Senin, 17 September 2012

[daarut-tauhiid] Islam Tidak Anti Kekerasan

Islam Tidak Anti Kekerasan

*Oleh: Wildan Hasan*

Seringkali kita mendengar ungkapan bahwa Islam anti kekerasan, seiring
terjadinya berbagai aksi-aksi kekerasan akhir-akhir ini di tanah air yang
entah kenapa dituduhkan kepada Islam. Islam anti kekerasan adalah sebuah
ungkapan apologetik yang menyesatkan saat dijadikan pembelaan bahwa Islam
sebagai *way of life* tidak mengajarkan kekerasan. Benarkah?

Keras atau kekerasan itu sifatnya *fithriyyah* (manusiawi) sebagaimana
lembut juga adalah fitrah. Hal yang menjadi tabiat dasar manusia yang tidak
bisa dan tidak boleh dihilangkan melainkan harus diarahkan dan diberdayakan
untuk tujuan kebajikan.

Oleh karena kekerasan adalah manusiawi, maka barangsiapa yang melarang
seseorang berbuat kekerasan maka telah melakukan pelanggaran terhadap hak
asasi manusia. Kekerasan tidak lagi manusiawi ketika dilakukan secara
berlebihan, sebagaimana juga dengan kelembutan atau kedamaian.

Di dalam Islam, 'berlebihan' dikenal dengan istilah *tatharruf*. Tatharruf
adalah setiap aktifitas yang dilakukan tidak sesuai dengan proporsinya.
Dalam literatur fikih Islam seringkali terdapat penggunaan kalimat *ifrath*dan
*tafrith* yaitu upaya berlebihan dalam bermudah-mudah dan berlebihan dalam
mempersulit.

Islam adalah agama yang proporsional tidak berat sebelah dan sesuai dengan
sifat-sifat dasar kemanusiaan, sehingga Islam disebut juga agama fitrah.
Artinya jika seseorang tidak berislam berarti ia melawaan hakikat
kemanusiaannya. Dengan demikian 'berlebihan' bertentangan dengan ruh agama,
berlebihan sering dibahasakan dengan istilah ekstrim. Ekstrimisme inilah
yang dalam bahasa Islam disebut dengan tatharruf.

Kekerasan tidak lagi manusiawi ketika dilakukan secara berlebihan,
sebagaimana juga dengan kelembutan atau kedamaian.

Setiap hal yang berlebihan atau ekstrim pasti tidak baik, termasuk dalam
persoalan-persoalan kebaikan sekalipun. Sebagai contoh, kecintaan kita
kepada Allah harus proporsional sesuai dengan yang diajarkan di dalam
Al-Qur'an dan Sunnah. Jika tidak, bisa jadi kita menggambarkan Allah
sebagai sosok konkrit yang real ada di hadapan kita. Maka jadilah
sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat jahiliyyah sebelum
Rasulullah *shallallaahu
'alaihi wasallam* diutus.

Oleh karena itu Allah *Subhanahu wa Ta'ala *sangat tidak menyukai hal-hal
yang berlebihan, sebagaimana yang ditegaskan-Nya dalam banyak ayat
Al-Qur'an. Diantaranya:

*æóÞóÇÊöáõæÇ Ýöí ÓóÈöíáö Çááøóåö ÇáøóÐöíäó íõÞóÇÊöáõæäóßõãú æóáóÇ
ÊóÚúÊóÏõæÇ Åöäøó Çááøóåó áóÇ íõÍöÈøõ ÇáúãõÚúÊóÏöíäó*

"*Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi
jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.*" (QS. Al-Baqarah: 190)

Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan berperang (melakukan kekerasan),
namun dengan syarat harus tetap di jalan Allah yang diterjemahkan dalam
bentuk perang yang tidak melebihi batas. Perang yang tetap menghormati
hak-hak kemanusiaan. Perang yang tidak seperti perang bar-barnya kaum
selain Islam. Perang yang memang menjadi salah satu Sunnatullah yang harus
dijalani saat keadaan mengharuskan demikian. Perang yang beradab dengan
pemenuhan terhadap syarat dan rukunnya. Inilah perang dalam Islam.

Oleh karena itu problemnya bukan pada persoalan kekerasannya. Tapi pada
penempatan kekerasan tersebut. Sebagai agama fitrah, Islam jelas mengadopsi
'kekerasan' sebagai salah satu manhaj dakwah. Namun Islam menempatkan
kekerasan pada proporsi yang sebenarnya. Sebab secara manusiawi, tidak
semua persoalan kehidupan hanya bisa diselesaikan oleh kelembutan semata.

Sebagai agama fitrah, Islam jelas mengadopsi 'kekerasan' sebagai salah satu
manhaj dakwah. Namun Islam menempatkan kekerasan pada proporsi yang
sebenarnya. Sebab secara manusiawi, tidak semua persoalan kehidupan hanya
bisa diselesaikan oleh kelembutan semata.

Kekerasan fisik yang salah satu bentuknya adalah perang (qital) diakui
secara syar'I oleh Islam sebagai hukum qhat'i dengan bertebarannya ayat
maupun hadits yang melegitimasinya.

Islam sebagai agama beradab sangat menghormati fitrah manusia saat
mengakomodir 'kekerasan' yang dengan secara ketat melakukan
pembatasan-pembatasan demi penghormatan terhadap hak asasi manusia tersebut.

Dalam peperangan, agar tetap di Jalan Allah dan tidak melebihi batas, Islam
melarang umatnya untuk; membunuh orang yang tidak terlibat langsung dengan
peperangan seperti membunuh perempuan dan anak-anak, atau membunuh yang
sedang beribadah. Islam juga melarang merusak pepohonan, tempat-tempat
ibadah, fasilitas umum dan mencincang mayat. Islam juga mengharuskan
sebelum terjadi peperangan terlebih dahulu ditawarkan kepada pihak musuh 3
hal; masuk Islam, membayar jizyah (pajak) atau berperang. Dan Islam sangat
menekankan untuk lebih berharap perdamaian daripada terjadinya peperangan
saat tiga tawaran itu diajukan.

Itulah yang dimaksud bahwa Allah tidak menyukai hal-hal yang berlebihan
sekalipun dalam situasi peperangan. Maka jika perang dalam Islam dikaitkan
dengan kekerasan sebagai aktifitas yang abnormal, biadab, barbar dan
destruktif. Lalu apakah kita juga akan menyebut Rasulullah *shallallaahu
'alaihi wasallam *dan para sahabat sebagai bidab dan barbar disebabkan
melakukan peperangan?

Padahal sejarah dunia mencatat, Rasulullah *shallallaahu 'alaihi
wasallam *menegur
sahabatnya yang membunuh musuh saat mengucapkan syahadat. Jenderal besar
Khalid bin Walid membiarkan kemahnya tidak dibongkar saat peperangan karena
diatasnya ada burung yang sedang bersarang dan penunggang kuda ulung
sahabat Rasulullah *shallallaahu 'alaihi wasallam *bernama Abu Qatadah
memberikan air wudhunya ketika seekor kucing menghampiri berharap minum. Di
luar itu semua ada sebuah adagium di antara para ahli sejarah dan politikus
dunia bahwa seringkali peperangan dibutuhkan untuk mencapai kedamaian.
Tidak akan ada perdamaian jika tidak ada peperangan.

Sebagai perbandingan, jika hanya Islam yang dituduh pelaku 'kekerasan'.
Silahkan buka-bukalah catatan sejarah kelam Yahudi dan Kristen, niscaya
bulu kuduk anda akan merinding seolah bukan manusia yang melakukan
keganasan itu semua melainkan segerombolan serigala lapar dalam setiap
babak sejarahnya. Sampai abad yang diklaim sebagai abad modern, abad milik
mereka ini, siapakah yang saat ini sangat hoby berperang dan menumpahkan
darah?

Adapun teks-teks syariat yang dijadikan legitimasi perang (jihad) tidak
pada tempatnya, pelakunya adalah oknum. Oknum akan senatiasa ada pada
setiap agama dan kelompok masyarakat. Sehingga ekstrimitas dalam Islam
tidak bisa dipakai untuk menjudge bahwa Islam agama yang keliru, terlebih
jika yang dipersalahkan adalah konsep jihad dalam Islam.

Terkait hal itu, jika dilihat melalui perspektif teori konspirasi terlihat
jelas bahwa gembar-gembor ungkapan Islam anti kekerasan diproduksi oleh
musuh-musuh Islam yang menginginkan konsep jihad dalam Islam tereduksi atau
paling tidak ada reinterpretasi yang sesuai dengan selera mereka.

JIHAD adalah syariat Islam yang paling ditakuti oleh musuh-musuhnya. Mereka
berusaha membuat persepsi yang salah tentang jihad sebagai suatu kejahatan
karena mengandung kekerasan. . .

*Ala kulli hal*, kita tahu betul bahwa JIHAD adalah syariat Islam yang
paling ditakuti oleh musuh-musuhnya. Perjalanan sejarah membuktikan, mereka
tidak pernah menang melawan jihadnya umat Islam. Lalu mereka membuat
mempersepsikan Jihad sebagai kejahatan karena mengandung 'kekerasan'
sehingga diharap umat Islam mengenyampingkan JIHAD sebagai sesuatu yan
diwajibkan. Dan menanglah mereka tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga.
Maka dalam arti yang sebenarnya, *ISLAM TIDAK ANTI KEKERASAN*. Wallahu
a'lam (PurWD/voa-islam.com)

http://www.voa-islam.com/islamia/liberalism/2010/08/20/9368/islam-tidak-anti-kekerasan/


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: