis Matta dalam
konteks ini. Apakah ini pemantik bagi ideolog-ideolog partai untuk terus
melahirkan gagasan baru atau bagaimana?

Hanya saja dalam organisasi modern apalagi partai politik, tentu saja
gagasan-gagasan baru tak boleh liar dan lepas sendiri-sendiri. Saya kira,
konteks nyatanya barangkali melahirkan pusat riset yang bahasa umumnya
"Penelitian dan Pengembangan". Melihat kasus yang lebih konkrit, apakah
yang demikian juga menjadi perhatian, ataukah sekeder ide brilian Anis
Matta semata? Adakah itu yang namanya Badan"Penelitian dan Pengembangan"
di tubuh partai? Kalau iya apakah benar orang-orang di dalamnya punya
kapasitas yang benar-benar punya otoritas ilmiah?

*Ketiga,* bicara peradaban, sungguh bukan perkara remeh-temeh. Anis Matta
berbicara politik sebagai arsitektur peradaban. Sebuah ide yang begitu
"wah". Sangat jarang politikus bicara begini. Maklum, kita tahu kebanyakan
politikus memang kapasitas intelektualnya agak meragukan. Ketika Anis Matta
sangat berkeyakinan bahwa politik harus bisa memberi arah, politik mesti
kita tarik sebagai perbincangan bukan hanya soal kekuasaan, tapi problem
peradaban, lantas, peradaban seperti apa yang diinginkan? Ini problem
serius yang perlu dielaborasi lebih lanjut.

Profesor Azyumardi Azra (2010) pernah menulis esai yang cukup bagus,
judulnya "Islam Indonesia: Kontribusi pada Peradaban Global". Menurutnya,
Islam di Indonesia pada umumnya termasuk dalam kelompok besar yang
disebut *ummatan
wasathan*. Memang bukan konsep dan gagasan yang baru, tapi gagasan *ummatan
wasathan* atau *washatiyah* ini kembali menemukan momentumnya setelah
peristiwa 11 September 2001. Ketika kaum muslimin dan Islam menjadi
"terdakwa" dalam aksi-aksi kekerasan dan terorisme yang dilakukan individu
dan kelompok Islam tertentu. Padahal jelas Islam mengecam kekerasan,
apalagi terorisme dan jika pelaku kekerasan dan terorisme adalah muslim,
maka itu tidak bisa diidentikan dengan Islam dan muslim secara keseluruhan.
Di sini, terdapat urgensi mendesak untuk memberi penjelasan kepada publik
internasional tentang Islam dan kaum muslimin sebagai entitas
*wasathiyyah*yang sekaligus menjalankan Islam
*wasathiyyah*.

Kalau dalam kolom tersebut Anis Matta menaruh perhatian yang begitu besar
terhadap sejarah, maka konsep *wasathiyyah* ini juga punya pijakan dalam
sejarah politik di Indonesia. Masih mengacu pada pandangan Azyumardi Azra,
salah satu aktualisasi penting *wasathiyyah* terlihat dalam watak NKRI di
mana para pendiri bangsa (founding fathers) dari kalangan Islam dan
nasionalis menjadikan Pancasila sebagai *kalimatun sawa*, prinsip-prinsip
yang sama atau *common platform* di antara anak bangsa yang majemuk dalam
berbagai aspek kehidupan. Di Indonesia tumbuh organisasi-organisasi Islam*
wasathiyyah *(NU, Muhammadiyah, PUI, Persis dll). Organisasi-organisasi
inilah yang merupakan tulang punggung masyarakat sipil atau *civil
society *dalam
pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture). Nah, sebenarnya
peradaban seperti apa yang dimaksud Anis Matta? Saya kurang tahu. Tapi
saya kira peradaban *wasathiyyah* ini bisa menjadi alternatif yang perlu
terus diapresiasi, digali, dikaji untuk kemudian diterjemahkan dalam
praktek-praktek politik di Indonesia, khususnya partai politik (yang
mengaku) Islam.

Kemudian, terkait dengan tataran praktis strategis tentang bagaimana meraih
dukungan kaum muda, saya ada cerita kecil. Kita tahu, kaum muda kita sangat
dekat dengan yang namanya teknologi informasi (internet) termasuk yang saat
ini lagi trend adalah sosial media (Facebook, Twitter dll). Lewat media
inilah edukasi berlangsung.

Tapi apa yang terjadi? Bagaimana wajah PKS dalam media-media online
mereka? Kita lihat dalam kasus yang menimpa LHI. Untuk menarik simpati kaum
muda, tentu perlu kreativitas media yang berbeda, unik, menyenangkan,
elegan, simpatik dan kalau perlu menghibur. Tetapi, kalau kita lihat
sepintas, kenyataanya PKS (kader-kadernya) kurang bisa memainkan
kreativitas media secara cantik. Alih-alih ingin membela dan menjaga citra
partai, yang terjadi justru sebaliknya. Menjadi bumerang.

Kita lihat media-media (online) *underbow* PKS beserta sosial media yang
mengikutinya (khususnya via Twitter web tersebut). Sebagai contoh misalnya
situs Dakwatuna.com, Bersama Dakwah.com, Nabawia.com, Islamedia.web.id.
Fimadani.com lebih-lebih lagi PKS Piyungan. Alih-alih ingin menaikkan citra
PKS, yang terjadi justru malah bisa menurunkan citra PKS sebab
berita-beritanya yang cenderung "membabi buta" dalam membela PKS. Memang
ada media pendukung PKS yang masih cukup elegan, tenang misalnya Eramadina
yang dikelola anak-anak muda yang "terdidik". Menurut saya pengelola
situs-situs media itu sepertinya perlu "Ditertibkan" dan kalau perlu "Di
Sekolahkan" untuk bisa mengangkat citra PKS, bukan sebaliknya.

Di sisi lain, ketika ada kasus yang menimpa PKS, maka situs-situs media
Islam lain, misalnya Eramuslim.com, Voa-Islam, Suara-Islam.com.
Arrahmah.com akan kritis menyikapinya dan tak segan-segan untuk "menghajar"
oknum-oknum anggota PKS yang dinilai menyimpang dari ajaran Islam.
Begitulah, menyasar kaum muda dimulai dengan kreativitas media. Tanpa itu
akan sulit terlaksana.

Akhirnya, saya kira PKS masih cukup menjanjikan untuk bisa berkembang
menjadi partai yang besar. Dan terlepas dari apapun, PKS sangat beruntung
punya Presiden yang punya cakrawala berpikir jauh ke depan. Ide-ide besar
Anis Matta ini perlu mendapatkan apresiasi positif. Untuk kemudian, bukan
hanya sekedar menjadi wacana, tapi mengejawantah dalam kehidupan nyata
berpolitik aktivisnya. Begitulah, sebuah cita-cita mulia, politik yang
selaras dengan peradaban. Semoga. (Yons Achmad. Pegiat Komunitas Wasathon).

http://wasathon.com/humaniora/view/2013/12/08/politik-yang-selaras-peradaban-tanggapan-untuk-anis-matta-
We are making changes based on your feedback, Thank you !
The Yahoo! Groups Product Blog

Tidak ada komentar: