Selasa, 12 Juni 2012

[daarut-tauhiid] MENDAHULUKAN ALLAH SWT DIATAS SEMUANYA

 

Saudaraku,…
Salah satu nilai di dalam dunia modern dewasa ini yang
sering menyesatkan seorang muslim ialah anggapan bahwa suatu kebaikan
ditentukan oleh ramai atau sedikitnya orang yang mendukung nilai tersebut. Jika
nilai tersebut sudah populer di tengah masyarakat, maka orang mengatakan bahwa
nilai tersebut bersifat positif. Nilai tersebut akan didukung dan disebarluaskan.
 
Allah SWT berfirman, "Dan jika kamu menuruti
kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu
dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan
mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).  Sesungguhnya
Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk."
(QS Al-An'aam ayat 116-117)
 
Alloh menunjukkan kepada Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi
wassalam para nabi dan rasul sebelum beliau beserta pengikutnya. Ada nabi yang
hanya memiliki beberapa orang pengikut, dan bahkan ada yang tidak mempunyai
seorang pengikut pun. Dan tatkala kita menengok sejarah nabi Nuh, berapa lama
beliau berdakwah?
 
Yaitu selama sembilan ratus lima puluh tahun. Berapakah
jumlah pengikut beliau yang berhasil didakwahi yang akhirnya ikut dalam bahtera
dan diselamatkan dari adzab Alloh? Tidaklah banyak, hanya sedikit jumlahnya.
Mereka para rasul adalah orang-orang yang sukses dalam berdakwah, walaupun jika
dilihat dari jumlah pengikut amatlah sedikit.
 
Nabi shollallahu 'alaih wa sallam bahkan pernah
menegur keras para sahabat ketika beliau dapati mereka melakukan bentuk
penghormatan berlebihan kepada diri Rasulullah.
 
Ibnu Abbas mendengar Umar berkata dari atas mimbar: "Aku
mendengar Rasulullah bersabda: "Janganlah kalian mengkultuskanku sebagaimana
kaum Nasrani mengkultuskan Isa putra Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang
hamba. Maka ucapkanlah: hamba Allah dan RasulNya." (HR Bukhary 3189)
 
Banyak sekali nilai-nilai mungkar menurut Islam yang
sudah menyebar di tengah masyarakat. Sebaliknya, sedikit sekali nilai-nilai
ma'ruf menurut Islam yang sudah difahami dan diterima masyarakat.  
 
Misalnya, soal hubungan antara pria-wanita bukan muhrim.
Di tengah masyarakat telah umum diterima bahwa tidak ada masalah jika dua orang
pria-wanita bukan muhrim bepergian berduaan alias berpacaran. Karena hal ini
telah dianggap biasa, akhirnya banyak orangtua muslim yang memandang biasa jika
anak gadisnya bepergian berduaan dengan lelaki bukan muhrimnya.
 
Para politisi mengkampanyekan dirinya tanpa rasa malu dan
sikap rendah hati, Saudaraku, di dalam Islam tidak dikenal adanya kebiasaan
memuji diri sendiri. Bahkan seorang sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq langsung
berlindung kepada Allah ketika ada orang-orang menyanjungnya.
 
"Ya Allah, aku mohon ampun (kepadaMu) atas ucapan
(sanjungan) mereka dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka."
 
Jangankan seorang muslim memuji dirinya sendiri.
Sedangkan jika orang lain memuji dirinya saja sepatutnya ia langsung memohon
ampun kepada Allah, sebab orang-orang beriman hanya pantas memuji Allah semata.
 
Segenap kemuliaan, puja dan puji, keagungan dan kebesaran
hanyalah milik Allah.
 
Allah SWT berfirman, "Dan jika kamu menuruti
kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu
dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan
mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).  Sesungguhnya
Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk."
(QS Al-An'aam ayat 116-117)
 
Dalam surat yang dikirim kepada suku Najran yang beragama
Nasrani, Rasulullah shollallahu 'alaih wa sallam menyampaikan seruan sebagai
berikut:
 
"Sesungguhnya aku menyeru kalian kepada penghambaan Allah
ta'aala semata dan meninggalkan penghambaan sesama hamba." (HR Al-Baihaqi 2126)
 
Demikianlah, Islam datang membawa seruan abadi agar
manusia hanya menghambakan diri kepada Allah ta'aala semata. Ajaran Allah
ta'aala tidak membenarkan adanya penghambaan antara sesama hamba. Manusia tidak
dibenarkan untuk menghamba kepada sesama manusia. Pengertian menghamba kepada
sesama hamba bukan hanya dalam bentuk manusia bersujud di hadapan manusia
lainnya. Tetapi pengertiannya mencakup ketaatan mutlak kepada sesama manusia.
 
Fihak yang menerima penghambaan manusia disebut "Ilah"
yang biasa diterjemahkan sebagai "tuhan" dalam bahasa Indonesia. Sesungguhnya
"Ilah" mengandung setidaknya tiga pengertian, yaitu: "yang dicintai, yang
dipatuhi dan yang ditakuti selain dari Allah SWT dengan segala perintah-Nya"
 
Seorang Muslim yang faham makna kalimat Subhaanallah tidak akan terjebak ke dalam anggapan adanya fihak lain selain Allah yang
pantas disucikan. Ia tahu hanya Allah sajalah di dalam hidup ini yang tidak
mengandung cacat dan kekurangan. Allah adalah Dzat Yang Maha Sempurna. Oleh
karena itu sepanjang perjalanan sejarah dunia Allah mengutus para Nabi dan
Rasul dengan tujuan untuk menjernihkan aqidah ummat manusia. Sebab manusia
memiliki kecenderungan untuk merasa butuh mensucikan sesuatu di dalam hidupnya.
Namun sayang, kebanyakan manusia bodoh akan Ma'rifatullah (Pengenalan akan Allah) sehingga mereka akhirnya menjadikan banyak fihak selain
Allah sebagai fihak yang disucikan sedemikian rupa sebagaimana semestinya
mereka mensucikan Allah Subhaanahu wa Ta'aala (Yang Maha Suci lagi
Maha Tinggi).
 
Di antara mereka ada yang mensucikan sesama manusia yang
dianggap sangat mulia. Sedemikian rupa pensucian itu sehingga mereka
memposisikan manusia yang dimuliakan itu berlebihan alias melampaui batas.
Seperti yang dilakukan oleh kaum Yahudi terhadap Uzair dan kaum Nasrani
terhadap Nabiyullah Isa putra Maryam 'alahis-salam.
 
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putra Allah" dan
orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putra Allah". Demikian itulah
ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir
yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?
 
Hadis riwayat Abu Bakrah ra., ia berkata:
 
Seorang lelaki memuji orang lain di hadapan Nabi
shollallahu 'alaih wa sallam maka beliau bersabda: "Celaka kamu! Kamu telah
memenggal leher temanmu, kamu telah memenggal leher temanmu!" Beliau
mengucapkannya berulang-ulang. "Apabila seorang di antara kamu terpaksa harus
memuji temannya, hendaklah ia berkata: Aku mengetahui kebaikan si Fulan namun
Allah lebih mengetahui keadaannya, dan aku tidak memberikan kesaksian kepada
siapa pun yang aku ketahui di hadapan Allah karena Allah lebih mengetahui
keadaannya yang sebenarnya". (HR Muslim 5319)
 
Jika kita menelusuri jejak para nabi niscaya kita
dapatkan cobaaan kita lebih kecil dibandingkan ujian yang diperoleh oleh para
nabi dan Rasul tersebut berupa penentangan dan pengingkaran dari kaumnya, belum
lagi kesabaran yang luarbiasa yang mereka miliki untuk mendakwahkan tauhid di
tengah-tengah kerusakan ummatnya.
 
Karena itulah nabi kita Muhammad shollallohu 'alaihi
wassalam ketika mengutus utusan beliau untuk berdakwah ke daerah lain, selalu
mewasiatkan agar tauhidlah yang pertama kali mesti didakwahkan, sebagaimana
sabda beliau kepada Mu'adz bin Jabal ketika akan diutus ke negeri Yaman untuk
berdakwah, beliau Shallallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
 
 "Sesungguhnya kamu
akan mendatangi satu kaum dari ahli kitab, maka hendaklah yang pertama kamu
serukan kepada mereka adalah (agar mereka) bersaksi bahwasanya tiada Tuhan yang
berhak untuk disembah melainkan Alloh." (Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dan
Imam Muslim), dan dalam satu riwayat dari Imam Al-Bukhari [dengan lafazh]: Agar
mereka mentauhidkan Alloh, Risalah-Nya secara utuh sebagai tujuan penciptaan
manusia untuk beribadah hanya kepada-Nya. Allah dululah yang pertama kali
dibesarkan dan ditinggikan didalam hati.
 
Saya
mengajak Anda untuk mendukung pembibitan Penghafal Al-Qur'an yang digagas oleh
Ustadz Yusuf Mansur  dan Pesantren Darul
Quran.

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: