Rabu, 24 Oktober 2012

[daarut-tauhiid] Ini .......... saya dan itu .......... saya (Seri Kelembutan Hati)

 

INI .......... SAYA dan ITU ........... SAYA
 
 
Jakarta, 12 Januari 2010
 
        "Itu lo Bu, masa sih nga tau !
aku kan sering banget pake - emang ga pernah liat ya?", ucap seseorang ibu
kepada seorang ibu yang lain yang duduk di sampingnya. Ibu yang diajak bicara
hanya diam sambil tersenyum kecil. "Aku juga punya lo warna yang lain, emang sih
modelnya sama tapi kan aku belinya biar matching sama baju yang satunya lagi".
"Masa pake yang itu-itu aja sih," lanjutnya. Ibu lawan bicaranya masih diam
sambil tetap tersenyum. "Eh..Bu, inget nga kemarin waktu kita ke rumah
ibu Dery", tanya ibu tersebut. Ibu yang tadi tersenyum itu kini mengangguk.
"Rumahnya bagus ya ? Aku juga tadinya mau ambil ke kawasan perumahan itu, tapi
tau tuh bapaknya anak-anak nga setuju katanya jauh dari kantor", lanjutnya.
"Emang sih rumahnya di tempat lain tapi Ibu udah pernah liatkan rumahku ga kalah
bagus kan?", katanya bersemangat. Kali ini ibu yang diajak bicara mulai membuka
mulutnya, katanya,"Kalo saya sih yang penting ada tempat berteduh itu sudah
cukup". "Iya sih Bu masih banyak orang-orang yang ga punya rumah ya Bu",
jawabnya.
 
        Saya lalu mengalihkan perhatian
saya ke tempat lain. Memang jam-jam segini dan pada tanggal seperti saat hari
itu rata-rata bank memang penuh. Apalagi bank ini merupakan salah satu bank yang
memberikan fasilitas pembayaran tagihan bulanan dari mulai telepon, listrik,
hingga tagihan-tagihan rutin lainnya. Perhatian saya tertuju pada dua orang pria
dewasa yang duduk samping kanan saya.
"Merurut saya pasti ada yang
disembunyikan tuh masa bukti-bukti sudah ada masih belum bisa ditahan juga tuh
orang", kata seorang bapak yang sedang bicara dengan lelaki berumur lainnya. "Ya
mungkin mereka coba cari bukti yang....", jawab lelaki berumur itu yang terputus
karena segera disanggah bapak tersebut. "Bukti apa lagi sih, orang dah
jelas-jelas kok - orang se Indonesia juga tau - ada tuh beritanya di TV," kata
bapak itu bersemangat. "Temen saya yang di lembaga *** juga bilang begitu, belum
lagi temen saya yang di *** juga cerita begitu," lanjutnya. "Bapak tau kan Bpk
**** itu temen saya deket - posisi dia kan memungkinkan untuk dapet informasi
duluan," katanya lagi menambahkan. "Saya pernah loh pak ketemu Bpk **** yang
sekarang menjabat sebagai **** - dirumah temen saya itu dan akhirnya saya
dikenalin di situ. Orangnya nga banyak omong tapi baik, anak saya aja dibantu
masuk kerja di ********* kalo ga dibantu dia, susah deh masuk situ",
katanya.
 
        Lelaki berumur yang diajak bicara
kali ini diam sambil memperhatikan kertas nomor antriannya. "Saya itu kenal juga
lo Pak sama pejabat-pejabat di lingkungan *** jadi kalo masuk ke sana saya nga
perlu tuh tinggalin KTP", kata bapak tersebut terdengar lebih keras suaranya.
"Saya tinggal bilang mau ketemu Pak ***** terus resepsionisnya telp ga lama saya
langsung disuruh masuk", lanjutnya. "Bapak kenal Pak ***** kan?", tanya bapak
tersebut lanjutnya. "Dia itu masih famili sama adik iparnya adik Bapak saya. Dia
itu sekarang duduk di **** mewakili Jakarta Selatan bahkan Kakanya juga dah
masuk ke *** - kalo mau ketemu aja harus janji dulu, istilahnya di agendakan",
lanjutnya dengan nada bangga. Lelaki berumur lawan bicara itu senyum-senyum saja
sambil sesekali melihat ke arlojinya. Raut mukanya dan gesture tubuhnya
menampakan perasaan tidak nyaman. Tak lama kemudian Lelaki itu bicara, "Pak maaf
ya saya ke kamar kecil dulu". Bergegas dia pergi meninggalkan bapak tersebut.
 
        Tiba-tiba "Kamu tau siapa saya,"
dengan nada keras yang berasal dari meja customer service. "Bisa dilihat kan
pada komputer anda siapa saya," kata seorang bapak di meja customer service
tersebut kepada petugas bank yang melayaninya. Dalam sekejap ruangan bank
tersebut hening dan hampir semua mata mengarah kekejadian itu. "Ini nga bener,
saya itu nasabah lama dan belum pernah dipersulit dengan macem-macem syarat
seperti itu," katanya dengan nada aga cukup keras dari sebelumnya. Tidak lama
kemudian seorang petugas bank yang lain (mungkin atasannya) keluar dari
ruangannya dan mengajak bapak yang bicara dengan nada tinggi tersebut ke
ruangannya yang tertutup.
 
        Saya jadi ingat teman saya yang
sukanya mendominasi pembicaraan dan tiap ucapannya selalu menyatakan
ke"saya"annya. Entah itu soal keluarga "saya" atau soal pekerjaan "saya" atau
rumah "saya" atau hanya pendapat "saya" dan atau teman-teman hebat "saya".
Jarang sekali dia menanyakan tentang bagaimana keluarga "kamu" atau bagaimana
pekerjaan "kamu" atau bagaimana rumah "kamu" atau bagaimana pendapat "kamu" dan
atau bagaimana teman-teman hebat "kamu". Sering kali saya merasa tidak nyaman
kalo sudah terpaksa harus meladeninya ngobrol dengannya dan dengan alasan
menghormati yang lebih tua - tidak jarang saat ngobrol saya mencari alasan untuk
pergi (hehehehe...jahat ya). Belum lagi rasa bangga berlebihan pada keluarganya,
saudaranya, temannya dan orang-orang sekelilingnya yang kadang membuat saya
berkata dalam hati, "siapa mereka juga saya tidak tahu".
 
        Banyak da'i dan ulama yang bilang
dan mengajarkan pada kita bahwa tinggalkanlah pembicaraan yang tak berguna
(pekerjaan sia-sia) dan Islam mengajarkan pada kita untuk selalu memberikan
manfaat bagi orang lain - yang menurut saya meskipun itu hanya berupa kenyamanan
menjadi teman bicara dengan menunaikan hak-haknya.
 
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
kehidupan dunia itu permainan & sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megah antara kamu serta berbanga-bangga tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Alloh serta
keridaan-NYA dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu". (QS. Al Hadiid 57:20)
 
 
 
-----------------------------------
Kampanye mengembalikan Kelembutan Hati
atas sesama kita#

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: