Jumat, 04 Mei 2012

[daarut-tauhiid] Jika (Seorang Ibu) Rindu

 

Jika (Seorang Ibu) Rindu
Oleh Mukti Amini

================

Kudapati beberapa kali, tanpa dikomando, menjelang saat
tidur aku dan suami berbaring bersisian di kamar, tanpa bicara. Mulut
kami membisu, wajah kami tengadah, hanya menatap langit-langit kamar
dalam diam. Lamaaaaaaa sekali. Di langit-langit itu, bayangan Fahrin
yang sedang bermain di kamar ini berkelebat-kelebat. Ya, kamar ini,
tepatnya spring bed di kamar ini adalah salah satu tempat main
favoritnya, karena kami selalu membiarkan dia untuk main 'ajrut-ajrutan' (melompat-lompat di atas spring bed lalu memantul-mantul), hingga dia tertawa terrbahak-bahak sambil jatuh terguling di atas spring bed. Lalu bangun lagi, dan melompat lagi. Terus begitu hingga dia kelelahan, lalu mulai minta dibuatkan susu untuk mengantarnya tidur. Dan kutemani
dia hingga tidur pulas, sambil menikmati kebiasaannya yang khas,
memegang dan menggelitik lenganku yang erat memeluknya.

Biasanya, suami yang akan 'terjaga' dari lamunannya lebih dulu, lalu menyentuhku dan bertanya, "Ajeng, mikirin apa?"

"Fahrin," jawabku singkat, dengan rona yang aku tak tahu, sedihkah, senyumkah, tapi yang jelas: rona wajah rindu.

"Kok sama? Mamas juga tiba-tiba ingat Fahrin. Ingat dia suka sekali main di kamar ini" jawabnya, masygul.

Jika sudah begitu, kami hanya mampu berpegangan tangan. Berusaha
untuk tidak sampai menitikkan air mata. Meski kadang aku gagal dalam hal ini. Tetap ada bulir bening mengalir di pipi, dalam diam. Tapi kami
memaksakan diri sama-sama tersenyum, untuk saling menguatkan hati. Lalu
berdoa bersama dalam lirih keheningan malam, untuk ananda. Juga doa
untuk kami berdua, agar tetap dijaga kerelaan hatinya meski rindu kadang mendera.

Empat puluh hari lalu, bapak suami juga tiada. Kehilangan seseorang
yang dicinta di sekitar kita, mau tak mau kadang mengingatkan rasa
kehilangan yang sama, tentang orang-orang tercinta yang telah lebih dulu berpulang. Pun mengingatkan kami pada Fahrin. Pun mengingatkanku pada
orang-orang tercinta di keluargaku.

Aku telah merasakan kehilangan ibu, lima setengah tahun lalu.

Aku telah merasakan kehilangan bapak, tepat setahun lalu.

Aku juga telah merasakan kehilangan anak, satu setengah tahun lalu.

Berbagai rasa berkecamuk di dada saat peristiwa itu satu demi satu
terjadi. Tapi dari tiga rasa kehilangan itu, sungguh kurasakan,
kehilangan anak-lah yang paling berat.

Paaaling berat. Bukan soal apakah kami rela melepas kepergiannya, tapi justru setelahnya. Saat tiba-tiba
rindu mendera, sementara yang kami temui hanya bayangnya yang menghiasi
pelupuk mata. Benarlah kata salah seorang sahabat yang takziyah saat
meninggalnya Fahrin, satu setengah tahun lalu, "Nanti, cobaan yang akan
kau rasakan adalah rasa rindu. Yang tabah ya Ning..."

Ya. Rindu itu kadang datang tiba-tiba. Apalagi bagiku, ibunya. Yang
telah merasakan kehadirannya lebih dulu, sejak ia berada di rahimku.
Kehamilan dan persalinan yang paling sulit dari empat anakku. Tapi juga
kegembiraan yang tak biasa, karena Fahrin-lah, waktu ia berada di
kandungan, satu-satunya anakku yang telah menginjak tanah haram,
baitul-Lah. Mendekatkan diri lebih dekat pada Rabbul Izzati. Lebih
dekat..., dan lebih dekat, lalu ternyata memang dia kini sangat dekat
dengan Rabb-nya, mendahului saudara-saudaranya, juga ayah ibunya.

Dan, Allahu, begitulah Allah mengatur dengan indahnya. Bapakku pergi
tepat setahun lalu, 23 April 2011. Bapak mertua pergi baru 40 hari yang
lalu. Dan entah kenapa, keinginanku untuk segera berkunjung ke makam
Fahrin, menyentak-nyentak sejak kemarin. Kunjungan ke makam yang
ternyata tepat dengan kepergian Bapak setahun lalu.

Kunjungan beserta
kak Hurin dan adik Hibban, yang mana Hurin juga telah menanyakan sejak
awal liburan, "Kapan kita ke makam Fahrin, Bu?"

Mungkin begitulah Allah mengaturnya. Agar kerinduanku pada
orang-orang tercinta, sekaligus terobati dengan berkunjung ke salah satu makam mereka. Dan yang paling mungkin adalah makam Fahrin, karena makam Bapak, Ibu, atau Bapak mertua semuanya berada di kampung halaman.
Berdoa khusyu' di pinggir makamnya, mencabuti rumput-rumput liar di
sekitar makamnya, juga menyematkan sekuntum bunga kamboja putih di ujung rambutnya..., ah, di kepala nissannya.

Maka, adakah yang salah dengan rasa rindu? Apakah rindu itu identik
dengan meratap? Hatta, jika rindu itu membuat seorang ibu menitikkan air matanya? Tidak, sekali-kali tidak, jika rindu itu
dimaknai sebagai cara-Nya untuk kembali menyapa hingga kita ingin selalu berdekat-dekat padaNya. Justru kuucap syukur Alhamdulillah,

Dia selalu
punya cara untuk tak membiarkan diriku mengebiri rasa. Karena kita
manusia, karena kita bukan robot yang tak punya nyawa dan dan tak punya
rasa. Jika pun ada air mata, dan bukan tangisan ratapan, bukankah
Rasulullah berkata bahwa itu tanda hati yang peka, hingga beliau
bersabda, "Jika engkau tak bisa menangis, maka menangislah karena engkau tak bisa menangis".

Dengan rindu yang tiba-tiba menyeruak, semoga sholatku jauh lebih
khusyu' dari biasanya. Semoga tilawahku menjadi lebih panjang dari
biasanya. Semoga doa-doaku juga lebih bermakna. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk memacu diriku sendiri, juga seluruh anggota keluarga yang
masih hidup ini. Agar suatu saat rinduku, rindu kami ini, dapat mewujud
menjadi nyata. Tak lagi sekedar bayang-bayang yang berkelebat di pelupuk mata.

Menemuinya yang suci, yang kini sudah lelap dalam dekap hangat Ilahi
Rabbi, maka aku harus memantaskan diri. Tak mungkin aku datang dengan
compang-camping penuh dosa. Oleh karena itu, aku, kami, harus banyak
menabung pahala, agar Rabb yang Maha Penyayang mengijinkan kami bertemu
dengannya, menyentuh pipinya, menggendongnya, bernyanyi bersamanya,
seperti dulu.

Allahumma, kuatkanlah hati kami, bimbinglah langkah ini.

#pamulang, 23 April 2012
muktiamini@multiply.com

============sumber:eramuslim.com

**SURYATI**
Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi (PPIE)
Gd. Pascasarjana FEUI Lt. 2
Kampus UI Depok

Telp : 78849152-53
Fax : 78849154
Hp : 0857-11771749
Email : y4t12002@yahoo.com, suryati06@ui.ac.id

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: