Rabu, 07 Juli 2010

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3123

Messages In This Digest (3 Messages)

1.
(no subject) From: indra purnama
2.
(Inspirasi) "Kapan Batu-Batu ini akan Menjadi Madu ?!!" From: ~ Made Teddy Artiana ~
3.
Anakku lima puluh tahun mendatang From: interaktif

Messages

1.

(no subject)

Posted by: "indra purnama" indrakun@yahoo.com   indrakun

Tue Jul 6, 2010 11:26 pm (PDT)





2.

(Inspirasi) "Kapan Batu-Batu ini akan Menjadi Madu ?!!"

Posted by: "~ Made Teddy Artiana ~" made.t.artiana@gmail.com

Wed Jul 7, 2010 3:03 am (PDT)



*"Kapan Batu-Batu ini akan Menjadi Madu ?!!"*

oleh Made Teddy Artiana

* *

* *

Tersebutlah seorang guru yang tengah mengadakan perjalanan dengan
murid-muridnya ke sebuah gunung. Ia memerintahkan para murid untuk membawa
batu. Ukuran batu diserahkan pada kesanggupan masing-masing murid. Perintah
yang sedikit membingungkan ini ditaati dengan beragam oleh mereka. Alhasil
batu yang mereka bawapun jadi sama sekali berbeda.

Murid yang agak bodoh namun taat, menyusahkan diri dengan membawa batu yang
cukup besar. Pokoknya : aku dengar- aku taat, begitu pikir mereka. Sedangkan
mereka yang merasa diri lebih cerdas, memilih membawa batu kegenggaman
tangan, lengkap dengan semboyan : tulus seperti merpati, cerdik seperti
ular. Sisanya, kaum kritis dan pesimis, memasukkan kerikil kedalam kantung
mereka. Yang penting khan batu ?

Setelah melalui perjalanan panjang yang cukup melelahkan, akhirnya merekapun
tiba dipuncak gunung. Lalu segera setelah itu. "Bim Salabim ! Abrakadabra
!!!". Sang Guru pun mengubah batu-batu yang dibawa oleh murid-muridnya itu
menjadi madu. Madu hutan yang begitu manis dan menyegarkan.

Beberapa hari kemudian, perjalanan yang sama pun berulang. Sang Guru
menyuruh mereka mendaki gunung yang sama, kali ini Sang Guru akan menyusul
kemudian.

Belajar dari sebuah pengalaman, sebagian besar para muridpun memutuskan
untuk membawa batu sebesar-besarnya. Kali ini tidak ada yang membawa batu
segenggaman, apalagi kerikil dalam kantung. Namun aneh, murid-murid yang
bodoh, tidak membawa secuil pasirpun.

"Kok nggak bawa ?", tanya murid yang lain pada mereka.

"Habis, nggak disuruh", jawab kelompok yang bodoh.

"Awas ya, jangan minta !", timpal yang lain dengan senyum sinis.

Merekapun tiba dipuncak gunung. Setelah tiba disana, beberapa jam kemudian,
Guru merekapun tiba. Sang Gurupun menyuruh para murid beristirahat sejenak,
untuk kemudian melanjutkan perjalanan turun gunung dan kembali kerumah
masing-masing.

Maka batu-batu besar itu tetap tinggal sebagai batu besar. Tidak ada madu,
batu tetap batu. Menyakitkan bahu, memegalkan pinggang, membuat lutut
gemetar, bibir menggerutu, serta menguras keringat dan nafas.

Segala kesuksesan dan pencapaian, kerap kali membanggakan dan membuat
manusia lupa diri, begitu juga dengan diri ku pribadi. Hingga suatu saat
seorang tua bijaksana namun nyentrik dan kaya raya, membisikkan wejangan
ini padaku.

"Made, Anda lihat semua ini ? Seluruh pabrik, deretan mobil jaguar, super
market ternama, berhektar-hektar tanah dan properti mewah. Semua kekayaan
ini adalah pemberian.. Kerja keras, kecerdasan, ide-ide brilian dan
keseluruhan yang orang namakan sebagai sebuah kesuksesan, bukanlah faktor
penentu semua itu. Semua ini adalah sebuah pemberian dari NYA"

Apa ???!! Pemberian ? Yang bener aja !!

Baru saja orang tua itu bicara soal bagaimana ia terpaksa harus menjadi
tukang batu untuk memberikan sepiring nasi untuk istrinya. Lalu betapa
susahnya menjajakan telur, hasil ayam-ayam piaraannya, dari pintu-kepintu
kepada para ekspatriat di Kemang sana. Kemudian tentang beberapa pelajaran
dan kerugian yang harus ia tanggung, sebelum akhirnya kembali bangkit dan
mengerjakan segala sesuatu dengan lebih berilmu. Dan sekarang beliau
menyimpulkan semua ini adalah sebuah pemberian ???!!

Sebuah bahan renungan yang pantas untuk dikontemplasikan. Memang seringkali
tangga kedewasan yang lebih tinggi akan menertawakan kekerdilan yang kita
lakukan ditangga-tangga terbawah.

Apakah penambahan harta akan membawa bertambahnya kebahagiaan ?

Apakah seluruh pengejaran akan kesuksesan akan membawa ketentraman lahir
bathin ?

Apakah ketenaran akan membawa kedekatan dann keteduhan dalam rumah tangga ?

Apakah kesibukan dan kerja keras akan membawa kesehatan ?

Sejak saat itu paradigma kesuksesan, keterkenalan dan kekayaan yang ku
miliki mengalami revolusi luar biasa. Titik-titik beratnyapun berpindah
tempat sedemikian rupa. Sehingga ide dasar yang dikatakan oleh orang tua
itupun terkuak semakin jelas untuk dipahami.

Bahwa memang benar segala rejeki, kemuliaan dan harta yang berkah adalah
pemberian dari NYA. Manusia sama sekali tidak pantas membusungkan dada akan
segala yang ia miliki karena itu semua diijinkan mendekat dan kita miliki.
Bahkan jika saat ini masih ada pelukan sayang yang teduh dari suami, istri,
anak, ibu dan ayah, yang dapat kita rasakan adalah juga merupakan sebuah
pemberian dari NYA

Dengan begitu, hidup ini akan menjadi serangkaian perjalanan yang begitu
mengasyikkan ditemani Sang Pencipta, bukan sebuah pendakian gunung yang
traumatis dan menegangkan, dengan memikul batu besar yang begitu berat
dipundak. (*)

warm regards,

Made Teddy Artiana
fotografer & penulis
3.

Anakku lima puluh tahun mendatang

Posted by: "interaktif" diifaa_03@yahoo.com   diifaa_03

Wed Jul 7, 2010 3:04 am (PDT)





Kemarin habis baca artikel Faudzil Adzim yang berjudul
“anakku 50 tahun mendatang”,

Sebuah artikel dua halaman itu di buka dengan paragraf yang
begitu menggugah “Lima puluh tahun yang akan datang, anak â€" anak kita mungkin
sedang mengendalikan dunia dan memenuhi hatinya dengan dzikir kepada Allah.
Mungkin kita sudah mati dan jasad kita dikubur entah dimana; atau sedang tua
renta sehingga harus berpegang tongkat untuk berjalan; atau sedang menjemput
syahid di jalan Allah di hari yang sama dengan hari ketika kita bertemu
sekarang dan jam yang sama dengan jam saat kita berbincang; atau kita sedang
menunggu kematian datang dengan kebaikan yang besar dan bukan keburukan.
Allahumma amin …”

Aku jadi ingat dengan murid - muridku dan kelak benih yang
akan terlahir dari rahimku, dan tak lama kemudian mata ini berderai, tak bosan
paragraph awal itu aku baca berulang â€"ulang secara perlahan. Memang indah sekali
jika itu akan terwujud pada generasi mendatang. Di beberapa paragraph
berikutnya dituliskan “ Anak â€" anak kita yang di siang hari akan bekerja
seperti singa kelaparan bukan karena menumpuk harta demi kepentingan dirinya
tetapi dia bekerja keras sebagai kewajiban manusia untuk hidup di dunia,
sedangkan di malam harinya  berderai air
matanya dan berdzikir menghabiskan malamnya. Anak â€" anak kita bertebaran dimuka
bumi ini. meninggikan kalimat Allah, menyeru kepada kebenaran dengan cara yang
baik, saling mengingat kan untuk menjauhi kemungkaran dan mengimani Allah
dengan benar. Tangannya mengendalikan kehidupan, tetapi hatinya merindukan
kematian.” Indah bukan mimpi itu.

Subhannallah indah sekali, apalagi di zaman sekarang ini,
betapa sulitnya mendidik anak, dengan perkembangan zaman yang begitu pesat dan
sangat menghawatirkan, arus globalisasi, perkembangan teknologi apalagi
tontonan televisi yang tidak bermutu banyak memberi dampak negatif, begitu
cepat berpengaruh kepada anak, malu sebenarnya bicara seperti ini karena aku
belum lagi punya anak apalagi menikah, tetapi di sini aku hanya ingin
menyuarakan resah yang semoga nantinya bisa menginspirasi orang lain untuk
merenungkan kembali, agar bisa memberikan pendidikan terbaik untuk putra â€"
putrinya.

Maka sebagai orang tua atau calon orang tua terutama ibu
haruslah pintar, berwawasan luas dan terus belajar. Saya tidak sependapat bahwa
untuk apa wanita sekolah tinggi toh nanti akan ke dapur juga, apalagi jika
kemudian tidak berkarir, itu bukanlah alasan, karena apapun itu al
ummu madrasatun al ula, wanita adalah madrasah pertama bagi putranya, dia
yang akan membentuk karakter dan cara berfikir satu generasi dibelakangnya. dia
yang akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan anaknya karena ibulah
yang  akan banyak berinteraksi dengan
anak-anaknya, tetapi bukan berarti suami tidak punya peran di sini karena
kelembutan suami terhadap istri juga akan sangat berpengaruh terhadap kejiwaan
istri dan keduanya saling melengkapi, ditambah lagi keteladanan dari keduanya
sangat diperlukan untuk mendidik putra putri kita.

"Anak-anak itu
memang dapat belajar dari cerita-cerita tentang orang-orang jujur dan saleh,
tetapi cerita-cerita itu tidak dapat membesarkan seorang anak menjadi anak yang
jujur walaupun cerita-cerita itu berasal dari Al-Quran dan Hadis. ...Seorang
anak lebih memperhatikan perbuatan orangtuanya daripada kata-kata mereka.”
IBRAHIM AMINI

Aku tidak bisa membayangkan betapa indah dunia jika kelak
anak â€" anak / murid â€" murid kita akan manjadi manusia â€"manusia yang memberi bobot
lailahaillallah pada bumi ini. tetapi
tak juga lupa untuk gigih bekerja karena mengharap setiap tetes keringatnya
dapat menjadi pembuka jalan ke surga.
salamWIwik Hafidzoh

http://diifaa.multiply.com

Recent Activity
Visit Your Group
Stay on top

of your group

activity with

Yahoo! Toolbar

Drive Traffic

Sponsored Search

can help increase

your site traffic.

Group Charity

California Pet

Rescue: Furry

Friends Rescue

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

Tidak ada komentar: