Messages In This Digest (2 Messages)
- 1a.
- [catcil] KRL Ekonomi AC dan Kambing From: Nursalam AR
- 1b.
- Re: [catcil] KRL Ekonomi AC dan Kambing From: Mimin
Messages
- 1a.
-
[catcil] KRL Ekonomi AC dan Kambing
Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com
Tue Apr 12, 2011 7:36 pm (PDT)
KRL Ekonomi AC dan Kambing
Oleh Nursalam AR
Seperti biasa, pagi ini, sebagai pengguna KTB (Kartu Tanda
Berlangganan) Ekonomi AC, saya naik KRL Eko AC jurusan Depok-Tanah
Abang yang mampir di Stasiun Lenteng Agung sekitar pukul 07.30 WIB.
Saya sendiri turun di Stasiun Sudirman (2 stasiun sebelum Stasiun
Tanah Abang), persis di seberang gedung kantor.
Nampaknya pagi ini kondisi sudah "normal". Jadwal kedatangan KRL tak
ngaret lagi dan juga di dalam kereta tidak super duper puadet seperti
seminggu sebelumnya.
Seminggu sebelumnya, jangankan untuk berdiri nyaman, untuk masuk saja,
harus berjuang keras (desak dan dorong dengan badan dan pantat).
Selain karena volume penumpang yang
mendadak melonjak (konon karena banyak KRL Ekonomi Reguler yang telat
atau "hilang") juga karena mendadak banyak egoiser (baca: penumpang
egois) di Ekonomi AC, yang malas bergeser dari pintu hingga menghambat
arus masuk dan keluar. Meskipun yang bakal naik kalangan perempuan
atau ibu hamil (bumil) sekalipun. *prihatin sangat*.
Di dalam kereta, saya banyak bersyukur. Meski kalau dipikir-pikir
sebenarnya ini kondisi yang tak lebih baik seperti seminggu
sebelumnya. Bukan sama sekali ideal. Saya jadi teringat salah satu
humor dalam buku Mati Ketawa Ala Rusia (yang diberi kata pengantar
oleh mendiang Gus Dur) terbitan Gramedia tahun 1980-an. Humor itu
berkisah tentang seorang Yahudi Rusia yang datang mengeluh ke seorang
terapis karena merasa rumahnya
tak nyaman, dan ia tak betah sama sekali.
Pada kunjungan pertama, sang terapis memintanya memasukkan 1 ekor
kambing ke rumahnya, dan memintanya datang seminggu kemudian. Meski
heran, si Yahudi menuruti dan memelihara kambing itu dalam rumahnya.
Seminggu kemudian, ketika ia kembali datang, sang terapis
bertanya,"Bagaimana kondisi rumahmu?"
"Parah. Rumah saya berantakan. Bagaimana ini??" jawab si Yahudi muram.
Sang terapis tersenyum, dan kembali menyarankan si Yahudi untuk
memasukkan 2 ekor kambing lagi ke dalam rumah, dan kembali memintanya
datang seminggu kemudian. Lagi-lagi si Yahudi, meski melotot, tetap
menurut.
Seminggu berlalu. Sang terapis kembali bertanya,"Dengan 3 ekor kambing
di rumahmu, bagaimana kondisi rumahmu?"
"Duh, Pak, ampun deh," si Yahudi terlihat nelangsa." Rumah saya
amburadul,lebih parah dari kapal pecah. Saya sudah tak tahan lagi."
"Baiklah, kalau begitu masukkan lagi 2 ekor kambing. Jangan lupa
seminggu lagi kembali ke sini ya," pesan sang terapis. Si Yahudi
nyaris mati pingsan mendengar advis "gila" terapisnya. Namun, ia
kembali menurut,meski dengan bersungut-sungut.
Saat kunjungan ketiga, seminggu kemudian, si Yahudi meratap bersujud
di depan sang terapis. "Tolong,Pak, rumah saya sudah seperti neraka!
Lima ekor kambing itu benar-benar membuat saya gila!!Tolonglah!"
"Baiklah. Keluarkan 3 ekor kambing dari rumahmu," pesan sang terapis.
"Kita lihat perkembangannya seminggu lagi."
Dengan senang hati, si Yahudi menurutinya.
Seminggu kemudian, saat sang terapis menanyakan kondisinya, si Yahudi
mulai menjawab dengan tersenyum,"Membaik, Pak. Tidak separah
sebelumnya. Saya bisa lebih tenang sekarang."
Kemudian sang terapis meminta si Yahudi mengeluarkan 2 kambing yang tersisa.
Seminggu kemudian, sambil bersiul-siul saat ditanya, si Yahudi
menjawab,"LUAR BIASA! Kambing-kambing itu tak ada lagi sekarang.
Sekarang rumah saya bagai surga! Terima kasih,Pak!"
Si Yahudi senang, sang terapis pun senang. Namun, apakah kondisi
sebenarnya berubah? Yang berubah, dan mesti berubah, adalah respons
atau tanggapan atau sikap mental kita terhadap suatu masalah yang
secara wujud sebenarnya sama saja.
Jakarta, 13 April 2011
- 1b.
-
Re: [catcil] KRL Ekonomi AC dan Kambing
Posted by: "Mimin" minehaway@gmail.com mine_haway
Tue Apr 12, 2011 8:49 pm (PDT)
2011/4/13 Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com >
> Si Yahudi senang, sang terapis pun senang. Namun, apakah kondisi
> sebenarnya berubah? Yang berubah, dan mesti berubah, adalah respons
> atau tanggapan atau sikap mental kita terhadap suatu masalah yang
> secara wujud sebenarnya sama saja.
>
Thanks for sharing
Yups that's right
Kondisi tidak berubah hanya respon terhadap masalah yg perlu dirubah
Kadang sikap mental yang salah justru memberatkan masalah :)
Bapak melarang saya naik KA ekonomi, karena khawatir akan keselamatan saya.
Naik mikrolet aja bisa kecopetan apalagi naik KA ekonomi yg berjubel dan
pastinya banyak copet berkeliaran.
*pengin belajar bela diri hihi...
--
Write what you think!
http://minesweet.blogspot. com
http://minehaway.com/min-shop/
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
MARKETPLACE
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar