Senin, 25 Juni 2012

[daarut-tauhiid] Dan akhirat itu, jauh lebih baik dari dunia...

Dan akhirat itu, jauh lebih baik dari dunia...

Dan akhirat itu, jauh lebih baik dari dunia..

Dan akhirat itu, jauh lebih baik dari dunia.



Berikut adalah penjelasan, mengapa hanya jihad yang bisa mengembalikan
kejayaan umat ini dan menegakkan syari'ah Allah di muka bumi ini ?



1. Karena hanya jihad yang bisa mengangkat kehinaan yang tengah menimpa
umat ini



Rasulullah bersabda :

"Jika kalian telah kembali berjual beli dengan bai'ul inah (riba), kalian
ikuti ekor sapi (menjadi peternak), kalian lebih merasa senang dengan
bercocok tanam lalu kalian tinggalkan jihad fi sabilillah, pastilah Allah
akan timpakan kehinaan atas kalian yang tidak mungkin bisa diangkat kecuali
kalian kembali kepada Dien kalian" (Hadits Hasan Riwayat Abu Dawud, Ahmad
dan Al Baihaqi)

Adapun yang dimaksud dengan *Dien* dalam hadits ini adalah Jihad. Karena
shalat, zakat, puasa, haji dan dzikir tidak akan mampu mengangkat umat ini
dari kehinaan. Semua ibadah ini memang merupakan bagian dari Ad-Dien dan
mempunyai peran penting, dalam melenyapkan kehinaan ini.

Akan tetapi, sesungguhnya kehinaan, keterpurukan dan kenistaan ini hanya
bisa dihilangkan dengan cara melenyapkan sebab terjadinya kehinaan itu
sendiri : yaitu karena umat Islam telah meninggalkan jihad sebagaimana
dengan jelas disebutkan oleh Rasulullah.

Dalam hadits lain juga disebutkan, "Tidaklah suatu kaum meninggalkan Jihad
kecuali Allah akan timpakan kehinaan atas mereka." Oleh karena itu, jika
masih ada yang mencari jalan lain untuk menegakkan Dienul. Islam, sungguh
ia telah melakukan kesalahan besar.



2. Karena Jihad adalah Kehidupan



Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul
apabila Rasul menyeru kamu kepada "sesuatu yang akan menghidupkan kamu"
(Al-Anfal 24)

Dalam ayat di atas yang dimaksud "sesuatu yang akan menghidupkan kamu"
adalah jihad. hidup tidak di bawah naungan Islam, sesungguhnya adalah
kematian dan yang akan membuatnya hidup kembali adalah dengan jihad,
sebagaimana dijelaskan dalam ayat di atas.



3. Karena Jihad adalah pemenuhan janji kita kepada Allah,dan janji adalah
hutang



Allah ta'ala berfirman:

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang
telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur
(syahid). Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka
tidak merubah (janjinya)"(Al­Ahzab 23)

Menepati janji kepada Allah dalam ayat ini hanya ada dua pilihan: Berjihad
hingga ia gugur syahid atau tetap sabar, konsisten, tsabat, istiqamah dan
tidak mundur selangkah pun dari jalan Jihad ini, seberat apapun resiko yang
harus ditanggung.



4. Karena *Al-Jannah* (surga) amat mahal harganya



Allah ta'ala berfirman:

"Apakah kamu mengira bahwa ahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata
bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata
orang-orang yang sabar. Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid)
sebelum kamu menghadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan
kamu menyaksikannya" (QS Ali Imron 142)

Dalam shahih Bukhari disebutkan bahwa ayat ini diturunkan sehubungan dengan
keluhan beberapa shahabat Rasulullah , karena beratnya teror, tekanan dan
siksaan yang mereka alami. Sehingga Rasulullah , bersabda :

"Sungguh orang-orang sebelum kalian telah mengalami siksaan yang jauh lebih
pedih, ada yang dikubur hidup-hidup dalam tanah, ada yang tubuhnya
digergaji hingga terbelah dua, ada juga yang kulitnya disisir dengan sisir
besi hingga kulitnya mengelupas dari tulangnya, akan tetapi semua itu tidak
mampu membuat mereka mundur dari membela Dienullah. Demi Allah, urusan ini
(Dien Allah) pasti akan mendapatkan kemenangan sehingga seseorang yang
berjalan antara Shan'a dan Hadramaut tidak sedikit pun merasa takut selain
kepada Allah, demikian pula ia tidak takut kambing gembalaannya akan
dimakan serigala. Akan tetapi kalian adalah orang-orang yang tergesa-gesa"
(HR. Bukhari)



Jika para shahabat yang sudah teruji keteguhan imannya, kesabarannya dan
kesungguhannya dalam membela syari'ah Allah saja dikatakan tergesa­gesa dan
tidak sabar, lalu bagaimana dengan mereka yang tanpa malu-malu mengatakan
bahwa cara yang paling rasional, sesuai dengan zaman dan tidak membahayakan
umat adalah terlibat dalam demokrasi, parlemen dan partai politik? Allahul
musta'an.



5. Karena yang ditunggu-tunggu seorang mukmin sejati hanya dua pilihan
(Hidup Mulia Atau Mati Syahid)



Allah berfirman: "Katakanlah : "Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi
kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan. Dan Kami menunggu-nunggu bagi
kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya.
Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-­nunggu bersamamu. "
(At-Taubah: 52)



6. Karena kita telah menjual semua yang kita miliki -jika kita mengaku
sebagai mukmin-, dan Allah lah yang membelinya.



"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan
Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang
benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang
lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan
jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.
(At-Taubah 111)



Syaikh Asy Syahid insya Allah Abu Mus'ab Az-Zarqawi ;uf menjelaskan "Jika
pembeli telah menerima barang dagangan, maka terserah Dia mau diapakan
dagangan tersebut. Terserah mau Dia letakkan di mana; kalau Dia berkehendak
akan diletakkan-Nya di istana. Kalau Dia berkendak akan diletakkannya di
penjara, kalau Dia berkehendak akan diberinya pakaian paling gagah, kalau
Dia berkehendak akan menjadikannya telanjang kecuali sebatas penutup aurat,
kalau Dia berkehendak akan menjadikannya kaya, kalau Dia berkehendak akan
dijadikannya fakir miskin, kalau Dia berkehendak akan dijadikanya
tergantung di tiang gantungan, atau menjadikan musuh menguasainya lantas
membunuh atau mencincangnya."



7. Karena Jihad adalah Furqan (pembeda) antara mukmin dan munafik serta
manhaj Allah dalam memilih kader pembela Dien-Nya



Allah- berfirman:

"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang (golongan munafik) yang dikatakan
kepada mereka, "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat dan
tunaikan zakat!" Maka setelah diwajibkan kepada mereka berperang (Jihad),
tiba-tiba sebagian dari mereka takut kepada manusia (musuh), seperti
takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka
berkata : "Ya Rabb kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami?
Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai
kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya
sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan
kamu tidak akan dianiaya sedikitpun (An Nisa': 77)



8. Meninggalkan Jihad itu sama saja menceburkan diri ke dalam kebinasaan



Diriwayatkan dari Aslam bin Imron rodliyAllahu 'anhu, ia berkata: Kami
berangkat berperang dari Madinah menuju Kostantinopel. Pasukan kami waktu
itu dipimpin oleh Abdur Rohman bin Kholid bin Al Walid. Sedangkan Romawi
melekatkan punggung mereka dengan benteng Madinah. Lalu ada seseorang yang
menyerang musuh (ia maju seorang diri dan melompat kedalam barisan musuh,
hingga terbunuh). Sehingga orang-orang pada mengatakan: "Wah, wah! Laa
ilaaha illAllah, dia menceburkan diri ke dalam kebinasaan (al-baqarah:195)"



Maka Abu Ayyub berkata: Sesungguhnya ayat tersebut (larang menceburkan diri
ke dalam kebinasaan) turun mengenai kami, orang-orang anshor. Yaitu tatkala
Allah telah memenangkan Nabi-Nya dan menyebarkan Islam, kami mengatakan:
Marilah kita mengurusi dan memperbaiki harta benda kita. MakaAllah ta'ala
menurunkan: Belanjakannlah harta kalian di jalan Allah dan janganlah kalian
menceburkan diri kalian kepada kebinasaan (al-baqarah:195).Maka yang
dimaksud dengan menceburkan diri kepada kebinasaan itu adalahkami mengurusi
dan memperbaiki harta benda kami dan kami tinggalkan jihad.



9. Kitab dan Besi adalah Dakwah dan Jihad

Allah SWT sudah membuat gamblang akan hal ini yaitu pada QS. al-Hadiid di
ayat ke-25 yang berbunyi:

Artinya, "Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa
bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-kitab dan
neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami
ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya
Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya
padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha
Perkasa." (QS. al-Hadiid, 57:25)



Penyandingan kitab dan besi dalam ayat tersebut merupakan sebuah kemutlakan
yang tidak bisa ditawar-tawar kembali. Diturunkannya kitab bagi manusia
karena ia dibutuhkan demi tercapainya kemaslahatan hidup sesuai dengan
standarisasi yang sudah dikhususkan baginya. Sementara besi yang bermakna
pedang atau alat-alat persenjataan berfungsi sebagai pengawal agar segala
risalah-Nya dapat terjaga dari segala bentuk infiltrasi yang berusaha
menodainya. Intinya Islam membutuhkan kekuatan militer, dan jangan sampai
tidak dipersiapkan.



Para ulama ketika mentafsirkan al kitab pada ayat tersebut adalah seluruh
kitab yang diturunkan Allah sebagai petunjuk bagi hamba-Nya agar meraih
kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan besi yang dimaksud adalah senjata
peperangan sebagai alat untuk menundukkan orang-orang yang melawan islam
setelah datang penjelasan baginya. [ lihat tafsir ibnu katsir dan as sa'di
].



Bahkan Imam Ibnu Taimiyah berkata :

ÝóÇáÏøöíúäõ ÇáúÍóÞöø áÇó ÈõÏøó Ýöíúåö ãöäó ÇáúßöÊóÇÈö ÇáúåóÇÏöí æóÇáÓøóíúÝ
ÇáäøóÇÕöÑö .. ÝóÇáúßöÊóÇÈõ íõÈóíöøäõ ãóÇ ÃóãóÑó Çááåõ Èöåö æóãóÇ äóåóì
Úóäúåõ ¡ æóÇáÓøóíúÝõ íóäúÕõÑõ Ðóáößó æóíõÄóíöøÏõåõ ) à . åÜ .

Maka din yang ini harus ada kitab yang menunjukkan [ pada jalan yang lurus
] dan juga pedang yang menolong. Kitab tersebut yang akan menjelaskan apa
yang Allah telah perintahkan dan larang, sedangkan pedang yang akan
mengawal kebenaran tersebut. [ Minhajus sunnah : 1/142 ].



Hikmah dari kitab dan besi

Dari pemaparan di atas, kita bisa ambil beberapa pelajaran dan hikmah.
Diantaranya adalah sebagai berikut :



Pertama : islam memberikan dua jalan untuk berinteraksi dengan masarakat.
Yaitu dengan kitab atau ilmu yang disampaikan kepada ummat melalui lesan
para ulama'. Dan juga pedang yang terwakili oleh para mujahid untuk
melindungi dakwah tersebut.

Bagi mereka yang dapat menerima islam dengan lemah lembut, nasehat yang
baik, maka cukuplah dengan dakwah dan ilmu. Tetapi bagi mereka yang
menentang islam, cara dakwah kepada mereka adalah dengan tusukan tombak dan
mata pedang. Inilah metode islam yang mulia, yaitu mensikapi realitas
manusia seacara berbeda karena sikap mereka terhadap islam yang
berbeda-beda pula.

Dakwah adalah metode yang digunakan untuk menuntun manusia pada jalan
kebenaran. Mengajak dialog hati dengan dengan argumentasi dan nasehat.
Sebagaimana Rasulullah salallahu alaihi wasallam mengajak para sahabat
disaat mereka begelimang maksiat di awal-awal islam.

Tetapi bagi mereka yang menolak islam dan menjadikannya sebagai musuh
mereka. Bahkan mendeklarasikan bahwa ialah satu-satunya penguasa di bumi
dengan undang-undang yang ia buat, maka bahasa yang tepat adalah bahasa
pedang. Bahasa dakwah dengan hikmah tidak lagi berguna pada mereka. Disini
jihad menjadi alat pengubah diasaat dakwah sudah tidak mampu untuk merasuk
pada jiwa-jiwa mereka. Para mujahid harus merapikan barisan dan menyandang
pedang untuk menghadapi mereka.

Dakwah dan jihad harus ditempatkan pada tempatnya. Akan terjadi kerusakan
jika pedang diarahkan kepada orang-orang yang seharusnya cukup dengan
dakwah. Sebaliknya, dakwah ini akan binasa jika kekerasan dan kebengisan
musuh islam dihadapi hanya dengan dakwah saja. Semua ini akan menjadi
malapetaka dan kehancuran jika salah dalam menenmpatkannya.



Kedua : Membekali dengan bekal juru dakwah dan bekal seorang mujahid. Ummat
ini harus mempersiapkan para juru dakwah untuk menjadi seorang da'i yang
handal berupa ilmu din islam, kekuatan alasan dan argumentasi, metode yang
baik serta bekal lainnya. Sisi yang lain ummat juga harus mempersiapkan
diri menjadi seorang mujahid. Dimulai dari sikap pantang mundur,
keberanian, kecakapan, fisik yang baik, pengetahun yang mumpuni dan lainnya.

Gerakan islam akan gagal jika kurang perhatian untuk mendidik putra-putra
islam pada dua hal di atas. Atau juga lebih perhatian pada satu sisi serta
melalaikan sisi yang lain. Karena seseorang yang paham akan jalan yang
harus ditempuh, sementara tidak mempersiapkan para perambah yang layak
untuk melewati jalan tersebut, pasti akan gagal mencapai tujuannya.

Ketahuilah bahwa din islam ini tidak bisa tegak hanya dengan perkumpulan
para da'I dan juru nasehat. Yang mereka itu tidak dapat bekerja baik
kecuali di biadang dakwah dan pemberi nasehat. Padahal ada orang-orang yang
tidak bisa diarahkan kecuali dengan pedang dan tombak.

Demikian pula tidak cukup jika kita semua menjadi batolyon tempur yang
menghunus pedang disetiap tempat dan keadaaan. Mereka tidak mengerti
bagaimana berdakwah dan membina manusia untuk menjadi penerus-penur mereka
dikemudian hari. Mereka juga tidak paham kepada siapa padang yang mereka
hunus diarahkan.. … Maka sebuah selahan fatal jika pada saat berkecimpung
di medan dakwah tidak memiliki perangkat-perangkat dakwah kecuali pedang,
atau juga sebuah kesalahan jika pada saat berada di medan peperangan tidak
mereka miliki kecuali para juru dakwah.



Allah Ta'ala berfirman :

Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar
gemgira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah
dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.[ Al Ahzab 45 – 46 ].



Ketiga : menolak metode lain selain dakwah dan jihad dalam menegakkan
kembali syari'at islam sebagai sebuah institusi. Nabi kita sallallahu
alaihi wasallam telah mengajari kita dalam menegakkan diin ini. Beliau dan
para sahabat telah mencontohkan pada kita metode dakwah dan jihad saat
menegakkan negeri Madinah saat itu. Maka kita harus mencontoh beliau dan
para sahabat dan harus menolak seluruh metode-metode jahiliyah dengan
seluruh lembaga dan organisasinya. Kita harus menjauhi jalan-jalan penuh
lumpur seperti demokrasi dan lainnya yang akan menenggelamkan para
pengusung islam ini. Karena seluruh perbuatan jahiliyah adalah hina Allah
dan Rasul-Nya sebagaimana dalam sebuah hadist ;



Ketahuilah bahwa segala sesuatu dari urusan jahiliyah terletak di bawah
kedua kakiku !. [ HR. Abu Daud, At Tirmidzi dan Ibnu Majah ].

Maka tidak pantas kita mengambil metode jahiliyah. Padahal Rasulullah
menginjaknya dibawah kaki beliau. Memang setan dari bentuk jin dan manusia
senantiasa menghiasi kebatilan dan kejahiliyahan dengan hal-hal yang indah.
Menanamkan angan-angan bahwa dengan metode demokrasi pasti akan tegak
islam. Hingga sebagian para pejuang tergiur untuk mencoba, siapa tahu jalan
tersebut berhasil. Tetapi sekali saja dia berpaling dari jalan yang lurus
ini, pasti ia akan menyimpang secara sempurna pada akhirnya. Sebagaimana
perkataan Sayyid qutub rahimahullah ;

Penyimpangan yang sedikit pada awal dakwah akan berakhir dengan
penyimpangan yang sempurna diakhirnya. [ diambil dari buku al qobidhul
jamar syaikh Abu Mus'ab az zarqowi ].



Demikianlah beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari pentingnya kitab
dan pedang dalam menegakkan islam ini. Kita senantiasa berdo'a agar
diistiqamahkan pada jalan ini dan diwafatkan dalam keadaan melazimi jalan
ini. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali hanya milik Allah Ta'ala.

Sebelum datangnya perintah qital (jihad) ini, semua orang mengaku paling
berani dalam jihad, paling merindukan mati syahid dan sebagainya, tetapi
saat perintah jihad itu telah diturunkan, ternyata tidak sedikit yang
berguguran di tengah jalan, bahkan memusuhi jihad dan mujahidin.



Dalam ayat lain Allah Berfirman: "Maka tatkala Thalut keluar membawa
tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sebuah
sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku.
Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia
adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di
antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia
telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak
ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan jalut dan tentaranya."
Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa
banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak
dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. " (Qs.
Al-Baqarah 2,



Syaikh Mujahid Abu Qatadah Al Filishthiny menjelaskan tentang ayat ini :

"Jika ada ulama yang mensyaratkan bahwa untuk berjihad, seseorang harus
melalui tahapan tarbiyyah dan tashfiyyah duju, atau harus hafal dulu 40
hadits Rasul, atau kekuatan jama'ahnya harus sepadan dengan musuh-musuh
Allah, atau harus menunggu izin dari ulil amri (menurut mereka) maka
ketahuilah bahwa semua syarat itu tidak pernah ditetapkan oleh Allah dan
Rasul-Nya. Apakah Thalut mensyaratkan ini dan itu kepada pasukannya sebelum
mereka berangkat jihad ataukah syarat itu justru disampaikannya saat
pasukannya tinggal selangkah lagi bertemu dengan musuh?"



"Inilah hikmah yang sangat besar dari kisah Thalut dan pasukannya, di mana
seorang pimpinan baru bisa melihat kesungguhan tekad, keteguhan niat,
kesabaran pasukannya dan kesabaran mereka dalam menghadapi cobaan, teror
dan ujian setelah mereka berhadap-hadapan dengan musuh-musuh Allah.



Ayat ini juga menjelaskan bahwa seorang pemimpin baru bisa memahami umat
yang dipimpinnya ketika ia terjun langsung bersama­sama dengan mereka dalam
kecamuk pergolakan jihad dan penegakan syari'ah Allah, bukan hanya dari
balik meja kerja atau dari dalam bilik perpustakaannya, atau dari balik
meja mengajarnya."

Dalam Tafsir At­Thabari disebutkan bahwa sebelum berangkat ke medan jihad,
pasukan Thalut berjumlah 80.000 mujahid. Kemudian, Thalut menerangkan
kepada pasukannya bahwa Allah akan menguji mereka dengan sebuah sungai yang
akan mereka lewati, mereka tidak boleh meminumnya kecuali seteguk dua teguk.

Namun pada akhirnya ketika mereka benar-benar menemui sungai itu, sebagian
besar mereka lupa dan meminum aimya dengan puas. Hingga mereka tidak bisa
mengikuti Thalut berperang melawan pasukan Jalut. Adapun jumlah pasukan
yang taat kepada Thalut hanya sekitar 4.000 mujahid, dalam riwayat yang
lain sejumlah 300 mujahid lebih belasan, dari jumlah 80.000 pasukan Thalut.

Sedangkan yang paling kuat adalah riwayat yang menyatakan bahwa pasukan
yang mengikuti Thalut sama dengan jumlah pasukan Badar, yaitu 300 lebih
belasan. Sebagaimana dalam riwayat Al Barra' bin Azib, beliau berkata:

Artinya "Bahwasannya jumlah Ashabu (pasukan) Badar atas (sama dengan)
jumlah pasukan Thalut, yaitu sejumlah orang-orang yang melewati sungai
bersamanya, dan tidaklah mereka melewati sungai itu, kecuali mereka
termasuk orang mukmin ; yaitu 300 lebih belasan pasukan (mujahid)."

Jadi kalau pasukan Thalut jumlahnya 80.000 mujahid dan yang ikut berperang
bersama Thalut hanya 300 lebih belasan mujahid, maka sisanya sejumlah
79.680- an sekian mujahid terjebak dengan ujian sungai, kemudian terlena
dan mereka tidak termasuk orang-orang mukmin.

Lahaula wala quwwata illaa billah!! Berapa persen jumlah pasukan 300 lebih
sedikit dibandingkan 79.680 pasukan ?? Kurang dari 1 %-nya, Allahu Akbar!



Sungguh indah apa yang dikatakan Sayyid Quthb, ketika mengomentari firman
Allah :

"Betapa banyak kelompok yang sedikit bisa mengalahkan kelompok yang banyak
dengan izin Allah dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah
249)



Beliau berkata, "Ayat ini adalah kaidah dalam perasaan orang-orang yang
yakin bahwa mereka pasti akan berjumpa dengan Allah, kaidah ini menyatakan
bahwa kelompok orang-orang beriman itu sedikit, sebab kelompok inilah yang
bisa menapaki tangga ujian yang berat hingga puncaknya, sehingga mereka
mencapai predikat sebagai pasukan pilihan. Meski sedikit, tapi merekalah
yang menang, sebab mereka memiliki kontak dengan sumber segala kekuatan,
dan mewakili kekuatan yang pasti menang; yaitu kekuatan Allah yang pasti
memenangkan urusan-Nya, Dzat Yang Maha Pemaksa di atas hamba-hamba-Nya,
yang menghancurkan orang-orang bengis, menghinakan orang-orang dzolim, dan
menundukkan orang-orang yang sombong."



Dalam riwayat Imam Bukhori sebagaimana riwayat yang lain, disebutkan (dalam
menafsirkan ayat 249

"Dan tidaklah melewati (sungai) itu bersama (Thalut), kecuali (statusnya)
sebagai mukmin,

" Di sini jelas sekali para mujahidin yang telah bertekad berjihad di jalan
Allah bersama pemimpin mereka yaitu Thalut, namun kemudian terlena, lupa
dan tenggelam dengan ujian (kenikmatan) sungai. Maka Rasulullah menghukumi
mereka sebagai orang yang bukan mukmin. Karena itu, perhatikanlah hal ini
wahai saudara­saudaraku para mujahid!

Tidak ada musibah bagi seorang mujahid yang lebih besar melebihi hilangnya
status mukmin dalam dirinya, ini adalah hal yang sangat serius, bukan hal
yang remeh. Ingatlah wahai saudaraku, hal ini berkaitan dengan ketaatan
pada syariat Allah, bahwa Allah mewajibkan kaum mukminin berjihad di
jalan-Nya. Baik ringan atau berat, baik kaya maupun miskin, baik sibuk
ataupun lapang, lebih-lebih pada saat jihad menjadi fardhu'ain bagi setiap
mukmin.



10. Berperang Itu Masih Lebih Baik Daripada Tersebarnya Kesyirikan



Dari firman Allah swt pada surat Al Baqarah [2]:191, lebih lengkap
terjemahannya adalah: Dan Bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka,
dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan
fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu
memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di
tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka Bunuhlah
mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.



Kata fitnah yang dosanya lebih besar dari pembunuhan disebutkan pula dalam
firman lain yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada
bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar;
tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah,
(menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya,
lebih besar (dosanya) di sisi Allah dan berbuat fitnah lebih besar
(dosanya) daripada membunuh, mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu
sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran),
seandainya mereka sanggup. barangsiapa yang murtad di antara kamu dari
agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia
amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya.(QS Al Baqarah [2]:217).



Ayat ini penting untuk kita pahami karena ia seringkali digunakan untuk
sesuatu yang bukan maksudnya, hal ini karena kata fitnah sudah menjadi
bahasa Indonesia yang konotasinya adalah mengemukakan tuduhan negatif
kepada seseorang padahal orang itu tidak seperti yang dituduhkan. Bisa jadi
banyak istilah dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab atau
dari kata yang terdapat di dalam Al-Qur'an tapi maknanya tidak seperti yang
dimaksud oleh Al-Qur'an dan ketika orang menggunakan kata itu, ia
menggunakan dalil Al-Qur'an untuk membenarkannya, bukankah ini namanya
penyalahgunaan suatu ayat?.



Dalam Ensiklopedi Al-Qur'an, fitnah berasal dari kata fatana yang berarti
membakar logam, emas atau perak untuk menguji kemurniannya. Juga berarti
membakar secara mutlak, meneliti, kekafiran, perbedaan pendapat dan
kezaliman, hukuman dan kenikmatan hidup.

MAKSUD AYAT.



Bila diteliti ayat sebelum dan sesudah ayat di atas, turunnya ayat ini
menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya merupakan perintah atau izin kepada
Nabi dan kaum muslimin untuk melakukan peperangan terhadap orang-orang
kafir yang memerangi kaum muslimin, namun memerangi mereka yang memerangi
kaum muslimin tidak boleh melampaui batas seperti membunuh musuh sampai
memotong-motong atau mencincang mereka, membunuh wanita, anak-anak, orang
tua yang lanjut usia, rahib dan pendeta yang ada di rumah ibadah mereka
padahal mereka tidak terlibat dalam peperangan, membunuh hewan dan merusak
lingkungan seperti menebang atau membakar pohon, merusak rumah ibadah dan
sebagainya.

Dibolehkan dan diperintahkannya kaum muslimin memerangi orang-orang kafir
karena kekufuran dan kemusyrikan serta menghalangi manusia dari jalan Allah
merupakan perbuatan yang lebih parah dan lebih fatal, ini merupakan fitnah
besar dalam kaitan dengan agama sehingga pada surat Al Baqarah [2] ayat
193, Allah swt berfirman: Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada
fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu Hanya semata-mata untuk Allah. jika
mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi),
kecuali terhadap orang-orang yang zalim.



Lebih lanjut, Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fii Dzilalil Quran menegaskan:
"Sesungguhnya "fitnah terhadap agama" berarti permusuhan terhadap sesuatu
yang paling suci dalam kehidupan manusia. Karena itu, ia lebih besar
bahayanya daripada pembunuhan, lebih kejam daripada membunuh jiwa
seseorang, menghilangkan nyawa dan menghilangkan kehidupan. Baik fitnah itu
berupa intimidasi maupun perbuatan nyata atau berupa peraturan dan
perundang-undangan bejat yang dapat menyesatkan manusia, merusak dan
menjauhkan mereka dari manhaj Allah serta menganggap indah kekafiran dan
memalingkan manusia dari agama Allah itu".



Sebagai agama yang menekankan perdamaian, pada dasarnya Islam tidak
menghendaki terjadinya peperangan dan permusuhan antar manusia meskipun
mereka berbeda agama, tapi bila orang-orang kafir sudah sampai pada tingkat
memerangi kaum muslimin, maka pembalasan harus dilakukan dan bila mereka
berhenti memerangi umat Islam apalagi mereka masuk Islam, maka
permusuhanpun diakhiri. Karena itu, Sayyid Quthb menambahkan: "Betapa
mulianya Islam ini. Dia melambai-lambaikan ampunan dan rahmat bagi
orang-orang kafir dan menggugurkan hukum qishash dari mereka semata-mata
karena mereka mau masuk ke dalam barisan Islam setelah sebelumnya mereka
membunuh dan memfitnahnya serta melakukan berbagai macam tindakan kasar
terhadapnya. Tujuan perang ialah memberikan jaminan agar manusia tidak
difitnah lagi dari (memasuki atau melaksanakan) agama Allah, dan agar
mereka tidak dijauhkan atau dimurtadkan darinya dengan kekuatan atau
semacamnya seperti kekuatan undang-undang yang mengatur kehidupan umum
manusia dan kekuatan-kekuatan untuk menyesatkan dan merusak".



Macam-Macam Fitnah.



Fitnah yang dikategorikan lebih kejam dari pembunuhan bisa dikelompokkan
menjadi beberapa macam. Pertama adalah syirik, yakni mensekutukan Allah
swt, hal ini dinyatakan dalam firman Allah swt yang artinya: Kelak kamu
akan dapati (golongan-golongan) yang lain, yang bermaksud supaya mereka
aman dari pada kamu dan aman (pula) dari kaumnya. setiap mereka diajak
kembali kepada fitnah (syirik), merekapun terjun kedalamnya. Karena itu
jika mereka tidak membiarkan kamu dan (tidak) mau mengemukakan perdamaian
kepadamu, serta (tidak) menahan tangan mereka (dari memerangimu), Maka
tawanlah mereka dan Bunuhlah mereka dan merekalah orang-orang yang kami
berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk menawan dan membunuh) mereka. (QS
An Nisa [4]:91)



Kedua, kezaliman yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka kepada
kaum muslimin, Allah swt berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang
mendatangkan cobaan (fitnah) kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan
perempuan Kemudian mereka tidak bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam
dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.(QS Al Buruj [85]:10)



Menurut Prof. DR. Wahbah Az Zuhaili, yang dimaksud dengan cobaan atau
fitnah adalah berbagai macam siksaan seperti dibakar hidup-hidup supaya
orang beriman menjadi murtad. Maka bila mereka tidak bertaubat, siksaan
jahannam yang membakar mereka akan menjadi balasannya.



Pada masa Rasulullah saw banyak sahabat yang mengalami fitnah berupa
siksaan seperti yang dialami oleh Bilal bin Rabah yang diseret di atas
padang pasir yang panas, dicambuk, dijemur sampai ditindihkan batu besar.
Begitu juga dengan Yasir dan Sumayyah yang akhirnya mati karena mengalami
siksaan yang amat berat.



Ketiga adalah fitnah dalam arti memperebutkan harta yang tidak hanya
dilakukan oleh orang-orang yang zalim saja, tapi bisa terjadi pada siapa
saja karena sikap mereka yang melampaui batas, bahkan bisa jadi antar
sesama saudara, suku dan dalam organisasi perjuangan, mereka bisa
bermusuhan karena berebut harta. Hal yang amat mengkhawatirkan adalah
dengan sebab harta seseorang menggadaikan nilai-nilai idealisme kebenaran
yang selama ini telah diperjuangkannya dan ini merupakan fitnah yang besar,
karenanya bagi mereka akan disiapkan siksa yang Amat keras, Allah swt
berfirman: Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan (fitnah) yang tidak
khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah
bahwa Allah amat keras siksaan-Nya (QS Al Anfal [8]:25).

*wallahu a'lam*


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: