Kamis, 19 Desember 2013

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3772

1 New Message

Digest #3772
1
Film Soekarno Mengejek Kelompok Islam by "Yons Achmad" freelance_corp

Message

Wed Dec 18, 2013 8:43 pm (PST) . Posted by:

"Yons Achmad" freelance_corp

Saya sudah menonton film Soekarno. Saya selalu tertarik menonton film
garapan Hanung Bramantyo. Secara teknis, mulai dari riset, performa visual,
kemudian cerita, barangkali karya Hanung patut diacungi jempol. Beberapa
karya Hanung Bramantyo, sejauh ini memang dipuji oleh banyak kalangan. Tak
hanya tokoh perfilman, juga penonton awam.

Hanya saja, kita tahu, akhir-akhir ini ideologi Hanung dalam karya-karya
filmnya saya lihat lebih menonjolkan sisi liberal yang begitu kental. Ya,
beberapa karyanya memang memperlihatkan kecenderungan demikian. Dulu saya
juga menonton filmnya yang berjudul "Cinta Tapi Beda" yang menganjurkan
orang menikah beda agama, memandang pernikahan beda agama itu satu hal yang
wajar dan tak perlu di persoalkan. Begitulah, karya-karya Hanung, sebagai
pentonton, kita mesti melihatnya dengan kritis.

Lantas, bagaimana dengan film Soekarno? Sudah banyak yang berkomentar
mengenai film ini, tapi saya akan memotret dari representasi kelompok Islam
dalam massa pra kemerdekaan. Dalam film itu, kelompok Islam dicitrakan
sebagai kelompok yang "brangasan", suka berkata keras dengan memaksa
penegakkan syariat Islam sebagai dasar negara, begitu juga kental dengan
suasana penggambaran kelompok yang tanpa kapasitas intelektual (untuk tidak
menyebutkan digambarkan sebagai kelompok yang bodoh). Lengkap dengan
identitas pakaian bersorban dan seruan Allahuakbar. Begitulah citra yang
ditampilkan Hanung, kita bisa melihat penampakan demikian dalam adegan
sidang perumusan dasar negara. Nyaris, kelompok Islam dicitrakan tak ada
kontribusinya dalam proses kemerdekaan RI. Ejekan yang menampar wajah
Masyumi.

Pada adegan lain, Soekarno merekomendasikan untuk mempekerjakan pelacur
sebagai bagian dari kelompok pejuang yang harus berperan dalam menuju
kemerdekaan. Dalam film itu juga diperlihatkan bagaimana sang kiayi atau
ustadz Muhammadiyah yang menyetujui jalan itu. Tokoh ustadz Muhammadiyah
ini diperankan oleh Candra Malik, tokoh yang dalam keseharian kita kenal
sebagai seorang Sufi Liberal. Pertanyaanya, apakah dalam sejarah tokoh
Islam/kelompok Islam menyetujui penggunaan pelacur sebagai "alat perjuangan"
?Kita harus mengkaji ulang sejarah ini.

Itu beberapa pesan yang saya tangkap setelah menonton film Soekarno. Satu
lagi, saya menangkap bahwa dalam film itu, sebenarnya tokoh utamanya bukan
Soekarno, tapi Syahrir, tokoh Partai Sosialis Indonesia. Tokoh yang dalam
film itu digambarkan sebagai tokoh yang kental dan penuh dengan
inteklektualitas, cerdas, pintar, anti kompromi dengan penjajah, otak
dibalik kemerdekan RI. Sementara, Soekarno dalam dalam sepanjang adegan
digambarkan sebagai tokoh yang galau terhadap perempuan dan maniak seks.
Jauh dari sisi nasionalisme yang kental. Singkat kata, film ini penuh
dengan pemelintiran sejarah. Bagi anak-anak, saya kira juga bukan film yang
bagus dan cocok untuk pembelajaran sejarah.(Yons Achmad/Wasathon.com).

http://wasathon.com/humaniora/view/2013/12/19/film-soekarno-mengejek-kelompok-islam
We are making changes based on your feedback, Thank you !
The Yahoo! Groups Product Blog

Tidak ada komentar: