Selasa, 27 Juli 2010

[daarut-tauhiid] Dua gelas teh manis

Dua gelas teh manis


Suatu petang selepas shalat Isya, seseorang datang ke tempat kang
Soleh. Pakaiannya rapi, di saku bajunyapun terselip sebuah pulpen
parker. Sorot matanya tajam, walau dibalut kaca mata minus.
Kedatangannya ke tempat kang Soleh hanya ingin berkonsultasi tentang
merasakan manisnya ibadah.

Setelah berbasa – basi, orang itupun mulai bertanya kepada kang Soleh.

"Maaf nih kang, saya sudah bertanya ke beberapa orang tentang
suatu hal, yang menurut saya, sulit untuk difahami oleh saya.
Penjelasan yang diberikan oleh orang – orang yang saya ajak bicara,
hanya bersifat verbal dan sulit difahami oleh akal sehat saya" celoteh
orang itu.

"Lo... kalau sampeyan, sudah bertanya ke beberapa orang mengapa
masih tanya kepada saya ?" jawab kang Soleh.

"Nah... justru saya tidak menemukan jawaban yang memuaskan,
makanya saya ingin bertanya kepada kang Soleh."

"Jadi... apa nih, masalah sebenarnya ?", tanya kang Soleh sambil tersenyum.

"Merasakan manisnya ibadah kang ..... " celetuk orang itu.

"Lo... itu sudah jelas, tidak sedikit dalil yang menerangkan
tentang manisnya ibadah." jawab kang Soleh.

"Justru itu kang, saya dibuat pusing....... sekarang logikanya
begini kang, bagaimana mungkin ibadah kok terasa manis ? kalau maksiat
dibilang manis, itu masuk logika kang." sergah orang itu.

Diam – diam kang Soleh mulai mengetahui arah pembicaraan orang yang
ada di depannya. Dari bibirnyapun terdengar lirih lantunan istighfar.
Sementara kang Soleh masih terdiam, orang itupun berkata lagi.

"Sekarang begini kang, seumpama saya bekerja di sebuah perusahaan
sebagai kepala bagian purchasing, otomatis semua vendor – vendor yang
ingin memasukkan barang ke tempat perusahaan saya bekerja,
keputusannya ada di tangan saya. Nah, di posisi yang seperti ini kang,
bukankah korupsi merupakan hal yang manis ? dan saya pun yakin banyak
orang yang mengidam – idamkann posisi seperti yang saya tempati.
Kenapa ? karena posisi basah kang, kenapa basah ? ya ... karena banyak
sumber uang yang bisa dikorupsi."

Mendengar ocehan orang itu, kang Solehpun masih terdiam. Melihat
diamnya kang Soleh orang itupun kembali melanjutkan bicaranya.

"Terus sekarang kan lagi ramai – ramainya piala dunia kang, sudah
menjadi tren khususnya di kota – kota, ada acara nonton bareng piala
dunia. Nah... biar lebih jreng ada juga yang pakai taruhan, biar lebih
semangat... kalau jagoannya menang, selain senang, masih ada bonusnya
kang... yakni dapat uang taruhan, yang begini ... nih... kan manis
namanya."

"Ada juga yang tidak kalah hebohnya kang sekarang, "video porno
mirip artis", yang ini nih kang... dari bos sampai cleaning service
berebut ikutan nonton, apalagi begitu maraknya pemberitaan sehingga
memancing rasa keingintahuan khalayak, termasuk anak – anak SD kang ?
masak mau dilarang melihat video itu ?"

Sesaat kemudian, orang itu terlihat mengakhiri pembicaraannya. Kang
Solehpun masih terdiam termangu – mangu mendengar penuturan orang itu.
Dalam lubuh hati yang terdalam kang Soleh berkata, "orang seperti ini
belum tentu terbuka hatinya, bila dijawab langsung dengan menukil ayat
– ayat Al Qur'an ataupun Al Hadits, bagi dia hanya jawaban yang masuk
logika yang bisa ia terima."

"Sudah, hanya itu ceritanya ?" mendadak kang Soleh bertanya.

"Ya itu kang, realita yang ada sekarang... yang membuat saya tidak
bisa mengerti, dan memahami, "merasakan manisnya ibadah." jawab orang
itu.

Setelah terdiam sebentar, sesaat kemudian kang Soleh berkata,

" Mau minum kopi atau teh manis, ni ?"

" Teh manis, saja kang..... kalau tidak merepotkan", jawab orang itu.

Sesaat kemudian, kang Solehpun meminta isterinya membuatkan dua gelas
teh manis untuk dirinya dan orang itu. Setelah sama – sama meminum,
kang Soleh berkata.

" Teh ini.... rasanya manis ya ? "

" Ya ... iya lah kang, wong pakai gula... ya jelas manis rasanya."
jawab orang itu.

" Tapi, ada juga lo.... orang yang tidak bisa merasakan manisnya
gula ?" balas kang Soleh.

"Ga mungkin kang.... sudah dari sononya gula rasanya manis, mau
bodoh, mau pinter, mau pejabat, mau pengemis.... kalau minum pakai
campuran gula...jelas rasanya manis." jawab orang itu.

"Orang yang sedang sakit............" jawab kang Soleh.

Orang itupun tersenyum .... mendengar jawaban kang Soleh. Sesaat
kemudian kang Soleh melanjutkan kata – katanya.

"Orang yang sedang sakit, tidak bisa merasakan manisnya gula.
Terlepas yang sakit oranga bodoh, orang pinter, pejabat, pengemis, di
saat sedang sakit, gula yang sejatinya rasanya manis terasa pahit di
lidah orang sakit itu."

"Rasa pahit yang ia rasakan, bukan karena gula tidak manis
rasanya, namun karena ia sedang dalam keadaan sakit...., ia tidak bisa
merasakan manisnya gula.... melainkan pahit, walaupun rasa gula yang
sesungguhnya rasanya manis."

"Orang yang sakit, bisa kembali merasakan manisnya rasa gula,
ketika ia sudah menjadi sehat. Ia bisa menjadi sehat dikala penyakit –
penyakit dalam tubuhnya sudah diobati dengan obat yang sesuai untuk
penyakitnya, serta ditangani oleh dokter yang memang ahli mengobati
penyakit tersebut."

"Di saat sakitnya telah sembuh, dan sehatnya telah kembali, maka
orang tersebut ketika meminum teh manis... bukan lagi pahit yang ia
rasakan seperti rasa saat sakit, melainkan manis yang ia rasakan
sebagaimana rasa yang dialami oleh orang – orang sehat lainnya."

Mendengar penuturan dari kang Soleh, wajah orang itu sedikit kelihatan
pucat....diam – diam, ia mulai sedikit memahami pembicaraan kang
Soleh. Setelah menghela nafas, untaian kalimat meluncur dari kang
Soleh.

"Orang yang hatinya mengidap penyakit tidak akan bisa merasakan
manisnya ibadah, walaupun dijelaskan dengan penjelasan panjang
lebarpun tidak akan bisa menerimanya, sebagaimana orang yang sedang
sakit tidak bisa merasakan manisnya gula, walaupun dijelaskan secara
ilmiah tentang zat pemanis yang terkandung di dalam gula."

"Orang bisa merasakan manisnya ibadah, dikala penyakit – penyakit
di hatinya telah terobati, serta ditangani oleh guru pembimbing yang
sempurna sebagaimana ditangani oleh dokter – dokter ahli"

"Begitu mutlaknya guru pembimbing, karena hanya dengan
bimbingannyalah kita mengetahui jenis – jenis penyakit yang ada dalam
hati kita, sebagaimana seorang dokter lebih mengetahui jenis penyakit
yang diderita oleh tubuh kita, dibanding diri kita sendiri yang penuh
kebodohan."

"Orang – orang yang sakit hatinya, walaupun sedang beribadah di
hamparan permadani Rabbani dan berhadapan secara langsung secara
hakiki dengan Allah SWT, tidak bisa merasakan manisnya sebuah ibadah,
padahal Allah sudah sangat dekat dan bahkan lebih dekat dari urat
lehernya sendiri."

sumber:
http://www.kangtris.com/2010/06/dua-gelas-teh-manis.html?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+KangtrisBlog+%28Inspirasi+Muslim+|+Hikmah+Muslim+|+Kisah+Hikmah%29


------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: