Kamis, 22 Juli 2010

[daarut-tauhiid] Niat Hanya Karena Allah

 

Sekedar informasi,

diambil dari www.ayattersirat.com

NIAT HANYA KARENA ALLAH

*Niat hanya karena Allah* merupakan kunci penentu diterima dan tidaknya
segala amal ibadah kita. Secara rohani merupakan tabungan kita setelah
meninggal dunia, sedangkan secara jasmani menentukan apakah manusia tersebut
mampu membedakan sesuatu yang benar dan tidak benar.

Selama ini kita mempunyai persepsi bahwa niat hanya karena Allah cukup
dirasakan dan diucapkan di bibir atau secara jasmani saja. Semua ini tidak
terlepas dari sejarah masa lalu dimana ilmu yang diberikan Allah melalui
para Beliau dan disampaikan melalui para nabi dan rasul, dilewatkan melalui
jasmani manusia yang berupa ilmu *kebaikan*.

Ilmu kebaikan hanya mampu menuntun manusia sebatas *niat hanya karena
manusia*. Setelah dicoba sampai akhir jaman, seluruh ilmu kebaikan ini
terbukti tidak bisa mengendalikan nafsu. Hal itu tampak dengan jelas saat
manusia diuji oleh Allah. Tuhannya bukan lagi Allah semata, namun kekuasaan,
kesaktian, dan kekayaan sehingga segala perbuatan amal dan ibadah apapun
yang telah dilakukannya tidak bisa diterima oleh Allah. Kenyataan inilah
yang mendorong para Beliau untuk turun langsung ke alam nyata untuk
memberikan ilmu kebenaran.

Dampak dari kemampuan melaksanakan niat hanya karena manusia adalah semakin
banyak manusia melaksanakan ibadah dengan tujuan hanya untuk mendapatkan
kemuliaan di hadapan manusia semata. Hal itu akan tampak nyata saat seorang
manusia diuji dengan diberikan kekuasaan, kekayaan, atau kesaktian. Manusia
tersebut akan lebih takut kepada manusia daripada kepada Allah. Meskipun
mereka mengakui bahwa Allah Maha Mengetahui, namun hal itu hanya sebatas
wacana saja sedangkan tindakannya justru meremehkan seolah-olah Allah tidak
tampak dan tidak akan mengetahui perbuatannya.

*Niat hanya karena Allah* dilakukan dengan:

1. Memahami ilmu bahwa pelaksanaan niat hanya karena Allah dilakukan
melalui rohani, bukan melalui jasmani manusia.
2. Untuk meningkatkan keimanan kita, Allah sewaktu-waktu pasti akan
menguji kita. Agar mampu lulus ujian tersebut, kita harus bisa menerimanya
dengan ikhlas yang sempurna, yaitu dengan nilai minimal 7,5.
3. Untuk mendapatkan nilai tersebut, dalam segala masalah kita harus
mengutamakan hubungan dengan Allah atau selalu kembali ke Subyek. Dengan
kata lain, kita yakin dan percaya bahwa apa yang menimpa diri kita semuanya
adalah kehendak Allah dengan maksud dan tujuan tertentu.
4. Untuk mengetahui maksud dan tujuan tersebut, kita harus mempunyai ilmu
kebenaran. Satu-satunya makhluk yang dipakai lewatan ilmu tersebut adalah
para Malaikat Muqorrobin.
5. Sarana untuk mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan para Malaikat
Muqorrobin dilewatkan melalui buku-buku yang penulis sampaikan.
6. Setelah mampu menemukan ilmu mengenai maksud dan tujuan Allah menguji
diri kita, secara hubungan dengan manusianya kita akan diberi jalan keluar
dengan benar.
7. Saat itulah kita baru bisa merasakan bahwa ujian dari Allah merupakan
wujud sayang Allah kepada diri kita agar kita tidak menjadi budak nafsu.

Niat hanya karena Allah inilah yang akan menjadikan diri kita secara jasmani
bisa membedakan mana yang benar dan yang tidak benar. Di antara pilihan
hidup, akan lebih mengutamakan pertanggungjawaban di hadapan Allah. Berbeda
dengan niat hanya karena manusia yang hanya mampu membedakan mana yang baik
dan mana yang tidak baik, dan terbatas pada pandangan manusia semata.

Meskipun kita setiap hari salat sampai dengan 40 rakaat, puasa wajib dan
sunnah, beramal membuat masjid dengan biaya trilyunan, berhaji puluhan kali,
mengasuh ratusan anak yatim dan lain sebagainya, jika kita tidak bisa niat
hanya karena Allah, maka perbuatan yang kita lakukan tersebut hanya sebatas
mulia di hadapan manusia semata, yang imbalannya adalah kita dianggap orang
baik, alim, ahli ibadah, dermawan dan lain sebagainya.

Ironisnya setelah kita meninggal, rohani kita justru terbebani dengan utang.
Hal itu karena harta yang kita gunakan untuk membuat masjid, berhaji,
menyantuni anak yatim tadi merupakan utang kepada Allah. Mengapa? Karena
kita mendapatkannya dengan kendali nafsu kita, yaitu dengan cara memaksa
Allah untuk menuruti (menghendaki). Manusia kebaikan pandangan hidupnya
dalam mencari rezeki mengutamakan jumlahnya atau banyaknya.

Sedangkan jika kita mampu niat hanya karena Allah, maka segala hal yang kita
lakukan baik beribadah salat, puasa akan menjadikan diri kita semakin
berserah diri sehingga nafsu yang ada di dalam diri kita bisa terkendali.
Beramal dengan membangun masjid, berhaji, dan menyantuni anak yatim akan
menjadi rejeki pemberian yang tidak ada pertanggungjawabannya di hadapan
Allah. Hal itu semata-mata karena rejeki tersebut kita dapatkan dengan
kendali fitrah. Manusia kebenaran dalam mencari rejeki mengutamakan
berkahnya.

by Ririn Atika.

-- Ahmad arli hikmawan--
Consultant
PT. Jati Piranti Solusindo
JATIS GROUP

Sona Topas Building, 5th floor
Jl. Jend. Sudirman Kav.26 Jakarta 12920
Telp. (021) 2506603 Fax. (021) 2506602
INDONESIA
www.jatis.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: