Minggu, 25 Juli 2010

[daarut-tauhiid] RAPORT YANG TERTAHAN

 

 

RAPORT YANG TERTAHAN
 
Oleh: Al Shahida
 
Bis Trans BSD  meluncur dengan lancarnya tanpa ada hambatan karena kebetulan hari itu adalah hari Sabtu dan hari Libur  'Isra Mi'raj'. Aku…begitu blank-nya tentang jalan-jalan diibukota, namun kali aku nekad jalan sendiri, tanpa teman dan pengawal untuk menemui sekerumunan anak-anak yatim dan dhuafa di daerah Duripulo, Tanjung Duren,  tapi aku mengenalnya sebagai Roxy.
Adikku menyarankan untuk turun di Jalan Biak, lewat Tomang lalu disambung dengan Bajaj untuk janjian dengan mbak Ria.  Kami  sepakat untuk ketemuan di  ITC Roxy.  Kami tiba ditujuan  lebih awal karena jalan begitu sepinya.
Aku menunggu diluar gedung ITC. Tak lama kemudian mbak Ria datang.  Kukira kita harus naik Ojeg atau bajaj lagi, oii ternyata tempatnya cuma selemparan batu,  dekat sekali , bisa ditempuh dengan jalan kaki.
Dikiri kananku, disepanjang Jalan Setiakawan penuh dengan kedai-kedai kecil dari warung makanan, kelontongan, tempat jualan ponsel dan macam-macam. Dibalik kedai-kedai itu adalah rel kereta api yang juga penuh dengan rentetan gubuk-gubuk, sederetan rumah hunian dengan warna busam legam karena debu dan  asap kereta dan mobil yang lalu lalang tentunya.
Kami lewati gang-gang yang aduhai sempit dan pengapnya. Setibanya dirumah mbak Ria aku disuguhi  buras (nasi yang dikukus dengn daun pisang) lengkap dengan sambal kacang dan  segelas air putih hangat.
" Ini sarapanku.. ....', ujarku dalam hati. Sambil berbincang..kebarat ketimur, anak-anak berdatangan, mereka menyalamiku dengan menyentuhkan tanganku di kening kanan mereka. Mereka  munggah ke lantai atas dengan tangga yang sangat curam. Setelah anak-anak berkumpul akhirnya kami keatas, menemui  anak-anak, berkenalan dan dan berbincang tentang kehidupan mereka.
Dibanding dengan pertemuan yang pertama,   kali ini anak-anak yang datang cukup banyak, hingga ruangan yang kecil itu penuh sesak, mereka duduk lesehan, bersimpuh berdesakan. Mungkin ada sekitar 20 anak. Aku duduk diatas bangku, agak sedikit tinggi dari mereka sehingga aku bisa melihat mereka lebih jelas.
Ternyata mereka ingat namaku, lalu mereka sepakat memanggilku 'bunda..'. hatiku bungah yang berarti anak-anakku bertambah lagi.
 
Raport Mujahiddah yang tertahan: Mereka memperkenalkan diri masing-masing, mulai dari yang bernama Elly, Eny, Aisya,  Fatimah, Rini, Umar, Tina..mereka menyebut nama masing-masing, usia dan kelas…sampai  tiba gilirannya kepada seorang anak perempuan bernama:
'Mujahiddah',  sebut saja namanya.  Ia duduk tak jauh dariku, mengenakan jilbab putih, dengan agak malu-malu ia mulai memperkenalkan dirinya.
 ' Assalamualaikum,  nama saya Mujahiddah, umur saya sebelas tahun', lalu ia terdiam, entah lupa..entah ada yang mencekak lehernya.
'Kelas berapa sekolahnya?, tanyaku.
' Kata ibu guru saya  naik kelas  enam ….', wajahnya tertunduk, ia nampak sendu dan bersedih.
'Kenapa..Mujahiddah? tanyaku.  Mbak Ria yang duduk disebelahku  berbisik sesuatu. Aku memahami.
 'Saya sedih bunda .. abis ibu guru nggak ngasih raport saya ' keluhnya.
Lalu aku bertanya kenapa ibu guru melarang  untuk  mengambil raportnya.
' Bu guru nggak kasih, habis katanya  Ida belum bayar SPP..' tambahnya.
' Ko bisa begitu..?', aku  bertanya balik.
' Memang  Ida belum bayar SPP selama setahun bunda, makanya bu guru gak kasih raportIda sama sekali, sekolah Ida khan bukan SDd negeri ' tambahnya .  Aku mencermatinya dengan perasaan hiba.
' Ida bilang gini ama bu guru..bu guru, boleh engga  liat aja deh,   Ida  pengen tau..kayak apa siih raport Ida..' kenangnya.
'… tapi bu guru sama sekali  engga kasih liat raport, trus Ida kuatir takutnya Ida  engga naik kelas atau engga bisa sekolah lagi karena engga ada uang untuk bayar SPP?
Benar saja  Ibu guru sama sekali tak membolehkan  Ida melihat raportnya, apalagi membawanya pulang. Ia pulang dengan tangan hampa dan perasaan galau
' Mama gak punya duit  buat nebus rapot bunda..Mama gak punya duit' demikian keluh Mujahiddah.
 'Kalau Sekolah Negeri memang enggak bayar, tapi Ida khan engga di SD Negeri, ya harus bayar, habis masuk ke Negeri  udah kepenuhan' tambahnya.
Mbak Ria berbisik kepadaku bahwa Ida sebenarnya anak pintar dan punya semangat tinggi untuk sekolah, namun begitulah keadaannya.
Hatiku mulai tersayat sayat menyaksikan wajah dan cerita duka yang membuat anak-anak begitu frustrasi padahal mereka  punya potensi tinggi serta semangat  belajar. Namun karena terjepit oleh kemiskinan yang semestinya anak-anak pada usia seperti ini bisa menikmati pendidikan tanpa  harus merasa berdosa karena membebani si orang tua.
'Berapa Ida mesti bayar SPP yang setahun itu..?  tanyaku pelan.
'Tiga ratus ribu bunda..banyak khan ? Mama Ida engga punya  uang sebanyak itu, trus kalau engga ditebus raportnya gimana dong? Ida nampak galau.
'Yaa  udah…siapa tahu nanti ada yang tolong ya Ida, banyak berdoa ya' leraiku, ku-mencoba menghiburnya. Ia nampak tenang dan mulai tersenyum.
 
Jibril pingin jadi dokter.  Sebagian besar  anak-anak putri yang hadir sudah memperkenalkan diri mereka, kini giliran anak lelaki dan sampailah giliran seorang anak bernama Jibril. Mba Ria berbisik lagi kepadaku bahwa anak ini memiliki potensi baik, cerdas dan semangat bersekolahnya sangat tinggi.  Jibril, demikian panggilannya, ia sama sekali tidak menunjukan kerisauan nya walau ia dalam tekanan kebutuhan yang mendera. Bahkan kelihatannya ceria.Hmm … dasar anak lelaki' gumamku.
'Jibril diterima di SMP negeri' ujar mbak Ria.. SPP memang  engga ada ya bunda, tapi dia  harus menyediakan 250 ribu. Uang itu harus ada… sampai sekarang kita pusing mikirkan dana itu bunda' tambah.
'Untuk apa  Rp 250 ribu rupiah itu mbak..?" tanyaku penasaran.
Mulailah ia memaparkan rincian : ' Jumlah segitu ituu untuk seragam sekolah komplit dengan topi dan dasinya, seragam pramuka dan buku-buku selama setahun..' ujar mbak Ria.
Mbak Ria menambahkan  bahwa nilai matematiknya saja 8 dan anaknya rajin banget' ujarnya dengan logat Betawinya yang cukup kental.
Jibril mengakhiri perkenalannya dengan menyampakan cita-citanya  bahwa  bahwa ia ingin jadi dokter.
 'Mau jadi dokter?'…wow dokter? kilahku sambil terkagum kagum. Bukan bermaksud merendahkan, namun aku jadi penasaran kenapa ia ingin jadi dokter.
'Kenapa kamu pingin jadi dokter..khan mahal banget biayanya Jibril?' tukasku.  Ia menjawab..karena disini banyak orang miskin, banyak yang sakit dan tidak mampu bayar dokter.
Rupanya terbetik dibenak Jabirl bahwa ia ingin membantu para  dhuafa yang begtu sangat, sangat miskin papa. Sementara teman-temannya ramai mentertawakan, seakan Jibril sedang bermimpi disiang bolong..
 
Orang tua mereka. Saat kutanyai pekerjaan orang tua mereka mereka. Tak salah lagi mereka masuk dalam katagori dan definisi sangat dan sangat  miskin. Dibawah garis kemiskinan, baik secara manusiawi dan entah definisi ilmu apalagi. Yang pasti  mendengar dan menyaksikan duka mereka membuatku terusik, rasa empati dan simpatiku hadir namun penuh dengan kebingungan bagaiman aku bisa menolong mereka.
'Bapak…. tukang parkir', kata salah satu mereka.
" Ayah bekerja bekerja dipasar, tukang parut kelapa ' pengakuan salah satu anak.
"Kalau bapak saya tukang parkir bunda..' teriak salah satu anak.
" Ibu saya kuli nyuci baju dirumah rumah…kasian ibu, tangannya kalau malem suka pada sakit' kata Eni.
'Kalau ibu saya jualan gorengan, kata ibu cuma dapet 11 sampe 15 ribu sehari, habis kebanyakan  terima titipan orang ' ujar Nina
Mba Ria menceritakan kehidupan mereka..mulai dari tukang mengangkut sampah, penjual air bersih dengan gerobak, tukang ojeg, kuli bangunan, tukang becak, tukang parkir…
'Tapi mereka berusaha buuun, mereka engga malas ko, cuma saja begitu susah cari kerjaan,  banyak juga yang nganggur, terutama para remaja'mbak Ria menambahkan.
'Sudahlah….ya sudah 'bisikku, aku meredam perasaan untuk menyalahkan dan mencari kambing hitam..' Sekarang apa yang bisa kita bantu, bagaimana kita bisa menyalamatkan mereka, generasi masa depan kita. Anak-anak kita..sebagai penerus bangsa di Republik ini..
Buku Tulis dan Alat Sekolah. Saat kutanya siapa yang mau buku tulis..wah karuan saja semua angkat tangan. Tinggi sekali. Mereka memang sangat membutuhkan buku tulis, peralatan sekolah, tas baru dan bahkan masih ada beberapa yang belum mampu melunasi berbagai kebutuhan dasar untuk kelanjutan pendidikan mereka.
 Usai berkenalan kubagikan coklat buatan Inggris 'Roses', alhamdulilah semua kebagian rata walaupun setiap anak kebagian satu-satu saja. Akhirnya kami turun kebawah untuk foto bersama lalu mereka  pamit, antri bersalaman dan pulang kerumah masing masing.
 Setelah anak-anak pergi aku duduk bersimpuh dengan mbak Ria, membicarakan kebutuhan mereka dan mendapatkan nama anak-anak yang betul  dihimpit oleh kondisi yang mencekam.
Mbak Ria memaparkan bahwa setiap anak butuh minimal butuh 10 buku tulis (dengan 58 halaman). Karena aku tidak membawa cukup uang akhirnya  kupenuhi saja apa  yang betul-betul  mendesak seperti yang dibutuhkan Mujahiddah yang  harus menebus raportnya.  Aku cuma mampu menyerahkan beberapa ratus ribu rupiah untuk membeli buku tulis sedapatnya. 
Sedang sisanya aku minta mbak Ria untuk datang kerumahku  untuk memenuhi apa yang dibutuhkan Jibril atau Fatimah  atau Abdullah untuk pesantrennya di Sol, dan yaaah masih banyak lagi...sambil aku mencari dana dari para donatur yang berkenan membantu demi  masa depan mereka. Aku pamit untuk balik ..dengan bis BSD Trans
***
Mbak Ria….." nama itu menggelayut di benak dan hatiku, sosok itu  telah membuatku  ingin menggerai, mencari tahu dan motivasi apa yang telah membuatnya dirinya dan suaminya bergerak dan berinisiatif.
Kufikir ia dan suaminya..telah mencoba menyelamatkan generasi ini, mereka yang terpinggirkan, terabaikan. Sambil aku menanti kedatangan Bis Trans BSD dari Pasar Baru, dibawah pohon rindang, didepan Swalayan Hero, aku kirim sms  ke mak Ria, ' "mbaaak.. surat atau hadith apa yang telah memotivasi mu..?" penasaran itu tak hentinya menyelinap di sanubariku.
'Surat Al-Alaq, bunda" jawabnya di sms:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah…. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah" (Al-Alaq 1, 3 dan 3).
Sepanjang jalan antara Jakarta dan BSD, dibuai oleh angin blower dari bis Trans BSD.. terbalutlah relung hati ini oleh semangat dan insprirasi betapa semangat dan motiviasi yang dimiliki oleh sosok Mbak  Ria dan suami..walau dalam kondisi yang begitu memprihatinkan, miskin papa..hingga menari narilah jemariku diatas keyboard ini, menuangkan motivasi bahwa kita bisa berbuat dalam kondisi apapun.
***
Ini bukan sebuah fiktif namun  sebuah realita yang kutemui disalah satu sudut-sudut ibu kota. Aku yakin ada ratusan ribu anak-anak kita yang terpinggirkan, terabaikan, terputus sekolahnya sebagai akibat urbanisasi, terjerat oleh kemiskinan yang terstruktur...katakanlah mereka korban  'man-made disaster' musibah buatan manusia.
Disebalik rasa berdosa, empati dan hiba ada sebersit rasa bangga dan bahagia. Aku tertegun dengan potensi, semangat serta kesholehan mereka. Mereka sudah pandai mengaji Al-Quran, yang tentu dulunya dimulai dengan Iqra..ini semata berkat kepedulian & bimbingan mbak Ria dan suami serta timnya. Wajah mereka tampak bersih, ceria walau aku tak bisa membayangkan seperti apa kondisi rumah mereka, tempat tidur dan keadaan lingkungan mereka (Al Shahida).
Foto-foto ada di: http://picasaweb.google.com/112767478430960259596/YangTerpinggirkan#
 
BSD, Tangerang Selatan, 23 Juli 2010                                                         +6281377220111
Catatan: Silahkan dikutip tanpak menghilagnkan nama penulis.

 
 

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: