Minggu, 31 Oktober 2010

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3231

Messages In This Digest (4 Messages)

Messages

1.

Artikel: Menghormati Privasi Atau Tidak Peduli?

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Sat Oct 30, 2010 4:12 am (PDT)



Artikel: Menghormati Privasi Atau Tidak Peduli?    
                                                        
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
 
"Jangan mencampuri urusan orang lain," begitulah orang tua kita menasihatkan. Bagi saya pribadi, nasihat itu sangat cocok. Selain karena saya memang tidak tertarik dengan urusan orang lain, saya sendiri memiliki banyak urusan pribadi yang harus diselesaikan. Bukan hanya orang timur yang mengajarkan sistem nilai seperti itu. Orang barat pun demikian. Mereka bilang;"Mind your business!" Oleh sebab itu, 'tidak mencampuri urusan orang lain' sudah menjadi sistem nilai universal. Masalahnya, apakah kita harus selalu demikian?
 
Ketika menjalankan tugas sebagai Ketua RT, saya mendapatkan kesadaran baru. Ternyata, kita tidak bisa benar-benar mengamalkan ajaran "Jangan mencampuri urusan orang lain," itu. Tidak peduli sekuat apapun usaha saya untuk menjauh dari urusan orang lain, saya tetap saja tidak bisa menghindarinya. Meski saya mencoba berlari, 'masalah orang lain' selalu datang menghampiri. Dari mulai urusan yang sangat sepele, hingga masalah rumah tangga yang tingkat kerumitannya belum pernah saya temukan kecuali dalam sinetron-sinetron di layar kaca. 
 
Ternyata, ada situasi-situasi tertentu dimana kita justru harus 'turut campur'. Jika tidak, maka akan timbul hal-hal yang merugikan lingkungan.  Misalnya, ketika seseorang yang tidak dikenal datang di tengah malam buta ke rumah saya. Dia bilang, mau mencari istrinya. "Lho, Anda kok mencari istri Anda ke rumah saya?" Begitu saya bertanya.  Orang itu mengatakan bahwa istrinya berada di rumah salah satu warga di lingkungan saya.
 
"Lha, kalau Anda tahu istri Anda ada di rumah itu mengapa tidak Anda ajak pulang?" Logika saya terlampau tumpul untuk menjangkau kegilaan serupa itu.  "Anda kan suaminya?"
 
Percuma saja saya menggunakan semua teori komunikasi yang pernah saya pelajari. Karena yang tamu-tamu itu inginkan dari saya hanya satu hal, yaitu; menyuruh saya untuk mendobrak rumah itu.  Oho... tentu saja saya menolaknya. Bisa-bisa saya masuk penjara hanya karena mendobrak rumah orang. Meskipun mereka bersikeras punya bukti yang kuat, tapi saya sendiri tidak punya bukti sama sekali. Di luar rumah, sudah ada beberapa mobil berisi banyak orang, termasuk para orang tua dan bayi. Ini benar-benar seperti mimpi buruk. Oh, Tuhan. Ijinkan aku untuk tidak mencampuri urusan orang lain....
 
Keengganan saya untuk memenuhi permintaan itu menghasilkan beberapa umpatan dan kemarahan. Sehingga saya mempersilakan mereka memanggil polisi saja. Namun, setelah petugas polisi datang pun akhirnya keputusan dikembalikan kepada Pak RT. "Pak RT? Itu kan gue?" hati saya kembali tergelitik. "Tuhan, saya sendiri punya banyak masalah. Please....."
 
Ingin sekali saya pergi, lalu bersembunyi di kamar tidur kami. Tapi, kelihatannya menjadi Ketua RT di zaman huwedhian seperti sekarang ini memang tidak gampang. Maka, dengan tongkat kekuasaan sebagai 'presiden' di lingkungan itu, saya memutuskan untuk 'bertamu' ke rumah orang itu besok pagi. Bukan tengah malam seperti saat ini. Atas keputusan tidak populer itu, maka saya harus menuai tambahan kekesalan orang-orang. Sebagai konsekuensi lainnya, saya mesti begadang di jalanan sampai pagi untuk dua alasan; mencegah terjadinya anarki, dan memenuhi tuntutan 'para tetamu' itu untuk menjamin 'para tersangka' tidak melarikan diri. Ridiculous? Exactly.  
 
Saya tidak akan menceritakan catatan sejarah apa yang selanjutnya terjadi. Cukuplah hal ini menjadi penegasan bahwa kita tidak bisa selalu tidak ikut campur dengan urusan orang lain. Ada saat dimana mencampuri urusan orang lain menjadi wajib hukumnya bagi kita. Artinya, kita ikut berdosa jika membiarkannya terus terjadi. Misalnya, jika Anda tahu teman Anda melakukan perbuatan nista. Maka membiarkannya, menjadikan Anda 'pendukung tidak langsung' sebuah kemunkaran.
 
Pantaslah Rasulullah dahulu menasihatkan kepada ummatnya untuk 'tidak mendiamkan' keburukan berlangsung disekitar kita. Jika kita tahu, maka kita harus ikut mencegahnya. Masalahnya, kita sering berhadapan dengan orang-orang ngawur yang kedudukan dan kekuatannya lebih tinggi dari kita. Sehingga kalaupun kita mengingatkan, mereka malah balik menghardik kita. Untunglah Rasul yang bijak itu memahami ketidakberdayaan kita. Sehingga beliau berkata; "Jika engkau  memiliki kekuatan, maka cegahlah dengan kekuatanmu. Jika engkau tidak kuasa, cegahlah dengan lidahmu. Namun, jika dengan itupun engkau tidak mampu, maka cegahlah dengan hatimu." Menurut beliau, yang terakhir itu adalah ciri serendah-rendahnya iman.
 
Selama ini, begitu banyak hal yang terjadi di sekitar kita. Namun kita sering tidak peduli. Makanya, tidak mengherankan jika beragam perilaku buruk seolah menjadi perbuatan yang biasa. Kita seperti tidak berdaya untuk mencegahnya. Padahal boleh jadi, keburukan-keburukan perilaku kita itu menjadikan Tuhan sangat murka. Sehingga Dia menimpakan hukuman berupa beragam macam bencana. Sekalipun begitu, kita masih saja asyik mengumbar nafsu dan perilaku buruk lainnya. Sementara orang-orang yang tidak ikut melakukannya, merasa nyaman dengan berdiam diri dan bersembunyi dibalik sistem nilai yang tidak seluruhnya benar; "Jangan mencampuri urusan orang lain."
 
Padahal jika kita masih mengaku sebagai mahluk sosial, maka sudah sepantasnya untuk segera sadar bahwa tidak ada tindakan seseorang yang tidak berpengaruh kepada orang lain. Oleh sebab itu, ketika kita mencoba mengingatkan orang lain, maka itu bukanlah mencampuri urusan mereka. Melainkan kepedulian kita terhadap hak-hak hidup serta kepentingan bersama. Sebaliknya, ketika orang lain mengingatkan kita; hal itu tidak berarti mereka lancang ikut campur kepada urusan kita. Sebab perilaku kita, sedikit banyak mempengaruhi kepentingan mereka. Sudah saatnya kita belajar mendengar seruan-seruan kepada kebenaran. Bukan malah menuduh mereka mencampuri urusan pribadi orang lain. Apa lagi sampai berani berkata; 'Jangan membawa-bawa agama!'.
 
Keliru jika kita mengira semua kebaikan itu hanya soal agama. Kebaikan itu bersumber dari panggilan hati nurani.  Kepada agama, silakan saja kalau masih ingin saling berdebat dan menghujat. Namun kepada hati nurani? Mengapa kita masih menentangnya juga. Jika kita masih sering menolak ajakan untuk kembali kepada tuntunan agama, setidak-tidaknya kita bisa kembali kepada bisikan hati yang suci. Yang secara jujur mengatakan kepada kita bahwa perbuatan kita ini nista. Mari kita belajar untuk mendengarkan bisik hati nurani kita sendiri. Karena didalam hati, Tuhan sudah menamkan nilai-nilai menuju jalan yang Dia sukai.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com 
Leadership & People Development Training
 
Catatan Kaki:
Kita sering bersembunyi dibalik topeng privasi, hingga berani mengabaikan tugas untuk saling mengajak kepada kebaikan, dan mencegah perbuatan yang dimurkai Tuhan.
 
Melalui project Mari Berbagi Semangat! (MBS!) sekarang buku saya yang berjudul "Belajar Sukses Kepada Alam" versi Bahasa Indonesia dapat diperoleh secara GRATIS. Jika Anda ingin mendapatkan ebook tersebut secara gratis silakan kunjungi petunjuknya di www.bukudadang.com  

--------------------------------
Buku-buku terbaru Dadang Kadarusman sudah tersedia di toko buku atau bisa dipesan di http://www.bukudadang.com/

2.

ruang baca:Peluncuran Majalah diffa

Posted by: "thia_sly@yahoo.com" thia_sly@yahoo.com

Sat Oct 30, 2010 7:13 am (PDT)



(Siaran Pers)

Membangun Empati Sosial pada Penyandang Disabilitas
Melalui Penerbitan Majalah "diffa".

diffa – "Setara dalam Keberagaman".

28/10, Mitra Netra bersama para pemerhati disabilitas baik lembaga maupun perorangan meluncurkan edisi perkenalan majalah "diffa" – different and special,
majalah pertama dan satu-satunya di Indonesia yang menyajikan informasi tentang disabilitas dalam kemasan popular dan menarik. Acara peluncuran diselenggarakan
di Amigos Café, Bellagio Boutique Mall, Mega Kuningan. Peluncuran dilakukan oleh Staf Ahli Menteri Pendidikan Nasional bidang Kebudayaan dan Pendidikan
mewakili Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh.

Hingga kini di Indonesia, informasi terkait penyandang disabilitas masih sangat terbatas. Sementara di saat bersamaan, kebutuhan tentang hal tersebut dirasakan
sangat mendesak, baik oleh masyarakat maupun penyandang disabilitas sendiri.

Minimnya informasi tentang disabilitas ini telah menyulitkan keluarga-keluarga yang memiliki anak/anggota keluarga penyandang disabilitas. Ketidakpahaman
orang tua bagaimana mengasuh anak dengan disabilitas berpotensi menimbulkan disabilitas tambahan atau additional disability, yang pada akhirnya dapat mengganggu
pertumbuhan serta perkembangan anak tersebut.

Isu dan persoalan disabilitas selama ini hanya dibahas di ruang-ruang tertutup, di antara para penyandang disabilitas sendiri, bersama para pemerhati yang
berasal dari kalangan yang sangat terbatas. Dampak dari situasi ini adalah, selama ini para penyandang disabilitas cenderung harus berjuang sendiri, untuk
mendapatkan hak-hak mereka dan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Kondisi inilah yang telah mendorong Mitra Netra, bersama para partnernya yaitu Voice Of Human Rights (VHR) dan wartawan senior F.X. Rudy Gunawan berniat
menerbitkan majalah yang secara khusus menyajikan informasi tentang disabilitas.

"diffa lahir untuk menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi para penyandang disabilitas di negara kita yang selalu termarjinalkan hak-haknya, antara
lain karena ketiadaan media komunikasi antara para penyandang disabilitas dengan pemerintah maupun masyarakat secara umum, sehingga banyak terjadi mispersepsi
dan misunderstanding. Dengan adanya diffa, kami berharap persoalan ini akan teratasi", ungkap Rudy Gunawan Pemimpin Redaksi diffa.

Visi diffa adalah "menjadi media terpercaya, sebagai rujukan dan edukasi bagi kesetaraan penyandang disabilitas." Untuk mewujudkan visi tersebut, salah
satu misi diffa adalah menyuarakan aspirasi penyandang disabilitas, termasuk keluarga mereka.

diffa dikelola oleh para professional di bidang jurnalistik dan bisnis media, serta didesain menjadi majalah keluarga, karena Mitra Netra percaya keluarga
adalah tempat yang utama untuk menumbuhkan dan membangun nilai-nilai positif, termasuk nilai positif terhadap para penyandang disabilitas, yang kemudian
oleh anggota keluarga akan dibawa ke masyarakat dan selanjutnya menjadi nilai-nilai bersama.

Melalui diffa, Mitra Netra bermaksud mendorong tumbuhnya empati sosial pada para penyandang disabilitas di masyarakat secara lebih meluas; atas dasar empati
sosial inilah kemudian kita akan membangun interaksi sosial yang setara dengan para penyandang disabilitas, memahami keberadaan penyandang disabilitas
di masyarakat sebagai bagian dari perbedaan, untuk kemudian menghargai, melindungi dan memenuhi hak-hak mereka sama seperti warga negara lainnya.

"Mitra Netra memimpikan adanya masyarakat yang inklusif di Indonesia, yaitu masyarakat yang dapat melindungi, menghargai dan mengakomodasikan perbedaan.
Menjadi penyandang disabilitas bukanlah pilihan, itu adalah fakta, yang harus diterima, dihadapi dan dijalani; sama seperti fakta kita lahir dari orang
tua siapa, dan suku apa; kita tidak bisa memilih mau lahir dari orang tua siapa dan jadi suku apa", ungkap Bambang Basuki Direktur Eksekutif Mitra Netra.

"Perlu ada perubahan cara pandang masyarakat dan pemerintah dalam menyikapi keberadaan penyandang disabilitas di tengah-tengah kita. Pandangan yang "tidak
memprioritaskan penyandang disabilitas dalam upaya pemberdayaan karena mengurus mereka yang tidak menyandang disabilitas saja belum beres" harus mulai
dikikis, dan diffa akan berperan mengubah cara pandang tersebut", lanjut Bambang.

Sikap tidak memprioritaskan penyandang disabilitas dalam upaya pemberdayaan baik di bidang pendidikan maupun pekerjaan serta aspek kehidupan lainnya telah
mempengaruhi alokasi anggaran negara yang diputuskan secara bersama antara eksekutif dan legislative baik di tingkat pusat maupun daerah. Begitu pula dengan
masyarakat, termasuk sektor usaha; masih sangat sedikit dana disalurkan untuk pemberdayaan penyandang disabilitas, termasuk dana yang dihimpun melalui
CSR dan jalur-jalur keagamaan seperti zakat dan yang semacamnya.

Minimnya alokasi anggaran untuk penyandang disabilitas juga dikarenakan lemahnya atau tidak akuratnya data jumlah penyandang disabilitas di Indonesia;
masing-masing kementerian memiliki estimasi masing-masing. Sebagai patokan, antara lain, Kementerian Kesehatan memperkirakan jumlah penyandang disabilitas
adalah enam juta, sedangkan menurut Kementerian Sosial, jumlah berkisar dua juta. Sebagai bahan referensi, badan dunia WHO memperkirakan jumlah penyandang
disabilitas di negara sedang berkembang seperti Indonesia rata-rata adalah 10 % dari jumlah penduduk. Jika estimasi ini mendekati benar, berarti di Indonesia
ada lebih dari 20 juta penyandang disabilitas dengan berbagai jenis; tunanetra, tunarungu, tunadaksa, orang dengan hambatan mental, autistik, serta mereka
yang mengalami double atau multiple disability.

Dampak dari situasi ini semua adalah, selama ini penyandang disabilitas belum dapat menjadi bagian dari "arus utama" di bidang apapun. Kebanyakan dari
mereka hanya bisa ada di "pinggir" dari lingkaran dan arus perkembangan masyarakat.

Persepsi keliru masyarakat tentang penyandang disabilitas yang antara lain disebabkan dan dibentuk oleh budaya serta mitos-mitos hinga kini juga masih
sangat dirasakan. Banyak keluarga yang malu memiliki anak dengan disabilitas. Akibatnya, mereka disembunyikan saja di rumah. Sudah bisa dibayangkan, penyandang
disabilitas yang tumbuh di lingkungan semacam ini akan menjadi beban keluarga, karena mereka tidak berpendidikan, tidak mandiri, dan tentu tidak produktif.

Namun, jika pemerintah dan masyarakat melakukan investasi yang cukup melalui alokasi dana untuk pemberdayaan, penyandang disabilitas akan menjadi manusia
yang cerdas, mandiri, dapat berfungsi di masyarakat dengan bekerja, produktif dan menjadi pembayar pajak.

Pilihan mana yang akan kita ambil? diffa akan membantu kita mengambil pilihan yang tepat melalui informasi yang disediakannya.

Beberapa kalangan yang akan menerima manfaat dari diffa antara lain:
1. Keluarga yang memiliki anggota keluarga penyandang disabilitas
2. Guru, pengajar, pendidik dan akademisi baik di sekolah luar biasa maupun sekolah umum serta perguruan tinggi
3. Perusahaan / sector usaha – sebagai sumber informasi dan inspirasi untuk kegiatan CSR
4. Instansi pemerintah terkait – jajaran eksekutif
5. Anggota DPR -- legislatif
6. Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat
7. Komunitas penyandang disabilitas
8. dll

Secara umum, konten diffa dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu kategori liputan misalnya rubrik Retina, kategori ruang konsultasi dan informasi seperti
Konsultasi Pendidikan dan Ruang Hati, kategori tulisan lepas seperti Cerita Pendek, Cerita Humor, dan Pelangi, serta sisipan yaitu informasi kegiatan suatu
lembaga/perusahaan yang dikemas sebagai advertorial.

diffa akan terbit sekali sebulan tiap hari Senin minggu pertama. Masyarakat akan mudah mendapatkannya – cukup dengan harga Rp 21,500 --, yaitu dengan cara
berlanganan atau membelinya di toko buku.

Dalam jangka panjang, diffa juga diharapkan menjadi salah satu sumber penghasilan dari Mitra Netra, yang hingga kini masih harus melayani tunanetra secara
cuma-cuma.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:

Aria Indrawati, Kabag Humas Mitra Netra:
021-7651386, 081511478478
aria@mitranetra.or.id,
www.mitranetra.or.id

Peace regard by synthia montolalu
Manado
Link facebook.com/thia.montolalu
Link http://www.synthiasly.multiply.com
Ym: thia_sly
Sms: 081244444889

3.

[KOMPETISI MENULIS] Jakartabeat Music Writing Contest I - Wajah Musi

Posted by: "Anwar Holid" wartax@yahoo.com   wartax

Sat Oct 30, 2010 9:51 am (PDT)



Jakartabeat Music Writing Contest I -
"Wajah Musik Indonesia"

Sejak era Bing Slamet membius para penggemar hingga gerakan indie menggebrak massa, musik Indonesia senantiasa menyajikan serpihan fenomena yang memikat untuk dicatat.

Jakartabeat.net mengundang mahasiswa di seluruh Indonesia untuk mengikuti kompetisi menulis musik yang baru pertama kali diadakan ini, berkontribusi pada peningkatan keragaman jurnalisme musik di Tanah Air, pun pada perkembangan musik Indonesia itu sendiri.

Apa yang bisa ditulis? Bisa tentang musisi, kelompok musik, perusahaan rekaman, album musik, produser, lirik lagu, radio yang mendedikasikan diri pada musik tertentu, komunitas fans genre tertentu, tentang toko musik/kaset/CD/piringan hitam legendaris di tempat Anda tinggal, komunitas indie di kota masing-masing, konser musik, hubungan politik dengan musik, dan apa saja, sejauh terkait dengan musik Indonesia, dari seluruh ragam genre dan lintas waktu.

Jakartabeat Music Writing Contest I juga bertujuan mengembangkan jurnalisme musik Indonesia pada teritori baru, melampaui pemahaman dan praktik jurnalisme musik yang hanya menyampaikan facts dan who's who.

Tulisan sedapat mungkin mengikuti gaya tulisan Jakartabeat.net yang menekankan pada esai/feature, mengekspresikan pengalaman dan kecintaan pada musik, serta segala aspeknya. Peserta dipersilakan mengeksplorasi tulisan, tidak terbatas di rubrik musik, di http://www.jakartabeat.net.

KETENTUAN LOMBA

Peserta mengirimkan dua file: file pertama ialah tulisan yang diikutkan dalam lomba, file kedua berisi curriculum vitae (CV).

PESERTA

Mahasiswa program Strata 1 atau Diploma di seluruh kampus Indonesia.

PENULISAN NASKAH

- Tulisan diketik rapi, 1,5 spasi pada halaman kwarto, font Times New Roman 11 point.
- Panjang tulisan minimal 5 halaman, maksimal 8 halaman.
- Di pojok kiri atas, tuliskan nama dan nama kampus Anda.
- Peserta hanya bisa mengirimkan satu naskah.

PENULISAN CV

- Panjang CV cukup 1 halaman.
- Tiga informasi utama yang harus dicantumkan: (1) nama lengkap, (2) data kelahiran, (3) alamat lengkap.
- Tulis informasi pengalaman organisasi mahasiswa dan pengalaman menulis di media apa pun (bila ada).
- Cantumkan alamat blog pribadi Anda (bila punya).
- Di bagian bawah CV, tulis komentar pendek Anda tentang perkembangan jurnalisme musik di Indonesia.

PENAMAAN DAN PENGIRIMAN FILE

File naskah dan CV ditulis dalam format rtf.

Nama file naskah: nama Anda-judul naskah. Contoh: Agus Lirboyo-Iwan Fals, Kelahiran Baru Setelah Kematian Sang Anak
Nama file CV: nama Anda-CV. Contoh: Agus Lirboyo-CV.

File dikirim ke e-mail:
nuran@jakartabeat.net <nuran[at]jakartabeat.net>
cc: fakhri@jakartabeat.net <fakhri[at]jakartabeat.net>

Subject: Jakartabeat Music Writing Contest I

DEADLINE

File paling lambat diterima pada Rabu, 5 Januari 2011, pukul 17.00 WIB.
 
PENGHARGAAN

Tiga pemenang terbaik akan diumumkan di Jakartabeat.net pada Senin, 31 Januari 2011.
* Pemenang I memperoleh Rp 3 juta.
* pemenang II memperoleh Rp 2 juta.
* Pemenang III memperoleh Rp 1 juta.
Ketiga pemenang ini juga akan bergabung menjadi kontributor Jakartabeat.net.

Seluruh naskah yang masuk jadi milik panitia dan mungkin dimuat di Jakartabeat.net (penulis akan diberi tahu via e-mail).

Informasi lebih jauh bisa diperoleh melalui dua e-mail di atas.

Keputusan dewan juri final dan tidak dapat diganggu-gugat.

TENTANG JAKARTABEAT MUSIC WRITING CONTEST I

Jakartabeat Music Writing Contest I diselenggarakan untuk merayakan ulang tahun kedua Jakartabeat.net, online magazine tentang musik, buku, film, dan ide humaniora yang jatuh pada Selasa, 18 Januari 2011. Program ini direncanakan akan menjadi kegiatan rutin tahunan Jakartabeat.net.

Kompetisi ini diselenggarakan atas kerja sama Jakartabeat.net dengan Yayasan Interseksi. Hingga hari ini, Jakartabeat.net adalah media online volunteer, para kontributor menulis sukarela tanpa imbalan. Kecintaan pada musik dan music writing, minat pada ide-ide humaniora, dan dorongan berbagi menjadi motivasi para kontributor Jakartabeat.net.

Yayasan Interseksi merupakan yayasan non-profit yang fokus pada kajian kultural dan hak minoritas di Indonesia. Kegiatan Yayasan Interseksi di antaranya penelitian, penulisan buku, dan pembuatan film dokumenter bertema budaya.
Link: http://www.interseksi.org.

TENTANG DEWAN JURI

Dewan juri Jakartabeat Music Writing Contest I terdiri dari empat orang, merupakan representasi empat wilayah: praktisi musik, jurnalis, akademisi, dan penulis lepas. Seluruh anggota dewan juri adalah kontributor Jakartabeat.net sendiri.

Anwar Holid, penulis beberapa buku, di antaranya Keep Your Hand Moving: Panduan Menulis, Mengedit, dan Memolesnya (Gramedia Pustaka Utama, 2010). Ia bisa dijangkau di http://halamanganjil.blogspot.com.

Harlan Boer, manajer band Efek Rumah Kaca dan produser Jangan Marah Records yang menaungi band-band indie seperti Bangkutaman; ia juga mantan personil The Upstairs.

M. Taufiqurrahman, wartawan harian berbahasa Inggris The Jakarta Post, rutin menulis tentang musik. Taufiq ikut serta mendirikan Jakartabeat.net. Belum lama berlalu ia menyelesaikan studi pascasarjana di Department of Political Science, Northern Illinois University, Amerika Serikat.

Roby Muhamad, staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Semasa SMA menekuni musik blues. Ia menyelesaikan studi doktoral di Columbia University, New York, Amerika Serikat pada 2010. Bidang keahliannya ialah social network. Roby pernah menjadi anggota tim penelitian bertaraf global, The Small World Project, yang berpusat di Columbia University. Sila lihat Roby menjelaskan riset ini di CNN via http://www.youtube.com/watch?v=V2biPHBGm3c.

Ikuti kami di:
Facebook Page: jakartabeat.net | Twitter: jakartabeat

Copyright © 2009-2012 Jakartabeat.net

4.1.

Re: Salam kenal

Posted by: "Andri Pranolo" apranolo@gmail.com   and_pci

Sat Oct 30, 2010 6:44 pm (PDT)



Wa'alaykumussalam wr.wb.

salam kenal juga sahabat Ainun .. :-)

Salam
A Pranolo
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Group Charity

Loans that

change lives

Kiva.org

Biz Resources

Y! Small Business

Articles, tools,

forms, and more.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.

Tidak ada komentar: