Jumat, 24 Februari 2012

[daarut-tauhiid] Akankah kesombongan dan keangkuhan mu menyebabkan ibu mu telah lupa kepada mu

 

Cerita ini disadur habis dari : http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=1607 

Semoga bermamfaat

Bapak itu memang sudah lama tidak pulang kampung. Dia selalu sibuk. Setiap hari memberi kuliah di kampus, menjadi narasumber pada seminar-seminar, mengadakan penelitian dan sekali sekali melakukan pengabdian pada masyarakat.
Memang itulah tugasnya sebagai seorang guru besar pada sebuah universitas yang terkenal. Hampir setiap hari dia tenggelam dalam pekerjaan dari pagi hingga matahari terbenam. Kadang, hari Minggu pun sering terlewati.

Sesampainya di kampung, dia terenyuh. Ibu kandungnya tidak mengenal dia lagi. Ibunya telah renta. Berjalan tertatih tatih, penglihatan sedikit kabur, telinga kurang mendengar, ingatannya menghilang, termasuk pada anaknya sendiri.
Pertanyaan pertama ibunya selalu kamu ini siapa? Berulang kali dia memeluk dan mencium pipi ibunya yang telah mengerut seraya menyebutkan namanya. Namun apa mau dikata, namanya yang telah terukir dalam ingatan ibunya telah terkikis habis oleh ketuaan.

Kalaupun keluar kata-kata lain dari ibunya, lebih sering panggilan pada adiknya yang merawatnya di kampung, pada  kucing peliharaannya, pada ayam-ayam yang belum masuk kandang dan telurnya yang belum diambil.

Tanpa dia sadari, air matanya mengalir, sesuatu yang tabu ia lakukan selama ini, dan malah dia sendiri sering membuat murid-muridnya terisak tangis, menghadapi kesombongan ilmiahnya di kampus.

Tanpa peduli keberadaannya, ibunya berjalan pelan menuju kamarnya kemudian membalik-balik pakaian, melipat, membongkar dan menyusunnya kembali seolah bersiap untuk pergi  entah ke mana. Menurut adik dan familinya, itulah yang dilakukan ibunya setiap hari dan berulang-ulang. Dia iringi ibunya ke kamar mencoba membuka ingatan ibunya, namun kembali pertanyaan ibunya kamu ini siapa, di mana kampung, berapa orang anak dan lain-lainnya.

Ibunya telah menderita penyakit pikun yang sering disebut dementia atau Alzheimer, suatu  penyakit yang sampai sekarang belum ditemukan obat yang tepat untuk menyembuhkannya. Penyakit ini banyak ditemui pada manusia lanjut dan menjadi masalah pada negara–negara maju. Di Amerika Serikat, penyakit ini telah menghinggapi pada lebih dari 2 juta orang. Dan, mungkin dalam waktu tidak terlalu lama, pikun akan menjadi masalah kesehatan dan sosial pada negara kita ini.

Dahulu orang mengira, bahwa pikun itu penyakit yang lumrah bagi orang berusia lanjut. Namun dugaan itu ternyata meleset, karena masih banyak orangtua yang fisiknya renta termasuk penglihatan dan pendengarannya, tapi punya pikiran yang masih utuh dan jernih seperti  G Verdi mencipta "Otello" pada usia 73 tahun, Goethe berhasil menciptakan "Faust" bagian ke 2 pada usia 70-80 tahun, Laplace pada usia 75 tahun masih tetap menghasilkan karya-karya gemilang. Begitu pula A Tupolev, Eisenhower, Brezhnev, dan Churchill yang merupakan para politikus tua yang berhasil memimpin negaranya. Di Indonesia kita temui misalnya almarhum Rosihan Anwar, di atas umur 80 tahun masih aktif menulis dengan pikiran dan ide-ide yang jernih dan dapat dimengerti.

Secara keilmuan kedokteran, pikun merupakan kemunduran perlahan-lahan pada fungsi intelektual dan sosial yang dialami seseorang berumur lanjut. Makin lama makin bertambah berat karena adanya gangguan pada jaringan otak. Namun, kepikunan itu dapat pula timbul mendadak kalau seseorang menderita penyakit otak akibat infeksi, geger otak dan stroke. Sampai kini dikenal ada dua macam pikun, yaitu pikun yang masih sulit untuk disembuhkan, dan jenis kedua adalah pikun yang dapat dicegah dan disembuhkan.

Pikun yang sulit disembuhkan, disebabkan oleh proses kemunduran sel-sel otak yang makin lama makin parah. Para ahli belum mampu menjawab dengan pasti, kenapa sel-sel otak itu mundur (istilah ilmiahnya, sel-sel itu mengalami degenerasi). Sel yang tadinya segar bugar, dengan perlahan menjadi layu, dan akhirnya mati dan tidak akan tumbuh sel penggantinya.

Sedangkan pikun yang bisa dicegah adalah pikun karena diketahui penyebab dasarnya. Biasanya penyebab itu berhubungan dengan gaya hidup dan kebiasaan seseorang sewaktu muda, apalagi disertai stres berkepanjangan. Kebiasaan dan gaya hidup positif akan berdampak positif juga, sedangkan kebiasaan-kebiasaan buruk akan berdampak buruk juga, misalnya merokok, minuman alkohol, penggunaan obat bius dan lainnya. Kebiasaan-kebiasaan buruk itu akan mempercepat timbulnya kepikunan apalagi disertai adanya penyakit seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner, penyakit kencing manis, makanan yang berkadar lemak tinggi,  kegemukan dan sebagainya.

Menurut Zevan Khachanurian dari The National Institute of Aging, Los Angeles,  sel-sel di bagian otak sebelah dalam (hippocampus) terpaksa bekerja lebih keras pada orang yang sering mengalami stres setiap hari. Akibatnya, otak itu cepat menjadi lelah dan mudah rusak dan cepat timbul kepikunan. Penyebab stres itu sangat banyak. Bagi golongan manusia menengah ke atas, salah satu penyebab stres adalah ketika kesombongan yang dibanggakan mulai memudar. Misalnya kesombongan jabatan, kesombongan kekayaan dan  kesombongan ilmiah bagi para ilmuawan.  

Tanda dini dari penyakit pikun adalah perubahan dalam sikap sehari-hari, dimulai dengan gairah yang menurun, merasa malas atau kehilangan semangat. Pribadi yang tadinya hangat dan bersemangat menjadi mulai acuh. Seringkali mudah tersinggung, murung, cemas tanpa sebab-sebab yang nyata. Pada tahap awal, penderita pikun akan mengalami gejala pelupa karena terjadi gangguan daya ingat (memori). Yang menjadi sasaran adalah ingatan baru, sedangkan ingatan lama masih terekam dengan baik.

Pada tahap kedua, tanda-tanda gangguan semakin jelas. Mereka tidak lagi mampu mengelola dirinya sendiri, apalagi pekerjaannya. Gaya bahasanya menjadi monoton dan lamban. Dalam menyatakan pikirannya bertele tele serta banyak kalimat yang diulang-ulang. Pada tahap ketiga, kegagalan dalam berbahasa sudah sampai pada puncaknya. Penderita itu tidak dapat lagi mengerti ucapan seseorang dan mengekspresikan jalan pikiran melalui bicaranya.

Dengan makin banyak jumlah penderita pikun, kita perlu berusaha melakukan tindakan-tindakan pencegahan, antara lain menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk, menghindari kesombongan dan menerima hidup apa adanya. Kita harus ingat bahwa jabatan, kekayaan dan keilmuwan yang kita miliki hanyalah pinjaman sementara. Kenapa kita harus sombong dengan keilmuwan serta tempat pendidikan kita. Ilmu itu akan hilang tiba-tiba kalau dapat serangan stroke atau hilang perlahan jika ditakdirkan pikun.  

Ketika malam pertama di kampung, bapak itu menemani ibunya tidur di kamar, sembari bercerita agar dapat merajut kembali kenangan masa lalu mereka. Namun, ibunya tetap tidak acuh dan sibuk dengan pekerjaannya yang berulang ulang itu. Tiada terasa, waktu seminggu yang dicanangkannya untuk bercengkerama hangat dengan ibunda yang dia rindukan siang malam, hanya membuat hatinya semakin pilu.
Sebuah kenyataan pahit yang mesti ditelan, bahwa dia yang selama ini selalu sukses menghasilkan sarjana-sarjana yang membanggakan hati, ternyata dia sendiri gagal mengembalikan ingatan ibunya bahwa dia adalah anak kandungnya. Dengan linangan air mata dan keterpaksaan panggilan kerja,  dia kembali ke kota di antara kegalauan pikirannya untuk ingin mendampingi dan merawat ibunya. Sesampainya di kota, dia mulai menyadari bahwa ilmu tinggi yang dia punyai dengan kesombongan ilmiah yang ia banggakan selama ini, tidak ada artinya di depan ibunya yang telah pikun itu.

Jon Affi
Interface and Surface Fabrication Laboratory
Mechanical and Structural System Engineering
Toyohashi University of Technology
Toyohashi
Japan-441-8580
web:
http://ajp.pse.tut.ac.jp/member.html
http://mesin.unand.ac.id/dosen.php

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: