Minggu, 09 September 2012

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3637

1 New Message

Digest #3637

Message

Sat Sep 8, 2012 9:32 pm (PDT) . Posted by:

"Yons Achmad" freelance_corp

Roemah Pelantjong: Jogja Slowly
Asia<http://penakayu.blogspot.com/2012/09/roemah-pelantjong-jogja-slowly-asia.html>

<http://4.bp.blogspot.com/-UBS5rjVaygY/UEwZx0Vym4I/AAAAAAAABDM/qnCHvyAbVEY/s1600/roemah%2Bpelantjong.jpg>

Roemah Pelantjong: Jogja Slowly Asia

"Alon-alon waton kelakon"

(pelan-pelan asal kesampaian)

Berangkat dari filosofi orang Jogja itu, Roemah Pelantjong hadir menyapa
penggila traveling yang ingin menikmati suasana berbeda. Ketenangan,
kesunyian, kedamaian. Ya, kalau ingin menikmati suasana begitu, Roemah
Pelantjong Jogja adalah jawabannya.

Saya tak sengaja menemukan tempat itu. Lebaran tahun 2012, saya pulang ke
Magelang dan berjanji ketemu dengan penulis perempuan Jogja. Saya memacu
motor di Jalan Magelang KM 8, mata saya menatap papan nama besar
bertuliskan "Roemah Pelantjong". Wuihhhh apa ini? Untuk mengobati rasa
penasaran saya masuk dan langsung disambut gadis-gadis berkaos merah
bertuliskan "roemah pelantjong" dan alunan musik pelan, gending-gending
gamelan Jawa. Sadis. Suasana langsung bikin "maknyess". Hati langsung
terasa dingin.

Sayapun mulai tergoda untuk berkeliling mengitari setiap sudutnya. Dibagian
atas pintu kita sudah disambut dengan tulisan besar "Welcome to the city of
slow". Bagian depan ruangan sudah menyambut beragam produk seperti cokelat
Jawa, wedang uwuh, teh Jawa, sirup, keripik dsb. Yang menarik, sebuah
lukisan "Monalisa ngambek senyum" karya anak Institut Seni Indonesia (ISI)
Jogja yang bikin saya tertawa terpingkal-pingkal.

Ruang tengah. Beragam cinderamata dan produk-produk kerajinan digelar.
Semua bercorak "Pelan" dengan simbol-simbol binatang "pelan" seperti siput
atau penyu. Sepatu, tas, topi, mug, beragam kaos dengan tulisan-tulisan
menarik bisa dinikmati dan dibeli misalnya kaos "Jogja Slowly Asia" "I Love
Slow" "Slow Rock Café" "Stay Slow". Saya tergoda dengan kaos bertuliskan
"Republic of Slow" dengan gambar keraton Jogja. Harga produk-produknya
cukup terjangkau, untuk mug sekitar 21-25 ribu, untuk kaos 65 ribuan.

Ruang belakang. Sebuah kafe tempo doeleo lengkap dengan kuliner khas Jogja
bisa kita nikmati. Sebuah angkringan dengan beragam wedang (minuman) siap
menyapa lidah para pengunjung. Saya memesan wedang uwuh dengan gula batu
plus bolu emprit, ini kue yang mengingatkan dan membuat pikiran saya
melayang kembali kemasa kecil. Bolu emprit itu makanan khas tempo doeloe
selain "unthuk-unthuk cacing". Makanan itu sekarang sepertinya tidak ada
lagi, jarang ada di suguhan khas lebaran. Nah, saat saya memesannya, serasa
beromantisme ke masa lalu. Membuat hati saya tersenyum kembali teringat
kebahagiaan cerita masa kecil tempo doeloe.

Saat menikmati suguhan itu, Mbak Maria, salah satu crew Roemah Pelantjong
menemani dan menjelaskan beragam hal tentang Roemah Pelantjong, filosofi,
beserta produk-produknya. Roemah Pelantjong berangkat dari filosofi orang
Jogja "Alon-Alon Waton Kelakon" alias pelan-pelan yang penting kesampaian.
Filosofi ini tentu bukan mengajarkan kita untuk "lelet" tapi sebuah ajaran
untuk melatih kesabaran, mengajarkan gaya hidup yang penuh perhitungan
untuk mencapai sebuah tujuan. Dan, Roemah Pelantjong punya cita untuk
mempopulerkan narasi besar "Jogja Slowly Asia" Kota yang memberikan
inspirasi selaras dengan gaya hidup diatas. Tentu untuk sebuah kehidupan
yang lebih baik setelahnya.

Dalam perkembangan bisnisnya, filosfofi itu mewujud dalam beragam produk
seperti pada minuman "Slow Tea" kaos-kaos bertema "Slowly" atau angkringan,
dengan mekanisme memasak air dengan arang (angklo) dengan minuman plus gula
batu dengan irama pelan, tidak langsung larut kayak gula pasir. Tak
ketinggalan, Mbak Maria juga tak keberatan memperagakan bagaimana menyeduh
dan membuat "Slow Tea" dengan benar. Sebuah demo yang mengasyikkan.
Begitulah sedikit gambaran tentang "Roemah Palantjong". Tak sekedar rumah
wisata, tapi juga keramahan crew yang ada didalamnya. Saya pribadi begitu
terkesan dengan tempat ini.

Nah, bagi man teman yang misalnya sudah rada bosen dengan malioboro yang
kalau lebaran dan hari libur selalu penuh sesak, ada baiknya sempatkan
berkunjung ke Roemah Pelantjong ini. Oh ya, tempat ini juga oke buat
misalnya kopi darat dengan teman-teman dekat, gathering penulis atau
kegiatan seni lainnya. Oke, sementara ini dulu cerita saya. Sampai ketemu
pada cerita-cerita selanjutnya. (Yons Achmad)

http://penakayu.blogspot.com
http://wasathon.com
http://kanetmedia.com

Tidak ada komentar: