Senin, 25 Oktober 2010

[daarut-tauhiid] Jangan buang sebutir nasi'pun

Sahabatku yang baik,
Hati saya selalu merasa miris setiap kali melihat orang-orang dengan santainya meletakkan piring bekas makannya yang masih banyak sisa makanannya dan meninggalkannya begitu saja untuk akhirnya tentu semua itu dibuang ketempat sampah.
Hal ini masih banyak terlihat diresto-resto, di acara pesta, bahkan pada saat makan dirumah sendiri.
Mungkin karena mereka merasa makanan itu adalah 'kebiasaan' saja, dimana setiap kali merasa lapar atau ingin makan, makan mudah sekali untuk mengambil sepiring nasi & lauk pauknya untuk disantap. Dan jika keinginan makan itu sudah terpenuhi dan dirasa cukup, begitu mudah juga untuk menyudahi kegiatan makan itu, sekalipun makanan yang diambilnya tadi belum habis! Sebagian orang dewasa bahkan punya kebiasaan makan yang 'jorok' dengan menyudahi makannya dengan piring yang 'dihiasi' sisa-sisa nasi & lauk pauk yang masih banyak.
Tak habis pikir saya membayangkan hal itu. Bagaimana mungkin jika seseorang dewasa yang berpendidikan tinggi (sebagian besar lingkungan kita lulus SMA bahkan menjadi sarjana) mempunyai pola makan yang asal-asalan seperti itu. Padahal mereka tahu u/ mempersiapkan makanan apapun bentuknya diperlukan proses yang sangat kompleks & membutuhkan waktu, sdm & energi yang banyak!
Untuk mendapatkan padi, petani membutuhkan waktu sekitar 4-5 bulan sampai panen. Setiap hari sejak ditanamnya tanaman padi itu dijaga dari hama, dirawat dengan obat2an anti hama & diperiksa keadaannya apakah cukup airnya? Apakah subur pertumbuhannya? Apakah baik butir-butir padinya?
Setelah 4 bulan berlalu saat panenpun tiba.. Bergotong royong warga petani memetik padi, karena jika terlambat dipanenpun padi menjadi tak layak dikonsumsi. Jadi saat harus dipanen semua ikut bekerja memotong padi. Lalu beramai-ramai pula padi itu dipisahkan dari kulitnya. Beberapa hari proses kerja itu berlangsung dan padi yang telah berubah menjadi beraspun siap untuk dijual.
Ini adalah suatu prestasi 'luar biasa' jika tanaman padi bisa dipanen. Tak jarang kita mendengar 'gagal panen' yang mengakibatkan beratus hektar persawahan gagal dipanen karena terserang hama, terkena kekeringan bahkan juga kebanjiran!
Nah, padi-padi yang selamat dari proses panjang pertumbuhannya itulah yang berhasil menjadi padi.
Berkarung-karung beras dinaikkan kedalam truk-truk menuju tempat-tempat penyimpanan, sebagian lainnya langsung menuju pasar induk dikota lain. Menempuh jarak ratusan kilometer bahkan ada yang datang dari negeri lain sebagai beras import setelah melalui jalan laut atau udara setelah menempuh jarak beribu-ribu kilometer!
Beras-beras dalam karung itu lalu dijual kepada kita dalam bentuk eceran, kiloan atau literan, juga karungan (5kg sampai 100kg /karung).
Kita membeli beras-beras itu yang tersedia dalam berbagai tingkat kwalitas.
Ada yang mau membayar Rp 25 ribu/kg untuk beras kwalitas super atau beras organik, sementara ada juga yang hanya mampu membeli Rp 3 ribu/liter ketengan untuk sekeluarga sekali makan saja.
Perjalanan beras berakhir dipiring kita, setelah ia menjadi nasi yang dimasak didandang atau rice cooker.
Sungguh suatu perjalanan yang luar biasa rumit (jika kita mau memikirkannya) untuk menghantarkan butir-butir nasi itu kehadapan kita.
Allah SWT telah menentukan rizky setiap manusia dan sangatlah beruntung bagi siapapun yang dengan mudahnya mendapatkan makanannya setiap kali kita merasa lapar.
Bayangkan jutaan saudara-saudara kita yang kebetulan mendapat porsi cobaan yang berbeda tidak bisa makan sampai berhari-hari karena kemiskinan atau kekeringan. Mereka bisa berbulan-bulan makan jatah ransum yang gizinya sangat minim sehingga tubuhnya hanya berbalut kulit yang nyaris menempel pada rangka tulang belulang mereka. Dan ini masih berlangsung didunia kita yang sama dimana kita merasa 'nyaman' dengan berlimpahnya makanan disekitar kita.
Dan.. Ketika nasi & lauk pauk itu tersaji dihadapan kita, apakah kita langsung menyantapnya begitu saja, kadang sambil mengobrol & tertawa-tawa dengan teman-teman kerja kita, kadang sambil nonton tv bersama keluarga. Sesendok demi sesendok makanan itu dihantar kemulut kita dan tiba-tiba berhenti begitu saja tanpa memperhatikan bahwa dipiring kita masih ada butir-butir nasi yang tersisa, juga sepotong ayam, juga secuil tempe, juga sejumput sayuran..
Ya Allah ampuni kami yang dzalim pada diri kami sendiri & kepada alam juga! Semua nasi itu telah ditentukan Allah SWT menjadi rizky'mu dan engkau membuangnya! Bahkan butir-butir kedelai pun melalui proses yang tak kalah rumit dari butir-butir beras sampai akhirnya kedelai itu menjadi tempe, dimasak dan berakhir dipiring kita!
Juga tumis sayuran, juga ayam goreng, semua telah melalui proses yang tidak sederhana dari tempat-tempat yang jauh dengan proses yang melibatkan ratusan orang yang tak terbayangkan oleh kita.
Yang kita tahu ada makanan dihadapan kita, ucapkan Bismillah dan menyantapnya...
Alhasil banyak orang yang dengan mudahnya meremehkan nasi dan tega meninggalkan butir-butir nasi itu dipiringnya setelah makan.
Saya bukan ahli matematika, tapi sudah pasti jika pembuangan nasi itu dilakukan secara massal oleh sebagian kita selama bertahun-tahun akan ditemui jumlah ratusan ton nasi! Jumlah rakyat indonesia sekitar 250 juta, jika 1/2nya atau 125 juta orang secara tidak sengaja meninggalkan butiran nasi, 10 butir pd setiap kali makan berarti 3x makan sehari ada 3.750.000.000 (3X10X125000000)butir nasi tidak sengaja terbuang seharinya.
Sungguh suatu perbuatan yang sangat sia-sia. Masih untung jika dilakukan dengan tidak sengaja berarti dilakukan karena tidak tahu! Mungkin hal itu bisa dimaafkan. Tapi jika dilakukan oleh orang yang tahu tapi masih juga melakukannya..?! Sungguh dzalim & tercela perbuatan membuang makanan secara massal seperti itu!
Coba kita lihatlah sisa-sisa makanan di salahj satu meja makan restoran setelah 4 orang pengunjungnya pergi. Ada 2 piring yang menyisakan masing-masing 1/2 porsi nasi, ada 2 potong tahu saus tiram, 1/2 porsi capcay yang acak2an dipiring lauk, 1/4 porsi bihun goreng, 1 sisa utuh ikan gurame asam manis yg hanya diambil daging perutnya saja & sisa2 acar, sisa sambal, sisa minuman juice dibekas setiap orang! Dan semua makanan (bukan sisa! Karena seharusnya dihabiskan!) itu akan dibuang menjadi sampah!
Janganlah kita berbuat kerusakan dalam kebiasaan kita sehari-hari. Mungkin kita tidak menyadari bahwa kita telah berbuat sesuatu yang salah denga sibuk mengkritik sana sini atas situasi negeri ini yang carut marut.
Tapi tanpa disadari kitapun berkontribusi akan hal-hal yang mempearah keadaan. Membuang makanan adalah perbuatan yang sangat tercela. Itu berarti meremehkan rizky dari Allah SWT yang telah dipastikan menjadi milik kita melalui sepiring santapan lezat dihadapan kita. Itu juga berarti pelecehen terhadap sesama manusia yang telah bekerja keras bertani, berkebun, beternak, berdagang.. juga memasak.. demi menghasilkan satu masakan lezat untuk satu kali makan!
Itu juga berarti pertanda tingginya hati yang tak mampu menghargai hal-hal kecil (jika dianggap makanan itu tak berharga baginya) dan tanda ketidak mampuan untuk mensyukuri apa-apa yang diberikan Allah padanya, padahal sebenarnya makanan sehari-hari itu adalah karunia yang sangat berharga..
Sebuah kalimat sederhana yang diucapkan AA Gym tapi selalu teringat oleh saya adalah ; berbuat kebaikkan mulailah dari sekarang, dari hal-hal kecil, dari diri sendiri..
Mudah-mudahan sahabatku tak ada yang sudi membuang sebutir nasipun, juga semua makanan yang tersaji dihadapan anda.
Jika kita mengambil secukupnya dipiring kita, memesan secukupnya direstoran dan memasak secukupnya dirumah.
Niscaya tidak ada makanan terbuang meski hanya sebutir nasipun, dan semua rizky makanan kita menjadi berkah adanya. Insya Allah.

Love n Peace
Bani Ratmilia Sutarto
For Better World


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: