2 New Messages
Digest #3641
|
Messages
Tue Sep 18, 2012 4:24 pm (PDT) . Posted by:
"Yons Achmad" freelance_corp
*Bookpacker to Jogja*
*When book meet travel*
* *
Jogja memang penuh pesona, selalu ada alasan untuk berkunjung kembali ke
kota budaya ini. Jogja juga dikenal sebagai kota dengan budaya baca dan
perbukuan yang unik. Sampai-sampai ada kelakar yang mengatakan bahwa setiap
rumah di Jogja bisa jadi adalah sebuah penerbit buku. Tak terbilang penulis
dan sastrawan yang juga bermukim di kota ini. Ditambah lagi dengan
keindahan alamnya yang seakan membuat inspirasi tak pernah putus mengalir.
Bookpacker tidak sekadar melancong untuk me-refresh pikiran, tetapi juga
menambah wawasan dengan berkunjung ke penulis lokal, berkunjung ke
komunitas buku setempat, melongok kehidupan masyarakat lokal, sembari
menikmati dan mencari inspirasi dari keindahan alam.
Day 1
Berkunjung ke Reomah Pelantjong menimba ilmu dengan penulis Jogja Joni
Ariadinata
Berkunjung ke Radio Buku dan bertemu penulis Muhidin M Dahlan
Menikmati Pantai Samas
Menikmati malam di Malioboro
Day 2
Menikmati keindahan Candi Ratu Boko
Makan siang di rumah makan jamur
Mampir ke toko buku diskon Toga Mas
Kembali ke Jakarta
Fasilitas
Tiket Pesawat PP Jakarta-Jogja
Makan 4 kali
Hotel bernuansa etnik
Tiket masuk tempat wisata
Kaos
Waktu Sabtu-Minggu 27/28 Oktober 2012
Investasi
Rp 2.000.000
Info: Yons Achmad/Muthia Esfand (0821 2314 7969)
Email: lemaripelancong@gmail.com
http://lemaripelancong.com
http://lemaripelancong.com/artikel/read/bookpacker-to-jogja--when-book-meet-travel
*When book meet travel*
* *
Jogja memang penuh pesona, selalu ada alasan untuk berkunjung kembali ke
kota budaya ini. Jogja juga dikenal sebagai kota dengan budaya baca dan
perbukuan yang unik. Sampai-sampai ada kelakar yang mengatakan bahwa setiap
rumah di Jogja bisa jadi adalah sebuah penerbit buku. Tak terbilang penulis
dan sastrawan yang juga bermukim di kota ini. Ditambah lagi dengan
keindahan alamnya yang seakan membuat inspirasi tak pernah putus mengalir.
Bookpacker tidak sekadar melancong untuk me-refresh pikiran, tetapi juga
menambah wawasan dengan berkunjung ke penulis lokal, berkunjung ke
komunitas buku setempat, melongok kehidupan masyarakat lokal, sembari
menikmati dan mencari inspirasi dari keindahan alam.
Day 1
Berkunjung ke Reomah Pelantjong menimba ilmu dengan penulis Jogja Joni
Ariadinata
Berkunjung ke Radio Buku dan bertemu penulis Muhidin M Dahlan
Menikmati Pantai Samas
Menikmati malam di Malioboro
Day 2
Menikmati keindahan Candi Ratu Boko
Makan siang di rumah makan jamur
Mampir ke toko buku diskon Toga Mas
Kembali ke Jakarta
Fasilitas
Tiket Pesawat PP Jakarta-Jogja
Makan 4 kali
Hotel bernuansa etnik
Tiket masuk tempat wisata
Kaos
Waktu Sabtu-Minggu 27/28 Oktober 2012
Investasi
Rp 2.000.000
Info: Yons Achmad/Muthia Esfand (0821 2314 7969)
Email: lemaripelancong@
http://lemaripelanc
http://lemaripelanc
Tue Sep 18, 2012 6:09 pm (PDT) . Posted by:
"Yons Achmad" freelance_corp
Melacak Komunitas Muslim di Bedugul Bali
*Ditulis Oleh :Yons Achmad, Pada Tanggal : 19 - 09 - 2012 | 05:52:13*
Pagi-pagi benar saya meluncur naik motor dari Pantai Kuta menuju Tanah Lot
dan lanjut ke Bedugul. Sebuah tempat wisata pegunungan yang dingin dan
aduhai. Aroma kabut dan rasa dingin sudah mulai menusuk badan sekira 500
meter menjelang titik pusat wisata itu. Rintik hujan menyambut. Motor saya
parkir dan langsung masuk ke lokawisata. Untuk bisa mencicipi indahnya
Bedugul tiket masuk Rp 10.000/orang mesti dibeli.
Subhanallah. Sebuah danau cantik membentang luas. Danau Beratan namanya.
Dengan air tawarnya yang segar. Sebuah Gunung menjadi latar pemandangan dan
Pura-Pura Hindu nampak gagah yang hanya lamat-lamat saja di pandangan mata.
Pura Ulun Danu namanya. Untuk sampai ke pura ujung danau mesti menyewa
sebuah perahu dayung dengan seorang pemandu.
Untuk sampai ke pura cantiknya perlu merogoh kocek Rp 150 ribu serta uang
tiket Rp 35.000. Dengan uang sebesar itu bisa puas berkeliling danau sampai
menikmati pura selama 1,5 jam lamanya. Kalau ingin cepat bisa naik boat,
tapi saya kira kurang asyik karena hanya keliling sebentar saja. Saat saya
dan teman naik perahu dayung itu suasana agak menegangkan, saat kami di
tengah danau, kabut tiba-tiba turun dan pandangan mata benar-benar hanya
nampak satu meter saja. Kami tidak tahu arah. Untung pemandu menenangkan.
Kabut hanya beberapa menit saja turun, pelan-pelan hilang tersapu angin.
Saat di tengah danau itulah saya berbincang dengan pemandu melacak jejak
komunitas muslim di Bedugul Bali.
Pak Herman namanya. Ia seorang pekerja dayung, seorang muslim. Diceritakan
bahwa para pekerja di obyek wisata itu kebanyakan juga seorang muslim. Di
lokawisata ini, sekira 300 meter dari Pura tepi danau juga ada
warung-warung bakso muslim yang halal, tentu bukan warung bakso babi yang
kebanyakan ada di Bali.
Di atas bukit danau itu juga bertengger gagah sebuah masjid, yang saat kami
asyik menikmati danau, suara azan ashar berkumandang dengan lantang. Pak
Herman juga bercerita bahwa disekitar perbukitan itu juga ada makam wali
Allah yang disemayamkan. Orang-orang sering datang untuk berdoa dan
mendoakan, berziarah kubur. Di sekitar Bedugul ini juga ada komunitas
muslim yang cukup lumayan penduduknya. Mereka membaur bersama masyarakat
yang kebanyakan tentu orang Hindu. Ada kerjasama, saling tolong menolong,
saling membantu. Jarang ada cek cok dan konflik besar yang muncul. Sejauh
ini menurut cerita Pak Herman, suasana kemasyarakatan harmonis dan
baik-baik saja. Itulah sekelumit jejak komunitas muslim di Bedugul, sebuah
tempat menyejukkan di daerah Tabanan Bali. (Yons Achmad/Wasathon.com)
====
http://wasathon.com
http://kanetmedia.com
http://penakayu.blogspot.com
http://twitter.com/senjakarta
*Ditulis Oleh :Yons Achmad, Pada Tanggal : 19 - 09 - 2012 | 05:52:13*
Pagi-pagi benar saya meluncur naik motor dari Pantai Kuta menuju Tanah Lot
dan lanjut ke Bedugul. Sebuah tempat wisata pegunungan yang dingin dan
aduhai. Aroma kabut dan rasa dingin sudah mulai menusuk badan sekira 500
meter menjelang titik pusat wisata itu. Rintik hujan menyambut. Motor saya
parkir dan langsung masuk ke lokawisata. Untuk bisa mencicipi indahnya
Bedugul tiket masuk Rp 10.000/orang mesti dibeli.
Subhanallah. Sebuah danau cantik membentang luas. Danau Beratan namanya.
Dengan air tawarnya yang segar. Sebuah Gunung menjadi latar pemandangan dan
Pura-Pura Hindu nampak gagah yang hanya lamat-lamat saja di pandangan mata.
Pura Ulun Danu namanya. Untuk sampai ke pura ujung danau mesti menyewa
sebuah perahu dayung dengan seorang pemandu.
Untuk sampai ke pura cantiknya perlu merogoh kocek Rp 150 ribu serta uang
tiket Rp 35.000. Dengan uang sebesar itu bisa puas berkeliling danau sampai
menikmati pura selama 1,5 jam lamanya. Kalau ingin cepat bisa naik boat,
tapi saya kira kurang asyik karena hanya keliling sebentar saja. Saat saya
dan teman naik perahu dayung itu suasana agak menegangkan, saat kami di
tengah danau, kabut tiba-tiba turun dan pandangan mata benar-benar hanya
nampak satu meter saja. Kami tidak tahu arah. Untung pemandu menenangkan.
Kabut hanya beberapa menit saja turun, pelan-pelan hilang tersapu angin.
Saat di tengah danau itulah saya berbincang dengan pemandu melacak jejak
komunitas muslim di Bedugul Bali.
Pak Herman namanya. Ia seorang pekerja dayung, seorang muslim. Diceritakan
bahwa para pekerja di obyek wisata itu kebanyakan juga seorang muslim. Di
lokawisata ini, sekira 300 meter dari Pura tepi danau juga ada
warung-warung bakso muslim yang halal, tentu bukan warung bakso babi yang
kebanyakan ada di Bali.
Di atas bukit danau itu juga bertengger gagah sebuah masjid, yang saat kami
asyik menikmati danau, suara azan ashar berkumandang dengan lantang. Pak
Herman juga bercerita bahwa disekitar perbukitan itu juga ada makam wali
Allah yang disemayamkan. Orang-orang sering datang untuk berdoa dan
mendoakan, berziarah kubur. Di sekitar Bedugul ini juga ada komunitas
muslim yang cukup lumayan penduduknya. Mereka membaur bersama masyarakat
yang kebanyakan tentu orang Hindu. Ada kerjasama, saling tolong menolong,
saling membantu. Jarang ada cek cok dan konflik besar yang muncul. Sejauh
ini menurut cerita Pak Herman, suasana kemasyarakatan harmonis dan
baik-baik saja. Itulah sekelumit jejak komunitas muslim di Bedugul, sebuah
tempat menyejukkan di daerah Tabanan Bali. (Yons Achmad/Wasathon.
====
http://wasathon.
http://kanetmedia.
http://penakayu.
http://twitter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar