Senin, 28 Mei 2012

[daarut-tauhiid] Gaga dan Logika Gagap (Termasuk Logika terhadap Irshad Manji)

*Gaga dan Logika Gagap*

©Dina Y. Sulaeman



Syukurlah, akhirnya Lady Gaga tidak jadi konser di Indonesia setelah
manajemen Gaga sendiri yang membatalkan konser tersebut. Bisa jadi, ada
beberapa pihak yang menghembuskan nafas lega karena tidak perlu memutuskan
apa-apa. Apalagi, Dubes AS sampai turun tangan menemui DPR dan Polri,
mendorong agar izin konser diberikan. Sudah bisa dibayangkan, bagaimana
sulitnya posisi para pengambil keputusan itu. Diizinkan, banyak yang akan
marah. Tidak diizinkan, Bos Besar sudah turun tangan.



Namun tidak berarti masyarakat Indonesia yang peduli pada keselamatan
anak-anak dan keluarga bisa bernafas lega. PR besar masih menanti karena
sejatinya, bukan keseronokan Lady Gaga saja yang menjadi sumber
keprihatinan kita semua, melainkan skenario besar di balik ini semua.
Pornografi
dan homoseksualitas yang dipropagandakan, bukanlah letupan ekspresi seni
orang per orang, namun sudah menjadi sebuah jejaring serangan budaya
terhadap bangsa kita, apapun agamanya. Tetapi betapa banyak dari kita yang
abai dan tertipu oleh logika-logika yang salah kaprah.



Saya mencatat beberapa logika yang dikemukakan orang-orang di internet
seputar kontroversi Gaga. Memang Gaga tidak jadi datang. Tapi, kesalahan
logika ini bisa dipastikan akan kembali terulang untuk kasus-kasus lainnya.
Karena itu, saya merasa perlu menulis kritik terhadap logika gagap ini.
Mudah-mudahan ada manfaatnya.



Di antara logika gagap yang disampaikan terkait Gaga:

1. Mengapa sih polisi dan ulama heboh mengurusi Lady Gaga? Urusin
hal lain sajalah! Masih banyak hal lain yang lebih penting diurusi!

2. Dangdut koplo merajalela, yang nonton lebih banyak daripada yang
mampu datang ke konser Lady Gaga. Mengapa polisi dan ormas-ormas tidak
mengurusi itu semua dan cuma meributkan Gaga? Toh yang nonton Gaga cuma
sedikit!

3. Gara-gara protes keras ormas-ormas radikal, Gaga malah semakin
ngetop. Orang-orang yang tadinya tidak kenal Gaga akhirnya jadi tahu dan
malah semakin banyak yang mengakses you tube-nya. Ini justru jadi promosi
gratis buat Gaga. Sebaiknya gunakan cara-cara ilmiah, damai, dan simpatik!



Sebelum saya menjawab argumen di atas, saya mau membawakan analogi dulu.
Begini, polisi menangkap si A yang korupsi 1 M. Si A marah dan berkata,
"Pak Polisi! Saya ini cuma korupsi 1 M, kenapa ditangkap?! Itu si B, si C,
si D, korupsinya jauh lebih besar daripada saya! Lepaskan saya, tangkap
dulu mereka itu, baru Anda berhak menangkap saya!"



Menurut Anda, logiskah pembelaan yang dilakukan si A? Tidak kan?



Bila Anda mengakui bahwa Gaga memang membawa misi-misi amoral (pornografi,
anti-Tuhan, pro-homoseksualitas), Anda tentu setuju bila polisi dan ulama
memang harus menghalangi konser Gaga di Indonesia. Perkara mengapa polisi
dan ulama tidak mengurusi dangdut koplo, itu masalah lain. Seharusnya
polisi dan ulama juga mengurusi dangdut koplo. Lalu mengapa mereka diam
saja atas dangdut koplo? Ya tanya saja sama para polisi dan ulama itu. Tapi,
yang jelas kita tidak bisa menggunakan logika 'Anda tidak berhak menangkap
si A yang korupsi 1 M karena Anda belum menangkap si B yang korupsi 2 M".



Masalahnya berbeda jika secara esensi, Anda memang tidak mengakui
amoralitas Gaga dan tidak peduli, "mau dia siapa, mau lagunya tentang apa,
mau bajunya bagaimana, ya urusan dialah!" Nah, kalau Anda permisif begitu,
case closed. Kita tidak akan sampai pada kesepakatan karena titik tolaknya
sudah beda: saya menolak amoralitas, Anda permisif. Tapi kalau Anda
permisif, Anda 'kalah' dengan seorang anak SMP. Anak ini, anak seorang
teman saya, berkata menanggapi Gaga, "Mereka itu kan cuma suka lagu dan
penampilannya, Bu. Mereka tidak tahu siapa Gaga dan apa isi lagunya."



Bayangkan, anak SMP saja sudah memahami bahwa ada masalah besar di balik
'sekedar konser musik biasa'.



Yang jelas, banyak pihak yang sepakat bahwa seni yang diusung oleh Gaga
ataupun dangdut koplo sama-sama merusak. Ini sebenarnya aksiomatis. KPAI,
komunitas parenting, psikolog, kaum agamawan, bahkan para pecinta budaya
tradisional, sangat geram dengan segala macam tampilan seni yang berbau
pornografis/pornoaksi. Ini karena dampaknya sudah sangat jelas dirasakan.
Indonesia adalah pangakses situs porno terbanyak ke-2 di dunia. Survey KPA
menemukan data bahwa 62,7% siswi SMP/SMA sudah tidak lagi perawan.
Perkosaan terjadi di mana-mana. Ini semua masalah besar yang mengancam
bangsa ini.



Banyak pihak yang sudah berteriak-teriak minta perhatian pemerintah, agar
masalah ini diselesaikan secara mendasar. Mereka mengadakan
seminar-seminar, pelatihan-pelatihan parenting, dll. Tapi, gaungnya sangat
kecil. Seperti kata bu Elly Risman dalam wawancara dengan Elshinta, "Kami
ini sudah berusaha, tapi kami ibarat cacing yang cuma bisa menggemburkan
tanah di sekitar. Perlu air hujan yang menyirami tanah secara keseluruhan.
Dan air hujan itu adalah pemerintah."



Menanggapi argumen, "sebaiknya gunakan cara-cara ilmiah, damai, dan
simpatik," saya ingin bertanya. Apakah bila protes atas kehadiran Gaga
dilakukan dengan diskusi-diskusi terbatas, atau tulisan di koran, gaungnya
akan sebesar sekarang? Seperti saya ceritakan di atas, sudah banyak
'pejuang' (misalnya bu Elly Risman bersama Yayasan Kita dan Buah Hati dan
Bunda Rani Noeman) yang berusaha meminta perhatian pemerintah dan publik
atas bahaya pornografi dan propaganda homoseksualitas, tapi toh gaungnya
hanya dirasakan oleh kalangan terbatas.



Saya tidak sepakat dengan ancaman kekerasan yang dilakukan oleh ormas
tertentu. Tapi, aksi-aksi demo beberapa ormas menurut saya bukanlah aksi
kekerasan. Justru karena aksi-aksi demo itulah, kontroversi Gaga semakin
mengemuka, dan itulah yang membuat kepala-kepala saling menoleh dan
tersentak. Apa ini? Siapa Gaga? Apa yang membuat dia harus dilarang?



Kalaupun dikatakan aksi-aksi protes dan ancaman ormas terhadap Gaga menjadi
promosi gratis bagi Gaga, sebenarnya, ini bagai pedang bermata dua. Oke,
bisa saja, orang yang tidak kenal Gaga akhirnya jadi penasaran dan ingin
mencari tahu. Tapi, tanpa kontroversi pun, orang yang tadinya tidak tahu
Gaga juga akan tahu karena pastilah televisi juga akan menyiarkannya
sebagaimana TV juga menyiarkan berita (bahkan siaran ulang) konser-konser
artis lainnya. Jika tidak ada aksi-aksi protes, mereka akan tahu juga,
tapi tahu tanpa wawasan. Mereka mungkin akan menerima Gaga begitu saja,
tanpa tahu apa yang sebenarnya sedang dipropagandakan Gaga.



Justru dengan adanya kontroversi ini, peluang untuk kembali mengangkat
wacana soal moralitas, penguatan pondasi keluarga, dan diskusi anti
homoseksualitas menjadi semakin terbuka. Orang-orang yang semula tidak ngeh
pada kenyataan bahwa propaganda homoseksualitas sedemikian gencarnya
dilakukan oleh banyak pihak, kini menjadi tersadarkan. Para orang tua yang
tadinya tidak tahu dan merasa aman-aman saja mendengar nama Lady Gaga,
akhirnya tahu bahwa ternyata lirik-lirik lagunya berbahaya dan bisa
meracuni otak anak-anak mereka.



Di sini, saya melihat, gonjang-ganjing Gaga, meskipun di satu sisi boleh
dikatakan promosi gratis bagi si Gaga, tapi di sisi lain malah membantu
upaya para pendekar parenting, pemerhati budaya, kaum agamawan, dll yang
selama ini dicuekin itu, untuk membangkitkan kesadaran banyak orang
mengenai bahaya yang sedang mengancam generasi muda kita. Mudah-mudahan,
kontroversi ini menyadarkan pemerintah juga, agar lebih aktif lagi, tidak
sekedar mengomentari Gaga, tetapi juga mengambil langkah nyata, termasuk
melarang pementasan artis lokal yang mengandung pornografi dan pornoaksi.



Menurut kamus, Gaga berarti 'gila, pikun, loyo, atau berotak kosong'.
Mudah-mudahan, diskusi masalah Gaga ini membuat kita terhindar dari
kegilaan dan kebodohan; dan mampu mengkritisi beberapa logika gagap yang
dikemukakan banyak pihak atas nama kebebasan bicara dan ekspresi.©Dina Y.
Sulaeman


--
::
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang.
Now surely by Allah's remembrance are the hearts set at rest.
N'est-ce point par l'évocation d'Allah que se tranquillisent les coeurs.
Im Gedenken Allahs ist's, daß Herzen Trost finden können::
>> al-Ra'd [13]: 28


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: