Sabtu, 23 Oktober 2010

[daarut-tauhiid] Persatuan Ulama dan Umara dalam Strategi Jihad

 

"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik" ( Al Maaidah: 82 ).

Bagaimana kita dapat menghadapi orang-orang yang mempunyai rasa permusuhan dengan kaum muslim jika para ulama tidak bersatu, saling mengingatkan, mengoreksi, dan dengar pendapat (murooja'ah), berusaha saling memahami (mufaahamah), dan mengadakan dialog (muhaawaroh) dengan memegang satu prinsip, "sesungguhnya setiap jalan pemikiran ilmiah atau pemahaman dalam agama, cabang–cabang, dan rinciannya yang masuk dalam medan ijtihad harus mau dikoreksi untuk perbaikan, pergantian, dan perubahan. Pemiliknya tidak boleh meyakini cabang dan rincian tersebut sebagai suatu masalah pasti yang wajib diterima dan dihormati (pasti benar) seperti dua dasar pokok, yaitu al Qur'an dan al Hadits."

Kita sangat mengharapkan para ulama bersatu dalam majelis ulama antar bangsa, menghindari saling berlepas diri karena pada hakikatnya kita bersatu dalam aqidah, bersatu dalam kalimat syahadat , "tiada Tuhan yang hak disembah selain Allah ta'ala dan bahwa Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam adalah utusan Allah ta'ala".

Kita terlalu lama dicekoki oleh paham nasionalisme (nation state) atau persatuan dalam Negara. Dengan paham tersebut kita antar muslim dapat saling memusuhi, saling menyerang bahkan mungkin saling membunuh hanya karena "batas" negara (hubud dunya).

Kita harus membangkitkan kembali semangat persaudaraan antar muslim. Kesadaran bahwa muslim itu adalah bersaudara dan ibarat satu tubuh.

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara…." ( Qs. Al-Hujjarat [49]:10 )

Amir berkata, aku mendengar al-Nu'man bin Basyir berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda: "Kamu melihat kaum mukminin dalam hal sayang menyayangi, cinta mencintai, dan kasih mengasihi, bagaikan satu tubuh. jika ada salah satu anggota tubuh yang mengeluh (sakit), maka anggota tubuh lainnya ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam." (Hadis Shahih, Riwayat al-Bukhari: 5552, Muslim: 4685, dan Ahmad: 17648. teks hadis di atas riwayat al-Bukhari).

Jadi jika muslim lainnya di negeri mereka diperangi oleh orang-orang kafir maka hakikatnya mereka telah memerangi kita karena mereka seolah-olah bagian dari tubuh kita. Kita wajib menghilangkan kesadaran "batas" Negara dikalahkan dengan kesadaran bahwa kita adalah muslim bersaudara.

Kaum muslim wajib berjihad membantu saudara-saudara muslim kita yang sedang diperangi oleh orang-orang kafir.

Bagaimanakah strategi kita berjihad di daerah yang tidak terjadi peperangan ?

Cara paling mudah adalah memboikot produk-produk mereka atau tidak bertransaksi perniagaan dengan mereka. Strategi peperangan (jihad) ini serupa yang diriwayatkan berikut.

Ketika menjelang peperangan Badar, pasukan Rasulullah datang dari arah Timur menuju lembah Badar sebagai lokasi medan pertempuran. Ketika perjalanan sampai pada sumber mata air yang pertama di dapati, Rasulullah memerintahkan kepada pasukan muslimin untuk berhenti dekat sumur Badar tersebut dan membuka perkemahan sebelum esok hari bertempur melawan kafir Quraisy.

Melihat posisi perkemahan yang kurang strategis, salah seorang sahabat, Al-Habab bin al-Munzir bertanya kepada Nabi, "wahai Rasulullah, apakah ini tempat yang Allah wahyukan padamu? Atau ini hanya merupakan strategi dalam perang yang tidak ada turun wahyu tentangnya?" Lalu Rasul menjawab, "Tidak ini merupakan strategi perang". Maka al-Habab memberikan pendapatnya sembari mengatakan, "saya melihatnya agar kita tidak turun pada tempat itu, tetapi baiknya kita turun pada sumur air yang paling dekat dengan pasukan Quraisy. Kita bisa minum dan mengambil air di sana. Kemudian kita timbun sumur-sumur yang lainnya dengan pasir sampai orang-orang kafir itu tidak bisa menggunakannya."

Usulan cerdas ini diterima Rasulullah dan pasukan muslimin. Mereka pun terus bergerak melanjutkan perjalanan sampai melampaui sumur Badar terakhir yang paling dekat dengan kemah pasukan kafir Quraisy. Ketika perang hendak berkecamuk, kaum kuffar mondar-mandir kewalahan mencari air. Usulan al-Habab yang selintas sederhana ini akhirnya menjadi salah satu sebab porak-porandanya mental dan kesiapan barisan musuh. Hingga kemenangan atas izin Allah berada di tangan pasukan muslimin.

Namun kalau strategi peperangan (jihad) ini dilakukan secara individu, masih kurang menakutkan mereka. Perlulah kesadaran para pemimpin negeri (penguasa) yang mayoritas penduduknya muslim untuk menghentikan segala perjanjian niaga dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik.

Perlu penghentian kerjasama atau menyudahi perjanjian pengelolaan sumber daya alam yang telah Allah karuniakan kepada rakyat yang mayoritas muslim. Perlu penghentian pengangkatan mereka sebagai penasehat militer, ekonomi, kesehatan atau bidang lainnya.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya" , (Ali Imran, 118)

"Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata "Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (Ali Imran, 119)

Pembelaan klasik dari para penguasa (pemerintah) adalah bahwa kita memerlukan keahlian mereka dan belum ditemukan keahlian serupa dikalangan sesama muslim dan kita perlu bantuan mereka dalam hal ekonomi, perdagangan, militer, kesehatan dan lain-lain.

Pembelaan seperti ini, secara tidak disadari menunjukkan tingkat ketaqwaan para penguasa (pemerintah) kepada Allah ta'ala, tingkat ketaatan mereka kepada Allah ta'ala dan RasulNya. Mereka seolah-olah tidak mengimani bahwa Allah ta'ala yang menolong kita dan mencukupi segala kebutuhan kita.

" Dan Allah lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu)." (QS An Nisaa' [4]: 45 )

"Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. Ath Thalaaq [65]: 2-3).

Pembelaan seperti itu merupakan pula wujud cinta dunia (hubud dunya) dan takut berjihad di jalan Allah.

"Di wajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". ( QS. Al Baqarah [2]: 216 )

"Tidakkah kamu perhatikan orang–orang yang dikatakan kepada mereka : "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba–tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Rabb kami, mengapa engkau wajibkan berperang kepada kami? mengapa tidak engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang–orang yang bertaqwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun." ( QS. An Nisa : 77 )

Rasulullah bersabda, "Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring." Seseorang berkata, "Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?" Beliau bersabda, "Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn." Seseorang bertanya, "Apakah wahn itu?" Beliau menjawab, "Cinta dunia dan takut mati." (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud No. 3745)

Tulisan selengkapnya silahkan baca pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/10/23/osama-bin-laden/

Wassalam

Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: