Selasa, 12 Juni 2012

[daarut-tauhiid] Hukum mencium tangan orang alim

MENCIUM TANGAN ORANG TUA ATAU ORANG ALIM
Perlu diketahui bahwa mencium tangan orang yang saleh, penguasa yang
bertakwa dan orang kaya yang saleh adalah perkara mustahabb (sunnah)
yang disukai Allah. Hal ini berdasarkan hadits-hadits Rasulullah dan
dan atsar para sahabat, yang akan kita sebutkan berikut ini.
Di antaranya, hadits riwayat al-Imam at-Tirmidzi dan lainnya, bahwa
ada dua orang Yahudi bersepakat menghadap Rasulullah. Salah seorang
dari mereka berkata: "Mari kita pergi menghadap -orang yang mengaku-
Nabi ini untuk menanyainya tentang sembilan ayat yang Allah turunkan
kepada Nabi Musa". Tujuan kedua orang Yahudi ini adalah hendak mencari
kelemahan Rasulullah, karena beliau adalah seorang yang Ummi (tidak
membaca dan tidak menulis). Mereka menganggap bahwa Rasulullah tidak
mengetahui tentang sembilan ayat tersebut. Ketika mereka sampai di
hadapan Rasulullah dan menanyakan prihal sembilan ayat yang diturunkan
kepada Nabi Musa tersebut, maka Rasulullah menjelaskan kepada keduanya
secara rinci tidak kurang suatu apapun. Kedua orang Yahudi ini sangat
terkejut dan terkagum-kagum dengan penjelasan Rasulullah. Keduanya
orang Yahudi ini kemudian langsung mencium kedua tangan Rasulullah dan
kakinya. Al-Imam at-Tarmidzi berkata bahwa kulitas hadits ini Hasan
Shahih#.
Abu asy-Syaikh dan Ibn Mardawaih meriwayatkan dari sahabat Ka'ab ibn
Malik, bahwa ia berkata: "Ketika turun ayat tentang (diterimanya)
taubat-ku, aku mendatangi Rasulullah lalu mencium kedua tangan dan
kedua lututnya"#.
Al-Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam kitabnya al-Adab al-Mufrad bahwa
sahabat 'Ali ibn Abi Thalib telah mencium tangan al-'Abbas ibn 'Abd
al-Muththalib dan kedua kakinya, padahal 'Ali lebih tinggi derajatnya
dari pada al-'Abbas. Namun karena al-'Abbas adalah pamannya sendiri
dan seorang yang saleh maka dia mencium tangan dan kedua kakinya
tersebut#.
Demikian juga dengan 'Abdullah ibn 'Abbas, salah seorang dari kalangan
sahabat yang masih muda ketika Rasulullah meninggal. 'Abdullah ibn
'Abbas pergi kepada sebagian sahabat Rasulullah lainnya untuk menuntut
ilmu dari mereka. Suatu ketika beliau pergi kepada Zaid ibn Tsabit,
salah seorang sahabat senior yang paling banyak menulis wahyu. Saat
itu Zaid ibn Tsabit sedang keluar dari rumahnya. Melihat itu, dengan
cepat 'Abdullah ibn 'Abbas memegang tempat pijakan kaki dari pelana
hewan tunggangan Zaid ibn Tsabit. 'Abdullah ibn 'Abbas menyongsong
Zaid untuk menaiki hewan tunggangannya tersebut. Namun tiba-tiba Zaid
ibn Tsabit mencium tangan 'Abdullah ibn 'Abbas, karena dia adalah
keluarga Rasulullah. Zaid ibn Tsabit berkata: "Seperti inilah kami
memperlakukan keluarga Rasulullah". Padahal Zaid ibn Tsabit jauh lebih
tua dari 'Abdullah ibn 'Abbas. Atsar ini diriwayatkan oleh al-Hafizh
Abu Bakar ibn al-Muqri dalam Juz Taqbil al-Yad.
Ibn Sa'd juga meriwayatkan dengan sanad-nya dalam kitab Thabaqat dari
'Abd ar-Rahman ibn Zaid al-'Iraqi, bahwa ia berkata: "Kami telah
mendatangi Salamah ibn al-Akwa' di ar-Rabdzah. Lalu ia mengeluarkan
tangannya yang besar seperti sepatu kaki unta, kemudian dia berkata:
"Dengan tanganku ini aku telah membaiat Rasulullah". Oleh karenanya
lalu kami meraih tangan beliau dan menciumnya"#.
Juga telah diriwayatkan dengan sanad yang shahih bahwa al-Imam Muslim
mencium tangan al-Imam al-Bukhari. Al-Imam Muslim berkata kepadanya:

æóáóæú ÃóÐöäúÊó áöíú áóÞóÈøóáúÊõ ÑöÌúáóßó.
"Seandainya anda mengizinkan pasti aku cium kaki anda"#.

Dalam kitab at-Talkhish al-Habir, al-Hafizh Ibn Hajar al-'Asqalani
menuliskan sebagai berikut: "Tentang masalah mencium tangan ada banyak
hadits yang dikumpulkan oleh Abu Bakar ibn al-Muqri, beliau
mengumpulkannya dalam satu juz penuh. Di antaranya hadits 'Abdullah
ibn 'Umar, dalam menceritakan suatu peristiwa di masa Rasulullah,
beliau berkata:

ÝóÏóäóæúäóÇ ãöäó ÇáäøóÈöíøö Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó
ÝóÞóÈøóáúäóÇ íóÏóåõ æóÑöÌúáóåõ (ÑæÇå ÃÈæ ÏÇæÏ)
"Maka kami mendekat kepada Rasulullah lalu kami cium tangan dan
kakinya". (HR. Abu Dawud)

Di antaranya juga hadits Shafwan ibn 'Assal, dia berkata: "Ada seorang
Yahudi berkata kepada temannya: Mari kita pergi kepada Nabi ini
(Muhammad). Kisah lengkapnya seperti tertulis di atas. Kemudian dalam
lanjutan hadits ini disebutkan:

ÝóÞóÈøóáÇó íóÏóåõ æóÑöÌúáóåõ æóÞóÇáÇó: äóÔúÜåóÏõ Ãóäøóßó äóÈöíøñ.
"Maka keduanya mencium tangan Nabi dan kakinya lalu berkata: Kami
bersaksi bahwa engkau seorang Nabi".

Hadits ini diriwayatkan oleh Para Penulis Kitab-kitab Sunan (al-Imam
at-Tirmidzi, al-Imam an-Nasa'i, al-Imam Ibn Majah, dan al-Imam Abu
Dawud) dengan sanad yang kuat.
Juga hadits az-Zari', bahwa ia termasuk rombongan utusan 'Abd al-Qais,
bahwa ia berkata:

ÝóÌóÚóáúäóÇ äóÊóÈóÇÏóÑõ ãöäú ÑóæóÇÍöáöäóÇ ÝóäõÞóÈøöáõ íóÏó ÇáäøóÈöíøö
Õóáøóì Çááåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó.
"Maka kami bergegas turun dari kendaraan kami lalu kami mencium tangan
Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam". (HR. Abu Dawud)

Dalam hadits tentang peristiwa al-Ifk (tersebarnya kabar dusta bahwa
as-Sayyidah 'Aisyah berbuat zina) dari 'Aisyah, bahwa ia berkata: "Abu
Bakar berkata kepadaku:

Þõæúãöíú ÝóÞóÈøöáöíú ÑóÃúÓóåõ.
"Berdirilah dan cium kepalanya (Rasulullah)". (HR. Ath-Thabarani dalam
al-Mu'jam al-Kabir)#.

Dalam kitab sunan yang tiga (Sunan Abu Dawud, at-Tirmidzi dan
an-Nasa-i) dari 'Aisyah, bahwa ia berkata:

ãóÇ ÑóÃóíúÊõ ÃóÍóÏðÇ ßóÇäó ÃóÔúÈóåó ÓõãúÊðÇ æóåóÏúíóÇ æóÏóáÇøð
ÈöÑóÓõæúáö Çááåö ãöäú ÝóÇØöãóÉó¡ æóßóÇäó ÅöÐóÇ ÏóÎóáóÊú Úóáóíúåö ÞóÇãó
ÅöáóíúåóÇ ÝóÃóÎóÐó ÈöíóÏöåóÇ ÝóÞóÈøóáóåóÇ æóÃóÌúáóÓóåóÇ Ýöíú
ãóÌúáöÓöåö¡ æóßóÇäóÊú ÅöÐóÇ ÏóÎóáó ÚóáóíúåóÇ ÞóÇãóÊú Åöáóíúåö
ÝóÃóÎóÐóÊú ÈöíóÏöåö ÝóÞóÈøóáóÊúåõ¡ æóÃóÌúáóÓóÊúåõ Ýöíú ãóÌúáöÓöåóÇ.
"Aku tidak pernah melihat seorangpun lebih mirip dengan Rasulullah
dari Fathimah dalam sifatnya, cara hidup dan gerak-geriknya. Ketika
Fathimah datang kepada Rasulullah, maka Rasulullah berdiri
menyambutnya lalu mengambil tangan Fathimah, kemudian Rasulullah
mencium Fathimah dan membawanya duduk di tempat duduk beliau. Dan
apabila Rasulullah datang kepada Fathimah, maka Fathimah berdiri
menyambutnya lalu mengambil tangan Rasulullah, kemudian mencium
Rasulullah, setelah itu ia mempersilahkan beliau duduk di tempatnya".

Demikian penjelasan al-Hafizh Ibn Hajar dalam kitab at-Talkhish al-Habir.
Dalam hadits yang terakhir disebutkan, juga terdapat dalil tentang
kebolehan berdiri untuk menyambut orang yang masuk datang ke suatu
tempat, jika memang bertujuan untuk menghormati bukan untuk
menyombongkan diri dan menampakkan keangkuhan.
Sedangkan hadits riwayat al-Imam Ahmad dan al-Imam at-Tirmidzi dari
Anas ibn Malik yang menyebutkan bahwa para sahabat jika mereka melihat
Rasulullah mereka tidak berdiri untuknya karena mereka mengetahui
bahwa Rasulullah tidak menyukai hal itu, hadits ini tidak menunjukkan
kemakruhan berdiri untuk menghormati. Pemaknaan hadits ini bahwa
Rasulullah tidak menyukai hal itu karena beliau takut akan diwajibkan
hal itu atas para sahabat. Dengan demikian, Rasulullah tidak menyukai
hal itu karena beliau menginginkan keringanan bagi ummatnya.
Sebagaimana sudah diketahui bahwa Rasulullah kadang suka melakukan
sesuatu tapi ia meninggalkannya meskipun ia menyukainya karena beliau
menginginkan keringanan bagi ummatnya.
Sedangkan hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam Abu Dawud dan al-Imam
at-Tirmidzi bahwa Rasulullah bersabda:

ãóäú ÃóÍóÈøó Ãóäú íóÊóãóËøóáó áóåõ ÇáÑøöÌóÇáõ ÞöíóÇãðÇ ÝóáúíóÊóÈóæøóÃú
ãóÞúÚóÏóåõ ãöäó ÇáäøóÇÑö (ÑóæóÇå ÃÈæ ÏóÇæõÏ æÇáÊøÑãÐíø)

berdiri yang dilarang dalam hadits ini adalah berdiri yang biasa
dilakukan oleh orang-orang Romawi dan Persia kepada raja-raja mereka.
Jika mereka ada di suatu majelis lalu raja mereka masuk, maka mereka
berdiri untuk raja tersebut dengan Tamatstsul; artinya berdiri terus
hingga sang raja pergi meninggalkan majelis atau tempat tersebut. Ini
yang dimaksud dengan Tamatstsul dalam bahasa Arab.
Sedangkan riwayat yang disebutkan oleh sebagian orang bahwa Rasulullah
menarik tangannya dari tangan orang yang hendak menciumnya, ini adalah
hadits yang sangat lemah menurut ahli hadits#.
Maka sangat aneh bila ada orang yang menyebut-nyebut hadits dla'if ini
dengan tujuan menjelekkan perbuatan mencium tangan. Bagaimana dia
meninggalkan sekian banyak hadits shahih yang membolehkan mencium
tangan, dan dia berpegangan dengan hadits yang sangat lemah untuk
melarangnya!? Hasbunallah.


------------------------------------

Rajabun Syahrullah, Rajab adalah bulannya Allah.Yahoo! Groups Links





[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: