Kamis, 03 Mei 2012

[daarut-tauhiid] Firaun Life Style

*Firaun Life Style*

*oleh Syarif Niskala (also blogged at syarifniskala.com)*

*
*

Ingatan saya pada nasihat seorang idola perubahan tentang kuburan kembali
menjadi terang. Dalam salah satu acara, beliau mengatakan bahwa hanya
Firaun yang merencanakan dan membangun kuburannya sendiri. Hanya Firaun
yang memiliki rencana penguburannya sangat detil, dimulai dari pilihan
wilayah, desain bangunan, citra sosial yang ingin dibangun, serta apa saja
yang ingin dibawa mati bersamanya.

Di negeri berpenduduk mayoritas muslim ini, salah satu jenis Firaun *life
style *ini, mudah ditemukan pada komunitas etnis Tionghoa yang kaya.
Nama-nama pemakaman mewah di atas bukit telah penuh sesak ditempati atau
dikavling mereka. Saat saya menghadiri pemakaman ibu dari pemilik
perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia tahun 2004, sekretaris pribadinya
berbisik bahwa bosnya sudah memiliki kavling di samping pemilik grup BCA.
Bahkan desain bangunannya pun telah dipilih dan uang mukanya sudah
dibayarkan 4 tahun lalu kepada pengembang pemukiman mayat tersebut.

Pergaulan yang terbatas hanya di kalangan menengah ke bawah mengungkungi
wawasan saya tentang tren baru di kalangan orang kaya terkait topik
kuburan. Rupanya, sekarang ada tren baru di kalangan orang kaya di
Indonesia untuk dimakamkan di tempat-tempat yang dicitrakan mewah,
berkelas, dan eksklusif. Bodohnya, saya pikir hanya komunitas etnis dan
kepercayaan tertentu saja yang dilanda demam unik ini. Namun membaca berita
di beberapa media akhir-akhir ini, ternyata tren baru terkait rumah mayat
ini telah pula menjangkiti artis, pejabat, dan kaum kaya orang Islam. Bukti
teranyarnya adalah pemakaman dua pejabat tinggi dan Direktur Indocement di
San Diego Hils.

San Diego Hills memang fenomena baru yang merespons *life style* purba ala
budaya tiran raja-raja Mesir otoriter. Berikut adalah klaim dari mereka:

"San Diego Hills Memorial Parks and Funeral Homes merupakan kawasan
pemakaman pertama di dunia yang menawarkan kelengkapan fasilitas dan
layanan berkualitas : taman pemakaman eksklusif, danau seluas 8 Ha., kapel,
musholla, restoran Italia, jogging track, kolam renang, florist & gift
shop, padang rumput asri bagi outdoor activity, hingga gedung serba guna
berkapasitas 250 orang. Kini, melangsungkan pernikahan dan berwisata di
kawasan pemakaman bukan lagi sesuatu hal yang tidak lazim dilakukan."

Harta kekayaan yang berlimpah merupakan pemungkin paling efektif bagi
seseorang untuk larut dalam penikmatan kesenangan fisik (hedonis).
Celakanya, wabah ini sangat cepat menjalar di kalangan mereka sehingga
dengan mudah teradopsi menjadi gaya hidup (*life style*). Dan kerentanan
(emosional) orang kaya dan orang yang merasa kaya inilah yang dimanfaatkan
dengan baik oleh pengusaha.

Melalui proses iklan (pencitraan masif dan terstruktur), pengusaha grup
Lippo berhasil membuat kesan baru tentang memuliakan kerabat yang meninggal
dan angan-angan menjadi terhormat setelah mati. Dibuatlah pekuburan yang
menyenangkan, indah, berkelas, sehingga seolah-olah dengan memiliki alamat
terakhir di sini, kerabat dan yang dikuburkan akan memiliki label nama baik
baru, mulia.

Iklan yang mengubah persepsi kaum berlebih materi ini telah mengubah pula
sistem kepercayaan dan tradisi memahami keberadaan kuburan sebagai simbol
fisik dari sebaik-baiknya zikir (mengingat-Nya). Bagi kaum berada tipe ini,
kuburan tidak lagi mengingatkan pada ancaman kehidupan yang lalai. Bagi
mereka, kuburan itu tidak lagi berupa simbol ketakutan pada kemungkinan
amal baik lebih kecil jumlahnya dibandingkan amal baik yang tulus. Pada
mereka, telah terbangun persepsi baru bahwa kuburan adalah tempat yang
indah dan menyenangkan, untuk bermain, berekreasi, berpesta, rapat, dan
bersenda gurau.

Untuk sekadar menentang tren dan menasihati diri sendiri, izinkan saya
mengutip pesan usang yang sudah berusia lebih dari 1400 tahun berikut.

Dari Jabir *Radliyallaahu 'anhu* menurut riwayat Muslim: Rasulullah
*Shallallaahu
'alaihi wa Sallam* melarang untuk menembok kuburan, duduk di atasnya, dan
membangun di atasnya.

Rasulullah Saw melarang mengapur kuburan, duduk-duduk di atas kuburan
dan membangun
kuburan tapi berupa unggukan tanah saja setinggi satu jengkal. (HR. Muslim)
Al-Imam Asy-Syafi'i *rahimahullahu* berkata: "Aku menginginkan kuburan itu
tidak dibangun dan tidak dikapur (dicat), karena perbuatan seperti itu
menyerupai hiasan atau kesombongan, sedangkan kematian bukanlah tempat
salah satu di antara dua hal tersebut. Aku tidak pernah melihat kuburan
Muhajirin dan Anshar dicat. Perawi berkata dari Thawus: 'Nabi *Shallallahu
'alaihi wa sallam* melarang kuburan dibangun atau dicat'."

from the note of @syarifniskala

--
Banyak wanita menghabiskan banyak uang untuk tampil cantik. Padahal yang
seharusnya cantiklah yang menghasilkan banyak uang. Caranya? Yuk ah,
langsung aja gabung di dBC Network <http://bit.ly/x7DzRP>ini.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: