Senin, 27 September 2010

[daarut-tauhiid] Peradaban Dunia Tanpa Petunjuk Allah (oleh Ihsan Tandjung)

 


Peradaban Dunia Tanpa Petunjuk Allah (oleh Ihsan Tandjung)

 

 

فَتَلَقَÙ`Ù‰ آدَمُ مِنÙ'
رَبِÙ`هِ كَلِمَاتٍ
فَتَابَ عَلَيÙ'هِ إِنَÙ`هُ
هُوَ التَÙ`ÙˆÙŽÙ`ابُ
الرَÙ`حِيمُ قُلÙ'نَا
اهÙ'بِطُوا مِنÙ'هَا
جَمِيعًا فَإِمَÙ`ا
ÙŠÙŽØ£Ù'تِيَنَÙ`كُمÙ' مِنِÙ`ÙŠ
هُدًى فَمَنÙ' تَبِعَ
هُدَايَ فَلا خَوÙ'فٌ
عَلَيÙ'هِمÙ' وَلا هُمÙ'
ÙŠÙŽØ­Ù'زَنُونَ وَالَÙ`ذِينَ
كَفَرُوا ÙˆÙŽÙƒÙŽØ°ÙŽÙ`بُوا
بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ
أَصÙ'حَابُ النَÙ`ارِ هُمÙ'
فِيهَا خَالِدُونَ

 

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Rabbnya, maka Allah
menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang. Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian
jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti
petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak
(pula) mereka bersedih hati". Adapun orang-orang yang kafir dan
mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya. (QS Al-Baqarah 37-39)

 

Di dalam ayat di atas Allah swt memberikan suatu prinsip hidup yang
sangat fundamental. "Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka
barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran
atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".

 

Allah swt menegaskan bahwa barangsiapa hidup di dunia berlandaskan
petunjuk dan arahan yang Allah berikan, niscaya mereka tidak akan
khawatir dan bersedih hati. Artinya, mereka akan hidup dalam kebaikan
dan kebahagiaan. Dan bila Allah swt menyatakan demikian, tidak mungkin
tidak pasti menjadi kenyataan. Dan kenyataan tersebut tidak hanya
bersifat sementara, melainkan selamanya alias abadi. Tidak saja kebaikan
dan kebahagiaan di dunia fana tetapi juga meliputi alam akhirat yang
kekal abadi.

 

Siapapun yang berakal sehat dan berhati nurani pasti akan menyambutnya
dengan baik. Dan mengingat bahwa jaminan tersebut memiliki syarat, maka
iapun akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi syaratnya. Walaupun
syarat itu berat, namun karena jaminannya begitu menggiurkan dan berasal
dari fihak yang dia yakini kredibilitasnya, tentu dia siap
menghadapinya.

 

Apakah syaratnya? Allah swt berfirman:

 

فَمَنÙ' تَبِعَ هُدَايَ

 

"...maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku,"

 

Allah mensyaratkan manusia untuk mengikuti petunjukNya bila datang
kepada mereka. Bagaimana petunjuk itu datang kepada manusia? Yaitu,
melalui para kurir resmi yang diutusnya bernama para Nabiyullah dan
Rasulullah 'alahimus-salam. Dan dalam sejarah dunia Allah telah
mengutus banyak sekali rangkaian Nabi dan RasulNya 'alahimus-salam.
Dan kita yang hidup dewasa ini bahkan hidup di masa Allah telah mengirim
Nabi dan RasulNya yang terakhir alias Nabi Akhir Zaman yakni Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau adalah penutup para
Nabi dan petunjuk yang diterima dari Allah swt dan disampaikannya kepada
ummat manusia merupakan petunjuk terakhir yang Allah wahyukan, yakni
Kitabullah Al-Qur'anul Karim. Maka sangatlah pantas bila Allah swt
menjamin bahwa petunjukNya yang terakhir ini merupakan petunjuk yang
otentitas-nya (keasliannya) tidak akan mengalami kontaminasi.
Al-Qur'an bakal terpelihara hingga hari Kiamat.

 

إِنَÙ`ا Ù†ÙŽØ­Ù'نُ نَزَÙ`Ù„Ù'نَا
الذِÙ`ÙƒÙ'رَ وَإِنَÙ`ا لَهُ
لَحَافِظُونَ

 

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya." (QS Al-Hijr 9)

 

Berbeda dengan berbagai Nabi dan RasulNya yang diutus sebelum Nabi
terakhir, maka mereka menerima petunjuk yang belum final dan tidak
dijamin otentitasnya terpelihara. Sehingga petunjuk Allah swt yang
mereka terima hanya berlaku bagi kaum yang mereka hidup bersamanya dan
di masa mereka hadir di dunia hingga datangnya Nabi dan Rasulullah
berikutnya. Sebab kedatangan para Nabi dan Rasulullah sebelumnya bakal
disempurnakan lebih lanjut dengan kedatangan Nabi dan Rasulullah
berikutnya. Hingga tiba giliran Allah swt mengutus Penutup Para Nabi dan
RasulNya. Oleh karenanya, Al-Quranul Karim Allah wahyukan kepada Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam berfungsi sebagai the Final
Divine Guidance for the Whole of Mankind (Petunjuk Ilahi yang Final bagi
segenap ummat manusia). Menjelang berakhirnya dunia yang fana ini Allah
menyempurnakan petunjukNya kepada ummat manusia dengan diwahyukannya
Kitabullah yang sempurna, final dan komprehensif (lengkap). Dan
diutusnya seorang Nabiyullah yang tidak memimpin kaumnya saja (bangsa
Arab), melainkan menjadi Teladan bagi segenap ummat manusia bahkan
Rahmat bagi semesta alam.

 

لَقَدÙ' كَانَ لَكُمÙ'
فِي رَسُولِ اللَÙ`هِ
أُسÙ'ÙˆÙŽØ©ÙŒ حَسَنَةٌ

 

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu." (QS Al-Ahzab 21)

 

وَمَا أَرÙ'سَلÙ'نَاكَ إِلا
رَحÙ'مَةً لِلÙ'عَالَمِينَ

 

"Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad shallallahu 'alaihi
wa sallam), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS
Al-Anbiya 107)

 

Petunjuk Allah swt untuk ummat manusia telah datang lima belas abad yang
lalu. Diterima dari Allah swt dan disebarkan kepada ummat manusia oleh
Nabi dan RasulNya yang terakhir. Tidak bakal ada lagi Nabi maupun Rasul
yang Allah bakal utus ke muka bumi ini membawa ajaran baru sesudah
diwahyukanNya Al-Qur'anul Karim. Itulah sebabnya Allah swt dengan
terang dan jelas berfirman bahwa petunjukNya ini bukan hanya ekslusif
bagi manusia yang mengaku dirinya muslim, atau kaum yang mengaku dirinya
ummat Islam. Tidak..! Samasekali tidak..!!

 

Ø´ÙŽÙ‡Ù'رُ رَمَضَانَ الَÙ`ذِي
أُنÙ'زِلَ فِيهِ
الÙ'قُرÙ'آنُ هُدًى
لِلنَÙ`اسِ

 

"Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai
petunjuk bagi manusia." (QS Al-Baqarah 185)

 

Inilah ayat yang selalu terdengar oleh kaum muslimin, khususnya di bulan
Ramadhan. Jelas dan terang Allah swt menyatakan bahwa Kitabullah
Al-Quranul Karim merupakan hudal lin-naas (petunjuk bagi manusia). Allah
swt tidak menyatakan bahwa petunjuk tersebut merupakan petunjuk bagi
kalangan manusia tertentu, misalnya hanya bagi orang beriman atau ummat
Islam atau kaum muttaqin semata. Tidak..! Allah swt berfirman bahwa
Kitab Al-Qur'an adalah petunjuk bagi segenap ummat manusia.

 

Memang, ada ayat yang mengkhususkan hubungan Al-Qur'an dengan
kalangan manusia tertentu, yaitu sebagai berikut:

 

ذَلِكَ الÙ'كِتَابُ لا
رَيÙ'بَ فِيهِ هُدًى
لِلÙ'مُتَÙ`قِينَ

 

"Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa."(QS Al-Baqarah 2)

 

Ayat ini tidak menafikan ayat sebelumnya. Ayat ini menegaskan bahwa
Al-Qur'an merupakan petunjuk bagi manusia siapapun dan bagaimanapun
keadaan manusia itu. Adapun bagi kaum muttaqin alias mereka yang
bertakwa maka Al-Qur'an diperlakukan oleh mereka bukan saja sebagai
petunjuk Ilahi, melainkan diikuti tanpa keraguan sedikitpun..! Terserah,
bila manusia lain menafikan, menolak atau mengingkari Al-Qur'an,
namun faktanya ia tetap merupakan petunjuk dari Allah swt bagi segenap
manusia yang akan menghilangkan kekhawatiran dan kesedihan hati manusia
bila mereka mau mengikuti dan menjadikannya sebagai petunjuk jalan bagi
kehidupannya.

 

Demikian pula sebaliknya, Allah swt mengancam siapa saja yang menolak
petunjukNya.

 

وَالَÙ`ذِينَ كَفَرُوا
ÙˆÙŽÙƒÙŽØ°ÙŽÙ`بُوا بِآيَاتِنَا
أُولَئِكَ أَصÙ'حَابُ
النَÙ`ارِ هُمÙ' فِيهَا
خَالِدُونَ

 

Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al-Baqarah 39)

 

Menolak petunjuk Allah swt bisa berupa pengingkaran untuk mengakui bahwa
Kitabullah Al-Qur'an merupakan petunjuk otentik dari Allah swt.
Orang-orang seperti ini jelas-jelas merupakan kaum yang mendapat label
orang-orang yang kafir. Mereka adalah manusia yang setelah diutusnya
Nabi Akhir Zaman tidak mau mengimaninya sebagai Nabiyullah, tidak mau
mengakui bahwa Al-Qur'an merupakan petunjuk dan Kitabullah terakhir
dan tidak bersedia menerima Islam sebagai agama atau dien atau jalan
hidup yang benar.

 

Selain itu, menolak petunjuk Allah swt juga bisa berarti mendustakannya.
Tidak mau mengikutinya padahal mengakuinya sebagai petunjuk dan
Kitabullah. Mereka bisa jadi dari kalangan di luar Islam tetapi mungkin
juga termasuk orang-orang yang mengaku dirinya termasuk kaum muslimin.
Bagi mereka yang bukan muslim kita dapat memaklumi kenapa mereka
mendustakan petunjuk dan Kitabullah ini. Maklumlah, mereka memang bukan
termasuk orang beriman. Inilah orang-orang non-mulsim dari kalangan
manusia modern yang berfaham pluralisme. Mereka memandang semua kitab
suci agama manapun merupakan kitab suci yang patut dihormati dan diakui
sebagai petunjuk dari tuhan. Tetapi jelas mereka tidak bakal bersedia
mengikutinya sebagai petunjuk jalan bagi kehidupannya.

 

Tetapi yang sangat sulit difahami dan banyak menimbulkan masalah ialah
mereka yang di satu sisi mengaku muslim namun di sisi lain tidak
menjadikan Kitabullah sebagai petunjuk jalan bagi kehidupannya. Mereka
mengaku beriman kepada Al-Qur'an sebagai petunjuk dan Kitabullah
terakhir. Tetapi mereka tidak kunjung menjadikannya petunjuk jalan bagi
segenap urusan kehidupannya di dunia. Mereka cenderung memperlakukannya
laksana menu makanan sebuah restoran. Mana yang mereka sukai mereka
ambil dan mana yang mereka tidak berselera kepadanya, mereka tinggalkan.
Padahal Allah swt di dalam petunjukNya berfirman:

 

يَا أَيُÙ`هَا الَÙ`ذِينَ
آمَنُوا ادÙ'خُلُوا فِي
السِÙ`Ù„Ù'مِ كَافَÙ`ةً وَلا
تَتَÙ`بِعُوا خُطُوَاتِ
الشَÙ`ÙŠÙ'طَانِ إِنَÙ`هُ
لَكُمÙ' عَدُوٌÙ` مُبِينٌ

 

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS Al-Baqarah
208)

 

Di dalam ayat di atas Allah swt hanya memberikan dua pilihan. Masuk ke
dalam agama Allah secara totalitas, atau hiduplah menuruti
langkah-langkah syetan...!! Allah swt menyuruh manusia untuk mengikuti
segenap petunjukNya, tanpa pilah-pilih atau -jika tidak- berarti
mengikuti musuh Allah swt, yakni syetan..!!

 

Pengertian mengikuti segenap petunjuk Allah ialah mengelola keseluruhan
urusan hidup ini semata-mata berdasarkan bimbingan wahyu. Apapun lini
kehidupan yang sedang digeluti, maka jalankanlah sesuai prosedur
petunjuk Allah swt. Baik dalam urusan aqidah (keyakinan), syariah (jalan
hidup) maupun ibadah (tata-cara penghambaan diri kepada Allah swt).

 

Di zaman penuh fitnah dewasa ini banyak kaum muslimin yang memandang
urusan mengikuti petunjuk Allah swt hanyalah sebatas urusan ibadah
semata. Mereka sangat sibuk mempelajari ajaran Islam untuk mengamalkan
tata-cara sholat, shaum, bayar zakat, pergi haji dan umroh. Untuk
berbagai urusan ini mereka sangat serius berusaha mengikuti petunjuk
Allah swt. Namun seringkali mereka mengabaikan urusan aqidah. Mereka
tidak bersungguh-sungguh mempelajari dan mengamalkan kalimat Tauhid.
Bahkan masih banyak kaum muslimin yang tidak sadar bahwa jernih-tidaknya
tauhid seseorang berpengaruh kepada diterima-tidaknya berbagai
amal-ibadahnya. Padahal di dalam Kitabullah Al-Qur'an sering sekali
kita jumpai betapa tidak terpisahkannya urusan amal-sholeh seseorang
dengan urusan iman.

 

Ù…ÙŽÙ†Ù' عَمِلَ صَالِحًا
مِنÙ' ذَكَرٍ Ø£ÙŽÙˆÙ'
أُنÙ'Ø«ÙŽÙ‰ وَهُوَ مُؤÙ'مِنٌ
فَلَنُحÙ'يِيَنَÙ`هُ
حَيَاةً طَيِÙ`بَةً
وَلَنَجÙ'زِيَنَÙ`هُمÙ'
أَجÙ'رَهُمÙ' بِأَحÙ'سَنِ مَا
كَانُوا يَعÙ'مَلُونَ

 

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. (QS An-Nahl 97)

 

Artinya, amal seseorang hanya diperhitungkan Allah swt bila dilandasi
iman atau aqidah yang benar. Bila tidak, maka amalnya menjadi sia-sia
belaka..!

 

قُلÙ' Ù‡ÙŽÙ„Ù' نُنَبِÙ`ئُكُمÙ'
بِالأخÙ'سَرِينَ أَعÙ'مَالا
الَÙ`ذِينَ ضَلَÙ`
سَعÙ'يُهُمÙ' فِي
الÙ'حَيَاةِ الدُÙ`Ù†Ù'يَا
وَهُمÙ' ÙŠÙŽØ­Ù'سَبُونَ
Ø£ÙŽÙ†ÙŽÙ`هُمÙ' يُحÙ'سِنُونَ
صُنÙ'عًا أُولَئِكَ
الَÙ`ذِينَ كَفَرُوا
بِآيَاتِ رَبِÙ`هِمÙ'
وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتÙ'
أَعÙ'مَالُهُمÙ' فَلا
نُقِيمُ لَهُمÙ' ÙŠÙŽÙˆÙ'Ù…ÙŽ
الÙ'قِيَامَةِ وَزÙ'نًا

 

Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang
yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa
mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kafir
terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kafir terhadap) perjumpaan dengan
Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu
penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (QS Al-Kahfi 103-105)

 

Betapa masih banyaknya manusia yang mengaku muslim namun tidak peduli
dengan urusan aqidah. Mereka kemudian terjatuh ke dalam lembah
kemusyrikan, takhayul, khurafat, bid'ah dan aneka bentuk
ketergantungan kepada selain Allah swt. Mereka sibuk melakukan berbagai
bentuk ibadah, namun tidak pernah merenungi apakah imannya telah benar,
kokoh dan murni. Mereka sibuk membenahi diri menjadi orang berakhlak
mulia, bermoral dan santun, tetapi mereka tidak sadar bahwa cacatnya
pemahaman Tauhid menyebabkan tidak bernilainya di mata Allah swt segenap
kebaikan dan kesantunannya tersebut.

 

وَالَÙ`ذِينَ كَفَرُوا
أَعÙ'مَالُهُمÙ' كَسَرَابٍ
بِقِيعَةٍ ÙŠÙŽØ­Ù'سَبُهُ
الظَÙ`Ù…Ù'آنُ مَاءً حَتَÙ`Ù‰
إِذَا جَاءَهُ Ù„ÙŽÙ…Ù'
يَجِدÙ'هُ Ø´ÙŽÙŠÙ'ئًا

 

"Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang
dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu
apa pun." (QS An-Nur 39)

 

Di zaman penuh fitnah dewasa ini banyak kaum muslimin yang memandang
urusan mengikuti petunjuk Allah swt hanyalah sebatas urusan ibadah
semata. Mereka tidak menjadikan urusan syariah sebagai perhatian dalam
hidupnya. Padahal urusan ini menyangkut mayoritas waktu dalam
kehidupannya. Sebab urusan syariah atau jalan hidup meliputi begitu
banyak dimensi kehidupan. Dan petunjuk Allah swt mencakup bagaimana
sepatutnya manusia mengelola berbagai urusan kehidupannya. Apakah itu
menyangkut urusan pribadi, keluarga, masyarakat maupun negara bahkan
penataan urusan pada skala global-dunia. Banyak muslim modern menyangka
bahwa karena dewasa ini yang disebut sebagai masyarakat dan negara maju
adalah barat, maka mereka mengelola berbagai urusan ini dengan cara
mengekor kepada mereka. Akhirnya muncullah berbagai bentuk penataan
kehidupan, baik dalam sekali pribadi, keluarga maupun masyarakat dan
negara yang mengikuti petunjuk barat bukan petunjuk Allah swt.

 

Akhirnya kita menyaksikan bagaimana tata kehidupan dalam aspek politik,
ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, hukum, olahraga, kesenian,
teknologi dan sains, militer dan pertahanan keamanan dikelola mengekor
dan copy-paste sepenuhnya kepada perdaban dunia barat. Yang mana inti
dari peradaban barat ialah mendustakan ayat-ayat Allah dan merasa
sombong dan bangga diri akan kehebatan manusia yang tidak perlu
bergantung kepada Allah swt dan petunjukNya. Inilah peradaban dunia yang
tidak mengikuti petunjuk Allah swt..! Padahal masyarakat barat merupakan
masyarakat kaum Yahudi dan Nasrani yang mana Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam telah peringatkan kita agar jangan mengekor kepada
mereka...!

 

قَالَ رَسُولُ اللَÙ`هِ
صَلَÙ`Ù‰ اللَÙ`هُ عَلَيÙ'هِ
وَسَلَÙ`Ù…ÙŽ لَتَتَÙ`بِعُنَÙ`
سَنَنَ الَÙ`ذِينَ مِنÙ'
قَبÙ'لِكُمÙ' شِبÙ'رًا
بِشِبÙ'رٍ وَذِرَاعًا
بِذِرَاعٍ حَتَÙ`Ù‰ Ù„ÙŽÙˆÙ'
دَخَلُوا فِي جُحÙ'رِ
ضَبٍÙ` لَاتَÙ`بَعÙ'تُمُوهُمÙ'
قُلÙ'نَا يَا رَسُولَ
اللَÙ`هِ آلÙ'يَهُودَ
وَالنَÙ`صَارَى قَالَ
فَمَنÙ'

 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh, kalian
benar-benar akan mengikuti tradisi/kebiasaan orang-orang sebelum kalian
sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya
mereka masuk ke dalam lubang biawak-pun kalian pasti akan mengikuti
mereka." Kami bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi
dan Nasrani?" Beliau menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka." (MUSLIM
- 4822)

 

Bukan rahasia lagi bahwa masyarakat barat merupakan kaum Yahudi dan
Nasrani. Mereka mewujudkan sebuah Judeo-Christian Civilization
(peradaban Yahudi-Nasrani). Sungguh ironis menyaksikan bagaimana satu
setengah miliar lebih kaum muslimin sedunia bisa menjadi korban sebuah
peradaban yang terputus dari petunjuk Allah. Bagaimana mungkin suatu
ummat yang memiliki Kitabullah Al-Qur'an yang Allah jamin kebenaran
dan keasliannya dapat diarahkan oleh ummat-ummat yang Kitab Sucinya
–yakni Taurat dan Injil- telah mengalami kontaminasi dan manipulasi
di sana-sini? Bagaimana mungkin suatu ummat yang Allah telah peringatkan
akan bahaya kebanyakan kaum Yahudi dan Nasrani, namun masih saja
bersangka-baik kepada mereka? Menjadikan mereka sebagai konsultan dan
tempat bertanya dalam berbagai perkara kehidupan?

 

ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙ†Ù' تَرÙ'ضَى عَنÙ'ÙƒÙŽ
الÙ'يَهُودُ وَلا
النَÙ`صَارَى حَتَÙ`Ù‰
تَتَÙ`بِعَ مِلَÙ`تَهُمÙ'

 

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga
kamu mengikuti agama mereka." (QS Al-Baqarah 120)

 

Sungguh, kondisi dunia dewasa ini sedang diselimuti badai fitnah,
sehingga kita menyaksikan begitu banyaknya kaum muslimin yang tidak
bersikap kritis terhadap realitas dunia yang berjalan di luar koridor
petunjuk Allah swt. Padahal hakikat berada di atas shirathal mustaqiim
(jalan yang lurus) ialah tatkala segenap urusan dalam hidup berjalan
mengikuti petunjuk Allah swt, baik dalam perkara aqidah, syariah maupun
ibadah. Inilah maksud ungkapan Allah swt di bawah ini:

 

قُلÙ' إِنَÙ` صَلاتِي
وَنُسُكِي ÙˆÙŽÙ…ÙŽØ­Ù'يَايَ
وَمَمَاتِي لِلَÙ`هِ
رَبِÙ` الÙ'عَالَمِينَ لا
شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ
أُمِرÙ'تُ وَأَنَا Ø£ÙŽÙˆÙŽÙ`لُ
الÙ'مُسÙ'لِمِينَ

 

Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian
itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama muslim (menyerahkan diri kepada Allah)". (QS Al-An'aam
162)

 

Petunjuk Allah swt yang terakhir bagi ummat manusia telah datang sejak
lima belas abad yang lalu. Tidakkah sepantasnya kita yang mengaku kaum
muslimin, mukminin dan muttaqiin berdiri di barisan terdepan membimbing
segenap manusia lainnya untuk turut hidup bersama di bawah naungan
petunjuk Allah swt tersebut? Meninggalkan peradaban palsu (baca:
peradaban kafir) dunia modern ini untuk menggantikannya dengan peradaban
mengikuti Petunjuk Allah swt?

 

Bagaimana hal itu akan terjadi, bila kita begitu mudah terprovokasi dan
menjadi marah menyaksikan kaum kafir barat membakar fisik Kitabullah
Al-Qur'an sedangkan kita tidak sedikitpun merasa terganggu padahal
sudah hampir seabad ummat Islam di berbagai negeri muslim mengelola
kehidupannya mengikuti petunjuk kaum kafir barat tersebut dan
mengabaikan bahkan mendustakan Petunjuk Allah swt..?! Masihkah kita
harus heran dan tercengang serta bertanya mengapa kekhawatiran dan
kesedihan hati masih saja mewarnai kehidupan banyak manusia modern
dewasa ini, bukan saja mereka yang jelas-jelas kafir, tetapi banyak di
antaranya adalah saudara-saudara kita kaum muslimin..?? Laa haula wa laa
quwwata illa billah..

 

http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/peradaban-dunia-tanpa-petunjuk-al\
lah.htm

<http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/peradaban-dunia-tanpa-petunjuk-a\
llah.htm
>

9/27/2010 6:01 AM

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: