Selasa, 23 Juli 2013

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3739

sekolah-kehidupan

1 New Message

Digest #3739
1
(Kolom) Profesor, Sepotong Ikan dan Ramadhan by "Yons Achmad" freelance_corp

Message

Mon Jul 22, 2013 8:14 pm (PDT) . Posted by:

"Yons Achmad" freelance_corp

*Profesor, Sepotong Ikan dan Ramadhan*
:yons achmad*

Sang profesor, sore-sore telpon "Yons saya mau ke kantor, kamu ada nggak",
"Ada Prof, siap". Dan sang professor pun menuju ke kantor. Sebuah
kantor yang saya setiap Rabu ada di situ. Kantor yang rindang dengan
pohon-pohon di depannya. Kantor yang cukup lengang dengan koneksi internet
yang kencangnya minta ampun. Sementara burung masih banyak berkicau
setiap pagi. Tak banyak kantor di Jakarta yang punya suasana semacam ini.
Dan tentu saja, pemandangan demikian menyenangkan.

Mobil dengan plat militer datang. Sang professor, dengan topi koboi,
kumis dan rambut yang baru dicat hitam nongol dari pintu depan. Menelepon
sebentar kawan-kawan lamanya. Ngobrolin presiden dan tetek bengek
kenegaraan lainnya. Lalu duduk dan mengobrol seperti biasanya. Topik
utamanya tentu saja tentang politik terkini. Tapi, kali ini saya kurang
tertarik. Justru, saya suka cerita intermezonya mengenai kisah puasa di
masa lalunya

Waktu itu tahun 1963…

Jaman di mana makan dan hidup susah. Tak terkecuali kehidupan sang
professor yang belum jadi apa-apa. Uang cuman sedikit saja di kantongnya.
Naik sepeda sore-sore. Menuju sebuah danau di Cikini. Di situ dia duduk
melamun saja, sambil menunggu bedug maghrib.

Lama dia terdiam. Merenungi nasibnya. Saat bedug maghrin tiba, dia membeli
satu bungkus nasi pada ibu-ibu yang jualan dengan gerobak bututnya.
Membeli satu bungkus nasi saja sama minuman secukupnya. Sang professor
mengenangkan, disaat begitu, sang ibu penjual secara tiba-tiba menyodorkan
sepotong ikan kepadanya. Dan sang professor yang dulu belum jadi apa-apa
itu begitu terkenang dengan kejadian tersebut.

"Ya mungkin dulu ibu itu kasihan pada saya Yons yang masih jadi gembel"
Begitu katanya. Lalu melepas nafas panjang. " Saya hanya bisa berdoa
kepada ibu itu semoga dilapangkan kuburnya, dan mendapat tempat terbaik
dari Allah"

Saya hanya terdiam dan sedikit tersenyum sambil merenung. Sambil diam-diam
mencoba untuk bisa mensyukuri apapun makanan buka puasa nanti.

*Penikmat teh

jabat erat
http://penakayu.blogspot.com
http://wasathon.com
http://kanetmedia.com

Tidak ada komentar: