Selasa, 28 September 2010

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3202

Messages In This Digest (5 Messages)

Messages

1.1.

Re: Salam kenal

Posted by: "ira andriana" ira.katili1@gmail.com

Mon Sep 27, 2010 9:24 am (PDT)



Ass. Semuanya saya anggota baru di sekolah kehidupan ini salam kenal buat
semua saya ira semoga bergabung dengan sekolah kehidupan ini bisa bermanfaat
bagiku dan kehidupanku

On 2010 9 27 17:19, "kelongpajaga@yahoo.co.id" <kelongpajaga@yahoo.co.id>
wrote:

Salam kenal juga. Kita sama sama pembaca setia. Kalau aku malah set di Hp
sehingga postingan sekolah ini seperti baca sms saja

-----Original Message-----
From: Mimin
Sent: 27/09/2010, 11:47 AM
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups...

Wa'alaikumsalam Wr. Wb.
Salam kenal ya Jeng
Jadi inget teman SMP yang namanya Ajeng juga

Wah 2 tahu...

2a.

Re: (catcil) Pesan Pak Sinang Di Milad ESka ke-4 (Bikin Malu Hati)

Posted by: "batikmania" batikmania@yahoo.com   batikmania

Mon Sep 27, 2010 9:24 am (PDT)



Malu hati... malu hati...!
Masih belum beranjak ke mana-mana. Masih asyik-asyik aja nulis di blog sana-sini, ikut lomba nulis ini-itu, tapi jarang posting di milis. Walaupun baca berita di milis sih, selalu disempatkan, bela-belain lewat HP kapan saja sempatnya, walaupun kemampuan HP terbatas.
Kalau lihat beberapa teman yang konsisten, hmh... beneran, malu hati...!! Blog posting di-release ulang di sini, nggak ada salahnya kan ya? Cuma saya kadang suka kurang Pe-De, merasa tulisan-tulisan saya di blog kurang relevan dengan visi-misi SK. Atau... mungkin lebih sering merasa sok sibuk aja hingga tidak menyempatkan nulis untuk milis (padahal tinggal copy-paste aja dari blog kan ya?)
Kali ini, lagi penat dengan kesibukan sekolah. Deadline pemrosesan nilai rapor anak-anak tinggal beberapa hari lagi, sementara masih banyak juga target nulis dan mimpi-mimpi yang ingin dicapai. Re-charge semangat dulu ah di milis ini.
Lihat teman-teman yang sudah nerbitin buku (lagi!), yang tulisannya di-share di milis ini, dan terasa makin 'matang', justru karena mendapat banyak input, wah... ini sih energi sirik (bukan syirik ya) yang harus ditransformasikan jadi sesuatu yang positif. Yuk ah, semangat lagi, beraktivitas kembali di milis SK.
btw... (duh... malu hati lagi nih), salah satu posting-an saya lolos ke 25 besar lomba blog depok. Jika berkenan, silakan kujungi batikmania dot blogspot dot com, tepatnya postingan tentang Depok, Sebuah Kota Dengan Tangan Terbuka. http://batikmania. blogspot. com/2010/09/ depok-sebuah-kota-dengan-tangan-terbuka. html
Sedang mengasah kemampuan menulis lagi. Silakan dikomentari sesukanya. Hmm... terutama teman-teman di seputaran Jabodetabek kali ya? ;)
Yuk ah, semangat lagi!!!
Wassalaam

Diah Utami
batikmania dot blogspot/blogdetik/wordpress dot com ;)

In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Siwi LH <siuhik@...> wrote:
>
> Pesan-pesan Pak Sinang Pada Milad Eska Ke Empat
>
> Maaf beribu maaf bila pesan-pesan Pak Sinang yang saya janjikan kemaren baru terposting sekarang, baru inget pula sudah menjanjikan hal ini. Pesan itu saya rasakan sarat makna sehingga menurut hemat saya perlu disharekan kepada seluruh Eskaers :
>
> Sebenarnya banyak poin penting yang disampaikan pak Sinang saat memberikan Pesan dan Kesan sesudah menerima LPJ dari kepengurusan Eska yang lama, namun setelah peras otak ternyata hanya ada 5 poin yang bisa saya saring, maklum itu karena faktor “U” kata Pak Suhadi J. Monggo silahkan disimak, boleh dikomentari juga….
> 1 1. Saat itu semua yang hadir diminta berdiri dan beliau berkata, “ Kira-kira dengan berdiri begini kita bisa ngeliat apa yang ada dibelakang kita nggak” semua kompak menjawab “Tidakkk!” Berarti Eska harus maju terus! Tidak lagi menoleh kebelakang. Beliau tak ingin lagi mendengar Eska yang dulu begini, Eska dulu begitu, sekarang harus fokus untuk maju kedepan! Tak ada lagi keluhan milis sepi, milis rame kalau ada lomba-lomba, kalau ada even-even penting lainnya dan sebagainya, semua harus keluar dari hatinya sendiri. Mau membuat Milis rame, mau membuat milis maju semua kembalikan ke hati masing-masing. (nonjok dah!)
>
> 2. 2. Yang kedua dan tak kalah pentingnya, Pak Sinang sendiri secara pribadi masih mengakui banyak yang masih mencintai Eska. Ruh cinta itu masih terjaga Semua masih concern dengan Eska, namun ternyata ada yang terlupa. Dulu Eska bermula di milis namun seiring perkembangan jaman, tool-nya yang berubah. Sebagai contoh saat selesai kopdaran di Jakarta, di Senayan tepatnya, semua berkomitmen menulis lagi di milis. Namun yang terjadi adalah milis rame beberapa hari, setelah itu sepi lagi, ternyata ramenya pindah ke lapak Fesbuk, foto-fotonya di sharing di lapak itu. Hmm…fenomena seperti itu harus ikut dicermati bila Eska mau maju terus. Toolsnya harus dipikirkan lagi, karena perkembangan jaman. (Go…Eska …Go!..)
>
> 3. 3. Eska harus ada sepanjang masa. Rasanya itu bukan mimpi mustahil bila kita saling menggenapkan cinta. Selalu ada jalan setiap ada kemauan. Eska harus keluar dari figur, Eska harus besar karena Eska bermanfaat, ada sesuatu nilai yang bisa kita ambil dari Eska, bukan karena figur seseorang. Dan berkali-kali Pak Sinang mengingatkan untuk tidak menoleh kebelakang. Buku dibelakang kita harus ditutup, memulai langkah baru, semangat baru, wawasan baru. (Hidup Eska!...)
>
> 4. 4. Pak Sinang menceritakan bahwa beliau terharu bahwa tulisan-tulisan di Eska ternyata dibaca juga oleh teman-teman yang di Rusia, Ternyata Eska juga mendunia. Bisa dibaca siapapun, dan rata-rata respon mereka terhadap tulisan-tulisan di website Eska mendapat apresiasi positif, bahkan tak sedikit yang menginspirasi mereka.
> Jadi jangan buku oriented, karena menulis bukan sekedar gengsi bisa nerbitin buku, menulis ya menulis, selama tulisan itu bermanfaat dan menginspirasi tak perlu ada pamrih. Sehingga baik dibuat buku atau tidak sudah kurang penting lagi, karena esensi tulisan adalah dibaca, dipahami, mudah-mudahan bermanfaat.
> Maka dimanapun tulisan itu akan tetap menjadi mutiara, baik diwadahi di milis, di website, atau dimanapun. Syukur-syukur memang bila menghasilkan tapi bukankah ‘bukan itu’ esensi sebuah tulisan? (mohon maaf poin 5 ini agak berbau opini hehehehe).
> Saya yakin masih banyak yang belum terekam disini tentang pesan-pesan Pak Sinang di Milad kemaren, barangkali ada temen-temen yang nambahi kekurangan-kekurangan itu, saya persilahkan.
> Kurang lebihnya saya mohon maaf karena bila penafsiran saya tentang pesan Pak Sinang ada yang salah, itu semua murni dari bahasa saya, jadi harap dimaklumkan.
> Terima kasih semoga bisa menambah spirit kita di Eska.
>
> Salam Hebat Penuh Berkah
> Siwi LH
> cahayabintang. wordpress.com
> siu-elha. blogspot.com
> YM : siuhik
>

3.

Teknik Motivasi - Macro Motivation dan Micro Motivation

Posted by: "Ikhwan Sopa" ikhwan.sopa@gmail.com   ikhwansopa

Mon Sep 27, 2010 8:29 pm (PDT)



Dear all,

Dalam rangka menulis sebuah buku motivasi dan pengembangan diri, saya
belajar keras meneladani para pembicara dan penulis motivasi, tentang
bagaimana cara mereka menyampaikan materinya.

Selama ini, kita mengenal ada dua macam pembicara motivasi terkait dengan
teknik-teknik motivasinya:

1. Ada pembicara motivasi yang mengambil jalur "inspirational speaker"
seperti yang ditempuh Pak Jamil Azzaini yang dengan tegas membranding diri
sebagai Inspirator SuksesMulia.

Ciri dari gaya ini adalah banyaknya mereka menggunakan pendekatan metafora,
indirect command, permainan emosi, dan story telling.

Keindahan mereka ada pada kemampuan mereka dalam menyiratkan sesuatu secara
halus dan bisa langsung masuk ke wilayah bawah sadar - kita tahu, bawah
sadar punya dominasi kuat pada sikap dan perilaku.

2. Ada pembicara motivasi yang kita kenal dengan sebutan "motivational
speaker". Saya cukup yakin bahwa sebagian besar pembicara motivasi dan para
trainer adalah termasuk kelompok ini.

Ciri dari gaya ini adalah positioning mereka yang lebih banyak menjadi
pendorong semangat dengan pendekatan-pendekatan logis dan masuk akal, atau
dengan pendekatan direct command.

Keindahan mereka terletak pada kemampuan mereka untuk mempengaruhi orang
lain untuk teryakinkan atau melakukan sebuah tindakan.

Saya menemukan, bahwa lebih jauh lagi dari kedua hal di atas, fenomena
budaya Indonesia dan sekaligus fenomena Bahasa Indonesia, ternyata memberi
peluang lebih luas dan lebih dalam terkait dengan teknik-teknik motivasi
yang mungkin kita kembangkan di negeri ini.

Saya menyederhanakannya dengan dua pendekatan:

1. Macro Motivation

Yaitu sebuah model pendekatan teknik motivasi, yang berfokus pada gambaran
besar suatu topik motivasional. Seorang pembicara motivasi yang berbicara
tentang "Kita Pasti Bisa", akan mengeksplorasi segala hal di seputar topik
itu, dalam rangka mempersuasi pembaca atau audiencenya untuk mengadopsi
sebuah keyakinan atau mengambil tindakan. Dalam pendekatan ini, yang
cenderung praktis, sang pembicara motivasi tidak terlalu memperhatikan
bagaimana ia menggunakan kata-kata dan sistematikanya, melainkan hanya
berfokus pada hasil akhirnya yaitu audience yang teryakinkan untuk mengambil
tindakan. Rata-rata pembicara motivasi bergerak di wilayah ini.

Keindahan gaya ini terletak pada pergeseran massive yang diciptakan,
setidaknya di ruang kelas, dari audience yang seperti menjadi orang lain dan
berbeda antara pagi hari ketika mereka memasuki kelas dan sore hari ketika
mereka meninggalkan ruangan.

2. Micro Motivation

Yaitu sebuah model pendekatan teknik motivasi, yang berfokus tidak hanya
pada gambaran besar topik, melainkan juga mempertimbangkan berbagai detil
bahkan sampai yang terkecil. Bukan tidak mungkin, sang pembicara motivasi
dalam hal ini, melakukan riset yang mendalam tentang alternatif-alternatif
proyeksi dampak dari berbagai cara penyampaian materi.

Keindahan gaya ini, adalah pada kemampuan pembicara motivasi itu sendiri
dalam menggiring audience atau pembaca memasuki sebuah state, dan dengan
handalnya mereka dipertahankan tetap berada di sana secara asosiatif. Selain
itu, pembicara motivasi yang demikian sangat piawai dalam meng-utilisasi
berbagai konsep paling mendasar di dalam dunia motivasi, yang terus mereka
pertahankan di sepanjang sesinya, melalui disain yang apik.

Saya punya dua contoh yang menarik tentang model ini. Dua contoh itu adalah
dua orang pembicara motivasi yang sangat luar biasa. Saya pribadi belum
pernah belajar langsung kepada mereka, saya hanya baru belajar dari
kata-kata mereka yang saya dengar atau saya baca.

Yang pertama adalah Kang Zen alias Nunu Zainul Fuad, yang selalu dan selalu
memperhatikan rhyme di dalam materi-materi motivasinya. Rhyme adalah
keindahan bunyi dari kata-kata, yang secara hipnotik membuat orang sangat
menikmati iramanya, sehingga tidak punya kesempatan untuk melakukan
"penolakan" terhadap isi dari materi. Pendekatan ini mirip dengan teknik
metafora dan story telling yang punya dampak sama; jalur bebas hambatan
melewati RAS dan langsung menuju ke wilayah bawah sadar.

Yang kedua, tentu saja Pak Mario Teguh, yang tak bisa dipungkiri menjadi
salah satu yang terbaik saat ini. Saya cukup detil mengobservasi beliau demi
pembelajaran saya, dan saya sharing sedikit di sini.

Pak Mario sangat super dalam memperhatikan dampak dari SETIAP kata-kata.
Saya yakin beliau punya metodologi riset untuk yang satu ini. Kata-kata yang
meluncur dari mulutnya, selalu berdampak pada hal-hal berikut ini:

- Menggiring audience atau pendengar memasuki sebuah state terkait konsep
motivasi.
- Membuat audience atau pendengar terbuai dengan keindahan rhyme dan ritme
dari kata-katanya.
- Mampu mempertahankan state itu di sepanjang sesi motivasinya.
- Mempu tetap menyuntikkan berbagai konsep dasar motivasi yang sebenarnya
tidak langsung berhubungan dengan topik yang sedang di sampaikan,
topik-topik mendasar yang menjadi keyakinan dasar setiap orang.

Contoh yang paling sederhana adalah seperti yang berikut ini.

Kita sangat terbiasa menggunakan pasangan kata-kata seperti "kekurangan" dan
"kelebihan".

Pak Mario Teguh menggunakannya dengan berorientasi pada micro motivation.

Menggunakan pasangan kata itu, Pak Mario akan menyampaikannya begini:

"Kekurangan" dan "Pelebihan"

Dengan cara seperti di atas, inilah yang bisa saya amati:

- Kedua kata itu menjadikan konsep dasar motivasi "the power of contrast" -
sebagai bagian dari teknik persuasi, menjadi lebih kuat.

- Di dalam kedua pasangan yang digunakan itu, makin menonjolkan konsep dasar
motivasi "sabar, syukur, menerima" terimplikasi di dalamnya, dan secara
tidak langsung berkonotasi dengan "kebaikan" dan "kepantasan" - dua kata
yang menjadi favorit beliau.

- Kata "kekurangan" terasosiasi sebagai sesuatu yang melekat pada diri
sendiri, dan kata "pelebihan" terasosiasi sebagai sesuatu yang diberikan
oleh pihak lain, yaitu Tuhan. Di sinilah, permainan state beliau menjadi
sangat luar biasa, terlepas dari segala kontroversi tentang tata bahasa.

Menarik bukan?

Ruang lain untuk diskusi topik ini ada di sini:

http://www.facebook.com/topic.php?uid=259039765215&topic=16072

Semoga bermanfaat.

Ikhwan Sopa
Master Trainer E.D.A.N.
http://milis-bicara.blogspot.com
4.

[cerpen] Senandung Sumbang Bis Kota

Posted by: "Ain Nisa Oktarinda" jurnalcahaya@yahoo.com   jurnalcahaya

Mon Sep 27, 2010 9:57 pm (PDT)



mohon kritik dan sarannya yaaa

 
 
Senandung Sumbang Bis Kota
 
Tiga jam terjebak kemacetan dalam kopaja sungguh menyebalkan, saat tiba-tiba rekan kerja Dinar berujar, ”Naik angkutan umum membuat perasaanmu lebih peka ya?” Dinar mendesis. Rasanya pengap sang malam tidak cocok untuk bersikap peka.
 
Namun ia tidak salah. Ragam orang yang dijumpai di angkutan umum Jakarta, sungguh tak terkira. Jika berangkat pagi-pagi atau nyaris habis shubuh, mungkin pedagang sayur yang terkantuk-kantuk di ujung bangku dekat jendela. Jika berangkat sekitar jam 6 dan 8, karyawan-karyawati berbaju rapi siap berdesak-desakan menuju kantor bersamaan dengan jam berangkat anak sekolah. Kadang malah berbekal baju ganti sebab sampai kantor, kemeja mereka beraroma asap rokok dan keringat.
 
Seperti sore hari ini, ketika angkutan umum dipenuhi gurat lelah orang-orang pulang mencari nafkah. Beberapa dari mereka tertidur, beberapa lagi menatap kosong ke arah jalan, menekuri masalah-masalah yang bergelimpangan di pikiran.
 
”Kau lihat saja wanita yang kuncir kuda itu. Terkantuk-kantuk ia sambil berdiri.” tunjuk temanku. Dinar melongok sedikit. Ah ya, kasihan memang wanita muda itu, keluhnya dalam batin.
 
Juga malang yang bicara ketika lahir niat-niat jahat diantara segelintir pekerja keras ini, memanfaatkan tidak mawasnya penumpang sebagai peluang penghasilan tambahan.
 
Beberapa dari mereka lolos, gembira membawa dompet sang mangsa. Beberapa dari mereka bernasib malang karena diteriaki ”Copet.” kemudian dibakar massa. Hati-hati, kadang ketika mereka diteriaki, mereka balas menunjuk sembarang orang sebagai copetnya. Tak heran korban sering salah sasaran.
 
Bis kota itu selalu hutan tak bertuan. Jangan pernah lengah. 
 
***
 
Namun sebagai manusia tentu saja Dinda pernah lengah. Materi-materi skripsi yang seakan tak berujung itu memadati benak sampai seakan segalanya tampak statis. Lalu Dinda berjalan dengan santai. Itu jam 4 sore.
 
Para pekerja belum pulang dari kantornya. Jalan pun sepi. Kendaraan leluasa hilir mudik, angkutan umum bebas nge-tem dimana-mana. Begitu pun dengan yang ia naiki. Tidak seperti biasanya dimana ia sering berdecak kesal pada sang supir yang menyetir lambat, kali ini ia diam saja. Menikmati pemandangan dan udara segar. Ia sudah tak seberapa jauh dari rumahnya.
 
”Teman saya ditusuk kemarin disini sama perempuan berjilbab,” seorang laki-laki bertubuh besar di hadapannya berujar kepada remaja-laki-laki yang mengangguk gugup. ”Saya sedang mau cari siapa perempuan itu.” hardiknya lagi galak. Tatapan lega bukan kepalang memenuhi mata remaja itu sembari ia mengetuk langit-langit mobil dan menyuruh supir menepi. Ia sudah sampai. Tersenyum sopan, ia turun.
 
Laki-laki besar berewokan itu kini beralih kepadanya.
 
”Bukan anda kan?” tuduhnya tiba-tiba.
 
Dinda mengerenyit. Apa maksudnya dia? Tak pernah dalam hidupnya ia disangka menusuk orang.
 
”Ya nggak lah pak.” Sahutnya berani.
 
”Mana tas kamu sini saya periksa! Jangan-jangan kamu bawa pisau. Kalau benar kamu, saya tusuk kamu” lelaki itu sontak merenggut tas Dinda. Melirik ke sekitar, Dinda tak sadar mereka tinggal bertiga di dalam mobil. Laki-laki itu dan temannya, serta ia. Perempuan sendirian.
 
Si supir melirik hati-hati dari kaca spion.    
 
“Maklum mbak, namanya kan hati-hati.” Ujar teman sang lelaki berewokan yang duduk di kiri Dinda. Sempat menoleh sebentar, Dinda segera mengalihkan tatapannya lagi pada tas nya yang sedang dirogoh-rogoh. Tak berani menarik balik. Sementara angkutan umum tetap berjalan dengan kecepatan sedang.
 
“Nih tasnya, nggak ada.” Tas itu dilemparkan kembali kepadanya.
 
“Ya iyalah! Ngapain saya bawa-bawa senjata tajam.” Hardik Dinda. Kesal ia.
 
“Turun sini ya, biar saya yang bayar.” Kata laki-laki itu tadi, dalam hitungan detik, Dinda merasa lengannya ditarik dan ia dipaksa turun. Tak kuasa melawan ia pun menurut. Turun demi keselamatan, pikirnya.
 
Begitu kaki menjejak aspal, Dinda buru-buru melongok ke dalam tas.
 
Benar saja.
 
Telepon genggamnya hilang.
 
***
 
Senin, 1997.
 
Seorang Ibu dua anak masih berumur di awal 40, sedang semangat-semangatnya bekerja. Setiap hari ia bangun jam empat pagi untuk membuatkan sarapan suami dan anak-anaknya, lalu siap-siap berangkat. Jam masuk kantornya jam 8.
 
Dari rumah ke sebuah komplek sekitar 5 KM dari rumah, ia naik angkutan umum kecil. Dimana ia bilang sering bertemu salah satu sahabat SMP anaknya yang pertama. Mereka saling mengangguk ramah, atau jika dekat, mengobrol sedikit tentang kesibukan.
 
Ada tiga angkutan umum yang harus ia tumpangi. Pertama, dari depan gerbang perumahan ke sebuah supermarket. Dari supermarket itu ia akan meneruskan ke arah terminal besar di tengah kota. Yang terakhir adalah angkutan dari terminal ke persis depan kantornya.
 
Ia sering mengeluh tentang padatnya bis-bis itu, terutama trayek supermarket-terminal. Karena semua pekerja sepertinya menuju kesana, mencari nafkah di tengah kota. Sering sang Ibu terpaksa berdiri dalam perjalanan pulang-pergi. Meninggalkan bekas berupa tonjolan urat-urat biru dari kaki yang varises.
 
Di pagi hari yang biasa-biasa saja ia kembali menjalani rutinitas. Berangkat pagi, naik bis pertama, dan kedua. Di bis kedua ia bertemu dengan anak-anak SMA. Sekolah mereka persis sebelah terminal dan Mall. Tiga orang siswa, dua perempuan dan satu laki-laki. Itu adalah satu pagi yang damai. Sejuk, karena malamnya habis hujan.
 
Namun seketika suara kaca pecah terdengar.
 
Supir bis sontak menoleh ke belakang.
 
Siswi-siswi tadi berteriak-teriak minta tolong.
 
Sinar mata di tujuh penumpang lainnya, termasuk sang Ibu,mulai menyala panik. Bukan karena tidak terbiasa dengan situasi itu. Mereka tahu SMA dekat terminal ini rajin tawuran. Sudah terkenal sejak satu dekade yang lalu. Mereka juga tahu adu bantam pelajar belasan tahun ini sering berbuah mayat. Mereka hanya tak pernah berpikir menjadi bagian darinya.
 
Sampai sang Ibu melihat ke arah siswa laki-laki.
 
Matanya bersimbah darah. Satu lensa kacamatanya pecah dan melukai bola matanya yang berwarna hitam pekat. Ternyata lemparan batu dari luar tadi ditujukan kepadanya, tepat sasaran.
 
”Dia nggak ikut tawuran! Dia nggak pernah ikut tawuran!!” pekik siswi yang membaringkan siswa itu ke pangkuannya karena ia sudah lemas, tak mampu berdiri. Hanya tangan kanannya yang masih menutupi mata luka.
 
Darah tak berhenti mengalir sampai kemeja putihnya lepek. Siswi satunya tak mampu menatap kedua temannya, mukanya putih memucat. Gemetar ia berpegangan pada tiang bis. Matanya sudah basah, sebentar lagi pasti menangis.
 
”Terminal!terminal!”
 
Kenek berteriak seakan tak terjadi apa-apa. Para karyawan buru-buru turun. Ingin segera keluar dan melupakan peristiwa itu. Ingin segera bercerita dengan seru bahwa mereka adalah bagian dari kisah tragis bak film-film hollywood. Sang Ibu juga ingin segera turun, ia tak ingin terlibat di sana.
 
Namun bagaimana nasib anak laki-laki itu?
 
Ia bisa saja baru masuk SMA ini. Berprestasi. Mungkin atlit sekolah. Mungkin ia adalah anak pertama yang sangat diunggulkan â€" atau bahkan anak tunggal. Mungkin ia baru jadian dengan gadis pujaannya. Mungkin ini hari pertamanya masuk setelah sakit sekian lama. Mungkin. Dan kini ia terbaring sekarat, tampak akan kehabisan darah.
 
Ibu merogoh semua tissue yang ia punya. Ia sodorkan ke siswi yang memangku, yang rok abu-abunya juga sudah berganti warna menjadi merah.
 
”Makasih bu, makasih” anak cantik itu berterima kasih dalam segukannya.
 
Ibu cepat-cepat melangkah turun. Sekarang sudah jam setengah 8, jam kantor setengah jam lagi. Uang transportnya akan dipotong Rp.75.000 jika ia terlambat.
 
Tangannya masih gemetar. Seorang anak tampak kehabisan darah dan yang bisa kau lakukan cuma memberi seplastik tissu? Nuraninya menggugat, dan tak terjawab.
 
”Mampus lo!” terdengar seruan dari luar. Sekelibat tampak seragam putih abu-abu bergerombol, tertawa-tawa. Sang Ibu menoleh, menatap nanar ke anak-anak itu.
 
Anak-anak yang sedang memasukkan baju ke dalam celana panjangnya, dan siap bersekolah. Terkekeh-kekeh pada guru jaga yang memandang mereka hanya sebagai berandal cilik.
 
Bukan pria-pria yang nyaris membunuh.
 
***
 
Wanita berkuncir kuda termenung di sebuah ceruk bernama Kopaja. Namanya Olga.
 
Ia dulu diantar-jemput oleh suaminya setiap hari, walaupun hanya naik kijang tuanya. Sering olga merengut karena mobil itu sering mogok, namun Burhanuddin, sang suami, tidak pernah balas mengomel. Biasanya ia hanya tersenyum lelah lalu menepi. Membuka kap mobil. Jika ia merasa bisa membetulkannya, maka dalam waktu 15 menit mesin akan kembali merongrong. Namun jika tidak, ia siap memanggil montir langganannya.
 
”Masih untung kita ada kendaraan.” itu saja yang bisa Burhanuddin. katakan, menepuk bahu istrinya.
 
Malu. Itu yang sering ia keluhkan pada suaminya. Pernah kijang itu ngadat saat pulang dari reuni SMA Olga. Di parkiran pula! Disaksikan oleh teman-teman lamanya, yang akhirnya bantu mendorong agar mobil cepat jalan. Olga mengoceh terus dalam perjalanan pulang. Minta ganti mobil baru. Ia berharap Burhanuddin jadi termotivasi dan lebih giat bekerja. Namun yang dituju hanya tersenyum kecut.
 
Kalau suaminya telat menjemput, ia marah.
Kalau suaminya telat bangun, dan karenanya, telat berangkat, ia lebih marah.
Kalau suaminya ke bengkel merawat mobil, ia iringi dengan sungut-sungut.
Kalau...ah,
Kalau saja suaminya masih ada.
 
Olga menyeka pipinya yang basah oleh keringat. Kopaja yang merayap â€" jika tidak bisa dikatakan nyaris berhenti selama 3 jam â€" menyekapnya tanpa ampun. Padahal ini sudah jam 8 malam. Nanar ia memandang volvo tua di luar jendela. Pasangan suami istri yang ada disana, seperti ia dan mas-nya dulu. Iri, ia sangat iri. Sekarang ia berdiri penuh peluh. Kemejanya lepek. Rambut berminyak. Badannya bau dan lengket. Kakinya nyaris kram. Matanya terkantuk-kantuk akibat kurang tidur.
 
Dan tempatnya pulang ini hanya berupa kontrakan sempit di Lebak Bulus dengan aliran air yang pelit. Ia pasti tak bisa langsung mandi. Harus menampungnya dulu di bak minimal 2 jam.
 
Kijang itu sudah entah kemana. Dijual untuk biaya sekolah Rini, anak tunggal mereka. Burhanuddin sudah jadi almarhum bulan lalu. Sakit lever, itu kata dokter. Kecapekan, sambung si dokter lagi.
 
Mobil tak terbeli, kau pun pergi. Perih batin Olga berbisik.
 
Matanya berkaca-kaca.
 
***
 
”Bagaimana bisa tidak peka?” Dinar berbalik tanya dengan retoris.
 
Tak ada jawaban.
 
”Tapi ya, orang biasa kayak kita begini bisa apa?!” kali ini nadanya pasrah, menoleh ke arah rekan kerjanya.
 
Yang dicari sudah tidak ada. Berganti mbak berkuncir kuda yang tadi ditunjuknya. Ia menghela nafas panjang. Mengusap dahinya yang basah. Melihat Dinar, Ia tersenyum sopan.
 
”Masnya ngasih saya duduk, mbak.” jelasnya takut-takut. Mungkin disangkanya ia pacar, atau suaminya. Dinar balas mengangguk kikuk. Tak beberapa lama, wanita itu sudah tertidur lagi. Iba melihat gurat menua di wajahnya. Padahal sepertinya ia belum berumur 30.
 
Dinar menengadah mencari wajah rekan kerjanya.
 
Itu dia. Sedang nyengir. Bangga.
 
***
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Airin Nisa
owner
www.saungherbalamanah.multiply.com
Online Herbal Store | Retail & Grosir
FB : saung herbal

5a.

Re: Bls: [sekolah-kehidupan] Art-Living Sos 2010 (A-9  Daun Musim Gu

Posted by: "prita hw" prita_hw@yahoo.com   prita_hw

Tue Sep 28, 2010 12:53 am (PDT)



makasih telah berbagi bu Itje, tulisannya begitu inspiratif..sampai sy terkesima
menikmati setiap kata dan kalimatnya...sederhana namun mengena..
kadang dlm kehidupan yg serba instan ini, banyak dari kita yg sdh tak peduli lg
dgbu:)n gerak alam, termasuk daun2 yg ada di sekitar kita...
kita pikir, itu benda mati, dan manusia saja yg hidup...begitu ironi...padahal,
kalau hari lagi terik dan kita butuh tempat berteduh, kita akan mencari mereka,
kumpulan daun2,,pohon !

salam semangat bu:)

-Jabat eratku-
Prita HW.
085236009575 / 087851729070
www.pritahw.multiply.com

________________________________
From: Teha Sugiyo <kembangpring049@yahoo.co.id>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 27, 2010 14:45:07
Subject: Bls: [sekolah-kehidupan] Art-Living Sos 2010 (A-9 Daun Musim Gugur

Benar Bu Itje, Daun ibarat siklus kehidupan manusia. Semasih kita merasa hijau,
kita akan terus bertumbuh, namun jika kita sudah merasa kekuning-kuningan dan
coklat, itu pertana sebentar lagi kita akan gugur...Analogi yang indah!
Saya juga teringat akan Wing Kardjo yang mengumpulkan puisinya dalam antologi
dan diberi judul "Selembar Daun". Dalam salah satu tulisan cerita anak-anak,
yang diterbitkan tahun 90-an, saya juga menuliskan tentang: "Kisah Selembar
Daun". Memang, daun itu inspiratif dan sekaligus imajinatif. Trima kasih Bu
Itje!

--- Pada Sen, 27/9/10, IETJE SRI UMIYATI GUNTUR <ietje_guntur@bca.co.id>
menulis:

>Dari: IETJE SRI UMIYATI GUNTUR <ietje_guntur@bca.co.id>
>Judul: [sekolah-kehidupan] Art-Living Sos 2010 (A-9 Daun Musim Gugur
>Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, indokarlmay@yahoogroups.com,
>PsikologiUnpad@yahoogroups.com
>Tanggal: Senin, 27 September, 2010, 2:00 AM
>
>
>
>
>Dear Allz....
>Apakabar di hari Minggu ini ? Hehe...asyiiikkk yaaa....libur-libur...bisa
>beristirahat...bisa berkumpul bersama keluarga...atau berkumpul dengan
>teman-teman...atau saatnya merenungi perjalanan selama seminggu...
>Hari Minggu atau hari libur selain untuk mengistirahatkan tubuh, seyogyanya juga
>kita dapat mengistirahatkan jiwa...merenung...melihat ke dalam...mengajak diri
>kita berbincang dan bercakap-cakap...hehe...Aneh, ya...??? Kenapa mesti aneh ?
>Kita bisa ngobrol berjam-jam dengan orang lain, yang notabene jauh dari
>jangkauan kita. Tapi kenapa kita tidak pernah, atau enggan ngobrol dengan diri
>kita sendiri, yang begitu dekat ?
>Padahal kalau kita mau, kita bisa ngobrol dengan diri kita...memahami
>keadaannya, mengakomodasi kebutuhannya. Tidak hanya kebutuhan fisik seperti
>menanyakan kepada jantung, apakah dia baik-baik saja di situ, apakah detaknya
>sesuai dengan peraturan. Juga bertanya kepada usus dan lambung, apakah dia tidak
>menderita ketika kita jejali dengan berbagai bahan makanan yang indah dilihat,
>enak di lidah, tapi membuat lambung harus bekerja ekstra keras.
>Oya...pernahkah kita juga bertanya kepada batin kita, kepada pikiran kita,
>kepada emosi kita : apakah dia sedang senang atau sedih, apakah dia sedang
>memikul beban emosi karena benci dan marah, apakah dia memelihara seekor dendam
>yang selalu menyalak dan membuat batin kita menjadi bising ?
>Oke...oke...tenaaaangg...di hari yang indah dan ceria ini memang saatnya kita
>kembali kepada diri sendiri. Kembali menengok atau membezuk diri. Mengakomodasi
>body, mind and soul kita...
>Jadi...untuk hidangan di hari yang indah dan ceria ini saya hanya ingin cerita
>sedikiiiiiit saja. Cerita tentang daun. Iya, daun...hehehe...boleh, kan ?
>Selamat menikmati...semoga berkenan....
>Selamat menikmati hari Minggu, yaaaa...
>Jakarta, 26 September 2010
>Salam sayang,
>
>Ietje S. Guntur
>
>♥♥♥
>
>Art-Living Sos 2010 (A-9
>IDE :Minggu, 26 September 2010
>Start : 26/09/2010 7:10:29
>Finish : 26/09/2010 8:20:56
>
>
>DAUN MUSIM GUGUR
>
>
>Hari libur. Saya sedang membereskan buku-buku catatan lama. Ada catatan yang
>sedang saya butuhkan. Dan biasanya itu saya tulis di dalam secarik kertas, atau
>di dalam buku bloknote yang sering saya bawa kemana-mana. Iya...walaupun
>sekarang sudah jamannya komputer, laptop, handphone, Ipad dan sebagainya, tapi
>saya lebih nyaman menulis sebaris dua baris ide di atas sehelai kertas di dalam
>buku catatan kecil itu...hehe...kayaknya ada emosi yang lebih dalam di sana.
>
>Setelah bongkar sana bongkar sini dan menjelajah beberapa tas kerja yang penuh
>berisi segala harta karun doraemon, saya menemukan buku catatan lama tadi.
>Cari-cari...eeeeh...ketemu deh tulisan kecilnya. Syukur alhamdulillah...idenya
>masih klop dengan kondisi sekarang. Dan eeeeh...apa lagi ini ? Sehelai daun
>tiba-tiba jatuh dari salah satu lembarannya. Daun berjari lima, yang warnanya
>hijau agak kekuningan.
>
>Saya tertegun. Sejenak hati saya berdebar. Itu daun maple. Daun maple pertama
>yang saya lihat seumur hidup. Ketika saya dalam perjalanan ke Negeri Utara
>beberapa tahun lalu. Hmm....kenangan membuncah. Daun itu adalah daun maple yang
>gugur di awal musim panas...belum terlalu kuning...karena saya memungutnya
>terlalu cepat. Saya membolak-balik daun maple itu. Daun yang indah...dan
>inspiratif. Daun yang tahu, kapan dia harus tumbuh hijau, dan kapan dia harus
>gugur ke bumi....
>
>♥
>
>Saya tersenyum.
>
>Urusan daun di dalam lembaran buku catatan atau buku pelajaran sekolah bukan
>yang pertama kali saya lakukan. Semasa masih kecil, sejak di Sekolah Dasar, saya
>gemar memetik daun-daun yang beraneka bentuk lalu menyimpannya di antara
>lembar-lembar buku. Bahkan kadang-kadang tanaman semak yang masih kecil saya
>cabut dari tanah, untuk melihat komposisi sebuah tanaman yang lengkap dari daun
>hingga akarnya.
>
>Kebiasaan mengumpulkan daun-daun dan menyelipkannya di dalam lembar catatan
>terus berlanjut hingga saya di SMP, SMA bahkan setelah kuliah di perguruan
>tinggi. Dalam setiap perjalanan saya ke berbagai tempat, saya selalu tertarik
>melihat daun-daun yang berbeda dari tempat tinggal saya. Ada daun yang agak
>lebar, ada daun yang kecil-kecil. Beberapa jenis daun itu saya ketahui nama
>pohonnya, tetapi kebanyakan tidak. Jadi saya hanya menyimpannya, dan menuliskan
>di mana saya mendapatkan daun itu. Sekedar catatan, bahwa saya pernah ke satu
>tempat, untuk kenang-kenangan perjalanan...hehe...
>
>Beberapa tahun kemudian, kala saya iseng seperti sekarang, kadang-kadang daun
>yang sudah gepeng dan kering itu muncul lagi. Seperti memberi peringatan,
>seperti seorang sahabat lama yang terlupakan, dan ingatan saya pun kembali ke
>saat saya mengumpulkan daun-daun itu. Kadang saya memungutnya ketika ia sedang
>berguguran...kadang saya memetiknya sambil minta ijin kepada pohonnnya (
>biasanya saya berbisik begini ,” maaf, ya...daunmu aku petik, untuk koleksi dan
>kenangan...terima kasih , Pohon...). Lalu dengan hati-hati saya akan
>menyimpannya, untuk kelak dikumpulkan dengan koleksi daun-daun lain yang sudah
>saya miliki.
>
>♥
>
>Ingat daun yang berguguran di Negeri Utara, saya jadi ingat daun-daun yang juga
>berguguran di sepanjang perjalanan saya saat masih kecil di Medan, saat saya
>kuliah di Bandung, dan saat saya bekerja di kawasan jalan Sudirman Jakarta. Dari
>semua daun-daun yang saya temukan, saya paling tertarik dengan daun pohon
>mahoni.
>
>Daun pohon mahoni ini seperti memiliki siklus tersendiri, yang berbeda dengan
>daun-daun tanaman tropis lainnya. Dari pengamatan saya, pohon mahoni seperti
>tahu, kapan dia harus menggugurkan seluruh daun secara bersamaan di satu pohon,
>kapan mereka tumbuh bersemai kembali, dan kapan mereka akan tumbuh matang
>bersama-sama. Pada saat daun-daun mahoni mengering dan berguguran ditiup angin,
>saya sering tertegun memandangnya. Daun-daun itu seperti menari-nari di udara,
>berputar-putar dengan gembira, sebelum akhirnya terseret-seret di tanah dan diam
>menanti angin untuk beterbangan lagi.
>
>Semasa masih kanak-kanak dulu, kami â€" saya dan sahabat-sahabat , akan berlarian
>di bawah pohon mahoni lalu berusaha menangkap daun-daun yang berjatuhan sebelum
>mendarat di tanah. Rasanya senang sekali bila kita mendapatkan daun yang masih
>utuh. Itu sebuah prestasi, karena untuk menjangkau daun mahoni langsung dari
>tangkainya agak sulit. Pohon mahoni umumnya tinggi-tinggi, dan sulit untuk
>dipanjat begitu saja. Daun-daun mahoni ( dan kadang buahnya) akan menjadi
>koleksi istimewa di dalam buku catatan kami. Tidak heran, kalau buku tulis dan
>buku berhitung saya jaman SD dulu penuh dengan koleksi daun dan
>juga...hmmh...bulu ayam. Eeeh, tapi koleksi bulu ayam kan sudah saya ceritakan
>dalam episode kemoceng...hehe...
>
>Ketika saya kuliah di Bandung, daun-daun mahoni yang berguguran di jalan-jalan
>Bandung Utara mengingatkan saya akan masa kecil yang penuh semangat dan
>kegembiraan. Daun-daun itu seperti membisikkan keceriaan dan semangat yang sama
>pula. Membuat saya seperti ada di dekat rumah. Tempat saya akan kembali suatu
>hari nanti. Kemalasan dan keengganan yang kadang menggandol di dalam hati,
>mendadak akan bergolak penuh semangat ketika kenangan itu menyeruak seperti
>percik-percik air.
>
>Begitu pula, ketika saya sudah bekerja di Jakarta. Melihat daun-daun pohon
>mahoni di Jalan Sudirman yang selalu berganti warna...hijau pupus yang muda,
>kemudian hijau yang lebih matang, berubah menjadi hijau tua, lalu hijau tua
>kehitaman karena polusi jalan raya...dan terakhir ketika daun-daunnya
>berguguran adalah pemandangan yang sangat menarik dan inspiratif. Tidak jarang
>saya pun berhenti sejenak, melihat daun-daun yang berganti warna, dan menyesap
>semangat yang selalu muncul dari daun-daun yang beterbangan bersama angin.
>
>♥
>
>Melihat keindahan daun, melihat keceriaan daun, melihat daun-daun yang
>berguguran...saya sering merenung.
>
>Daun ibarat siklus kehidupan manusia.
>
>Ada daun yang masih hijau dan muda, ketika mereka dengan malu-malu membuka
>helai-helainya untuk disentuh sinar matahari. Ada daun yang lebih matang
>warnanya, ketika mereka telah berfungsi sebagai dapur tanaman yang
>bermetabolisme mengolah masakan dan memberi makan seluruh organ pohon, dan ada
>saatnya ketika daun-daun itu mulai mengering...lalu gugur ke tanah pada saat
>dihembus angin. Di tanah pun daun-daun ini tidak diam begitu saja. Banyak
>daun-daun pohon justru ditunggu ketika mereka sudah jatuh ke tanah, untuk
>kemudian dikumpulkan dan dimanfaatkan menjadi pupuk organik...pupuk alamiah.
>Untuk memberi kehidupan dan meningkatkan kesehatan tanaman generasi
>berikutnya....
>
>Begitulah daun. Setiap saat dari hidupnya selalu bermanfaat. Tidak pernah ada
>satu masa pun dari sehelai daun yang tidak berguna . Tidak ada satu waktu pun
>dari daun yang tidak memberikan semangat. Daun selalu gembira. Pada saat hujan
>dia membuka mulutnya lebar-lebar sehingga seluruh pohon akan menikmati
>tetes-tetes air yang menyegarkan. Saat matahari terik, dia bekerja giat mengolah
>masakannya. Ketika senja turun dan malam memeluk sang waktu, dia pun menutup
>mulut daunnya, beristirahat agar proses metabolisme dilanjutkan oleh bagian
>pohon yang lain.
>
>Mengamati sehelai daun di dalam lipatan buku catatan harian saya, membuat saya
>menundukkan kepala .
>
>Bila daun pun memahami kapan mereka harus tetap berada di tangkainya, kapan
>harus meneduhi pohon dan orang-orang yang lewat di bawahnya, kapan harus gugur
>serta kembali ke asalnya dan bercampur dengan tanah menjadi pupuk....Bagaimana
>dengan kita ?
>
>Sudah siapkah kita menjadi daun-daun kehidupan...yang walaupun suatu saat akan
>gugur pada musimnya, tapi tetap bermanfaat selamanya...
>
>♥
>
>Jakarta, 26 September 2010
>
>Salam selembut daun....
>
>Ietje S. Guntur
>
>Special note:
>Terima kasih untuk sahabat-sahabat perjalananku...Neno, Koko, Mb Nuki, Mb
>Hapti....perjalanan ke Utara sangat inspiratif...Juga sahabat masa kanak-kanakku
>yang selalu ceria dan inspiratif...Ana, Tiar, Donti, Butet, Cicik, Yul, Evi,
>Ira, Eva Rabita, Ningsih, Nina, De’i, Erna, Dahlia....thanks sudah menjadi
>bagian perjalanan daun kehidupan yang hijau dan penuh semangat...
>
>
>
>
>
________________________________
:BCA:

Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Drive Traffic

Sponsored Search

can help increase

your site traffic.

Group Charity

Be the Change

A citizen movement

to change the world

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.


Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.

Tidak ada komentar: