Rabu, 23 Februari 2011

[daarut-tauhiid] Lima Puluh Tahun Mendatang Anak Kita

 


Lima Puluh Tahun Mendatang Anak Kita
oleh: M. Faudzil Adhim

Lima puluh tahun yang akan datang, mungkin kita sudah mati dan jasad kita
dikubur entah di mana atau tua renta, sehingga harus berpegangan tongkat untuk
berjalan. Lima puluh tahun mendatang mungkin kita sedang menjemput syahid di
jalan Allah di hari yang sama dengan hari ketika kita bertemu sekarang, dan jam
yang sama dengan jam saat kita berbincang di tempat ini. Bisa jadi pula kita
sedang menunggu kematian datang dengan kebaikan yang besar dan bukan keburukan.
Allahumma amiin. Lima puluh tahun yang akan datang, anak-anak kita mungkin sudah
tersebar di seluruh dunia. Saat itu, mungkin ada yang sedang menggugah inspirasi
umat Islam seluruh dunia, berbicara dari Mesir hingga Amerika, dari Makkah
Al-Mukarramah hingga Barcelona. Ia menggerakkan hati dan melakukan proyek-proyek
kebaikan, sehingga kota-kota pada zaman keemasan Islam yang terang benderang
oleh cahaya-Nya, dari Gibraltar hingga Madrid, dari Istambul hingga Shenzen,
kembali dipenuhi gemuruh takbir saat penghujung malam datang. Sementara siangnya
mereka seperti singa kelaparan yang bekerja keras menggenggam dunia. Mereka
membasahi tubuhnya dengan keringat karena kerasnya mereka bekerja meski segala
fasilitas telah mereka dapat, sementara pada malam hari mereka membasahi wajah
dan hatinya dengan air mata karena besarnya rasa takut kepada Allah Ta'ala. Rasa
takut yang bersumber dari cinta dan taat kepada-Nya.

Ya, mereka bekerja keras meski harta sudah di tangan. Mereka gigih merebut dunia
bukan karena gila harta dan takut mati, melainkan karena mereka ingin menjadikan
setiap detik dalam hidupnya untuk menolong agama Allah Azza wa Jalla dengan
mengambil fardhu kifayah yang belum banyak tertangani. Mereka gigih bekerja
karena mengharap setiap tetes keringatnya dapat menjadi pembuka jalan ke surga.
Kelak (ijinkan saya bermimpi) anak-anak kita bertebaran di muka bumi. Mereka
berjalan di muka bumi meninggikan kalimat Allah, menyeru kepada kebenaran dengan
cara yang baik, saling mengingatkan untuk menjauh dari kemungkaran dan mengimani
Allah Ta'ala dengan benar. Tangan mereka mengendalikan kehidupan, tetapi hati
mereka merindukan kematian. Bukan karena jenuh dan berputus asa terhadap dunia,
melainkan karena kuatnya keinginan untuk pulang ke kampung akhirat dan mengharap
pertemuan dengan Allah dan Rasul-Nya. Mereka inilah anak-anak yang hidup
jiwanya, bukan cuma cerdas otaknya. Mereka inilah anak-anak yang kuat iman,
ibadah, ilmu, himmah, ikhtiar dan sujudnya. dan semua itu tak akan pernah
terwujud jika kita tidak mempersiapkannya hari ini!

Lima puluh tahun yang akan datang anak-anak kita mungkin sedang mengendalikan
dunia di tangan mereka, dan memenuhi hatinya dengan dzikir kepada Allah. Mereka
mungkin sedang mengendalikan jaringan bisnis besar yang meliputi
supermarket-hypermarket di seluruh dunia hingga perusahaan-perusahaan manufaktur
berteknologi tinggi. Sebagian lainnya mungkin sedang memimpin ma'had putri yang
setiap alumnusnya menjadi kekuatan penentu sejarah dunia. Sebab, bukankah al-umm
masdrasah al-ula? Bukankah seorang ibu adalah madrasah pertama yang membentuk
karakter dan cara berpikir satu generasi di belakangnya? Maka mempersiapkan visi
dan kecakapan seorang ibu sama pentingnya dengan mempersiapkan peradaban umat
ini lima tahun yang akan datang. Sedangkan membiarkan anak-anak perempuan itu
menyibukkan diri dengan hasrat untuk memperoleh perhatian lawan jenisnya, sama
seperti mengizinkan masa depan agama dan umat ini hancur. Maka anak-anak itu
harus kita bekali agar kelak mampu menjadi perempuan untuk agama ini, perempuan
yang setiap tutur katanya akan meninggikan kalimat Allah di muka bumi. Sementara
rahimnya, tidaklah akan tumbuh benih di dalamnya kecuali generasi yang sejak
awal pertemuan sudah bertabur kalimat suci. Bukankah kepribadian itu terbentuk
sejak benih bapak ibunya bertemu? Maka, bagaimana kedua orangtua mereka
mempertemukan benih, sangat mempengaruhi bagaimana benih itu kelak akan tumbuh
dan berkembang.

Kita juga harus mempersiapkan setiap anak laki-laki kita agar mereka mampu
menjadi lelaki pemberani bagi agama ini. Mereka menghiasi hidupnya dengan tangis
pada malam hari, dan usaha yang gigih pada siang hari. Mereka mampu menegakkan
kepala dengan izzah yang tinggi di hadapan manusia disebabkan kehormatan,
kemuliaan, keimanan dan kekuatannya. Tetapi, terhadap istrinya, mereka bersikap
lemah lembut dan penuh cinta. Sebab, bukankah untuk melahirkan anak-anak yang
hebat dan salih, pintu pertamanya adalah mencintai ibu mereka dengan sepenuh
hati? Ketulusan cinta inilah yang mampu menggerakkan hati para bunda untuk tak
henti-hentinya memberikan perhatian. Ia tetap mampu tersenyum pada saat anak
bangun tengah malam, tepat ketika ia baru saja terlelap, tatkala ia merasa ada
suami yang mencintainya sepenuh hati dan jiwa. Seorang suami yang bukan hanya
memberikan hartanya. Lebih dari itu, ia memberikan perhatian dan kesediaannya
berbagi. Bukankah yang membuat Aisyah menangis kagum kepada suaminya, Rasulullah
SAW adalah perhatiannya yang lembut? Sebagaimana dinukil Ibnu Katsir, Aisyah ra
menangis seraya berucap, "Kanaa Kullu Amrihi 'ajaba. Ah semuanya menakjubkan
bagiku," tatkala ditanya tentang apa yang paling berkesan baginya dari
Rasulullah SAW. Dia kemudian bertutur tentang bagaimana Rasulullah SAW meminta
ijin untuk melakukan qiyamul lail. Hanya itu, tetapi perkara yang kecil itu
takakan hadir jika tidak ada perhatian yang besar.

Lima puluh tahun yang akan datang, di negeri ini kita mungkin menemui pusara
bapak-bapak yang hari ini sedang mewarnai anak-anak kita. Mereka terbujur tanpa
nisan dan prasati, sementara hidangan di surga telah menanti. Atau sebaliknya,
beribu monumen telah berdiri untuk mengenangnya, sementara takada lagi kebaikan
yang bisa diharapkan. Mereka menjadi berhala yang dikenang dengan perayaan,
tetapi tidak ada doa yang membasahi lisan anak-anaknya. Nau'dzubillahi min
dzalik. Betapa banyak pelajaran yang bertabur di sekeliling kita, dari
orang-orang yang masih hidup atau mereka yang sudah tiada. Tetapi betapa sedikit
yang kita renungkan. Kisah tentang K.H. Ahmad Dahlan yang mengulang-ulang
pembahasan tentang al-ma'un hingga menimbulkan pertanyaan dari murid-muridnya,
masih kerap kita dengar. Jejak-jejak kebaikan berupa rumah sakit, panti asuhan,
dan sekolah-sekolah juga masih bertebaran. Tetapi jejak-jejak ruhiyah dan
idealisme yang membuat KH Ahmad Dahlan bergerak menata akidah umat ini, rasanya
semakin lama semakin sulit kita lacak.

Tulisan Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari, sahabat dekat KH Ahmad Dahlan, yang
mendirikan Nahdatul Ulama, masih bisa kita lacak, meski semakin langka. Tetapi,
jejak-jejak ruhiyah dan idealismenya semakin sulit kita temukan. Apa yang dulu
diyakini haram oleh Hadratus Syaikh, hari ini justru dianggap wajib oleh mereka
yang merasa sebagai pengikutnya. Apa artinya? Iman tidak kita wariskan, kecuali
hari ini kita didik mereka dengan sungguh-sungguh untuk mencintai Tuhannya.
Keyakinan, cara pandang, dan idealisme juga tidak bisa kita wariskan ke dalam
dada mereka kalau hari ini kita hanya sibuk memikirkan dunianya, bukan
akhiratnya. Kita mempersiapkan mereka menuju akhirat, tetapi kita hanya bekali
mereka dengan kekuatan, keterampilan, dan ilmu untuk memenangi hidup di dunia
dan menggenggamnya dengan tangan mereka. Betapa banyak anak yang dulu rajin
puasa senin-kamis, tetapi ketika harus bertarung melawan kesulitan hidup,
imannya yang berubah menjadi senin-kamis. Kadang ada kadang nyaris tak tersisa.
Na'udzubillahi min dzalik.

Teringatlah saya dengan perkataan nabi Ya'kub AS saat menghadapi sakaratul maut.
Allah Ta'ala mengabadikannya dalam firman, "adakah kamu menjadi saksi saat maut
akan menjemput Ya'kub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, 'Apa yang kamu
sembah sepeninggalku?' mereka menjawab, 'Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan
nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Isma'il dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa
dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya," (QS. 2: 133). Ya, inilah pertanyaan
Nabi Ya'kub AS, ma'tabuduuna min ba'di?, apakah yang akan kalian sembah
sepeninggalku? bukan, ma'ta'kuluuna min ba'di? apakah yang akan kalian makan
sesudah aku tiada? Lalu, seberapa gelisah kita hari ini? Apakah kita sibuk
memperbanyak tabungan agar kelak mereka tidak kebingungan cari makan sesudah
kita tiada? Ataukah kita bekali jiwanya dengan tujuan hidup, visi besar,
semangat yang menyala-nyala, budaya belajar yang tinggi dan kesediaan untuk
berbagi karena Allah. Kita hidupkan jiwanya dengan memberi bacaan yang bergizi,
nasihat yang menyejukkan hati, dorongan yang melecutkan semangat, tantangan yang
menggugah, dan dukungan pada saat gagal, sehingga ia merasa kita perhatikan.
Kita nyalakan tujuan hidupnya dengan mengajarkan mereka untuk mengenal Tuhannya.
Kita bangun visi besar mereka dengan menghadirkan kisah orang-orang besar
sepanjang sejarah, orang-orang saleh yang telah memberi warna bagi kehidupan
ini, sehingga mereka menemukan figur untuk dipelajari, dikagumi, dan dijadikan
contoh. Lima puluh tahun mendatang anak-anak kita, hari inilah menentukannya.
Semoga warisan terbaik kita untuk mereka adalah pendidikan yang kita berikan
dengan berbekal ilmu dan kesungguhan. Kita antarkan pesan-pesan itu dengan cara
yang terbaik. Sementara doa-doa yang kita panjatkan dengan tangis dan air mata,
semoga menggenapkan yang kurang, meluruskan yang keliru, menyempurnakan yang
baik, dan di atas semuanya, kepada siapa lagi kita meminta selain kepada-Nya.***



SIAGA GIZI BALITA 2011
Rumah Zakat


Program Siaga Gizi Balita dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi balita di
daerah ICD yang mengalami kekurangan gizi. Pengembangan program ini di tahun
2011 meliputi peningkatan kuantitas bantuan pangan yang diberikan dan
peningkatan pendampingan.


Donasi : Rp. 550.000 / balita

Rekening Donasi :
BCA 094 301 6001
Mandiri 132000 481 974 5
BNI Syariah 155 555 5589
a.n Yayasan Rumah Zakat Indonesia




---
Contact Person:
Aan Sopiyan
ZIS Consultant Online
Rumah Zakat | Jalan Turangga No. 25 C Bandung.

e-mail: aan_sopiyan@rumahzakat.org | aan.rumahzakat@gmail.com
YM : ansopiyan_rzi
Phone : +62227332407
Fax : +62227332478
Mobile : +62817435036
www.rumahzakat.org

Menolong Itu Menyenangkan
bersama Rumah Zakat Mari Merangkai Senyum Indonesia

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Find useful articles and helpful tips on living with Fibromyalgia. Visit the Fibromyalgia Zone today!


Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: