Senin, 27 September 2010

[daarut-tauhiid] Suami Saya Ditendang Saat Salat

 

INNALILLAAHI WA INNA ILAIHI RAAJIUUN ...!

---------- Forwarded message ----------
From: Koran Digital <korandigital@gmail.com>

"Suami Saya Ditendang Saat Salat"
<http://sg.rd.yahoo.com/sea/news/article/KOMPASlogo/SIG=111k5q3ej/**http%3A%2F%2Fwww.kompas.com%2F>
Kompas - Senin, 27 September
"Suami Saya Ditendang Saat Salat"

MEDAN, KOMPAS.com - Tindakan polisi dalam menangkap para tersangka teroris
seringkali jadi keluhan keluarganya. Kali ini, giliran istri tersangka
Khairul Ghozali yang bersaksi soal kengeriannya ketika aparat menangkap
suaminya.

Kesaksian dengan cara bertutur langsung di bawah bersumber dari tim kuasa
hukum Khairul Ghozali; yakni Adil Akhyar dan Ahmad Sofian SH MA (adik
Khairul Ghozali), serta Dr Ikhwan (kakak Khairul Ghozali).

NAMA saya Kartini Panggabean, kelahiran 20 Februari 1980. Panggilan saya
Cici, anak-anak memanggil saya Ummi. Saya adalah istri dari Ustadz Ghozali,
anak-anak memanggilnya Buya, saya memanggilnya Bang Jali.

Saya tinggal bersama suami saya di di Jalan Bunga Tanjung Gang Sehat, dan
empat anak kami (Umar Shiddiq, Raudah Atika Husna, dan Ahmad Yasin dan
Fathurrahman).

Bang Jali lahir tahun 1963, tamat SD 1971. Kemudian bang Jali Masuk SMP
Muhammadiyah di Sei Sikambing Medan. Bang Jali tidak tamat SMP, berhenti
karena protes terhadap sekolah SMP di Indonesia memakai celana pendek (tidak
menutup aurat). Secara otodidak Bang Jali belajar menulis.

Dia menjadi kolumnis tetap di beberapa surat kabar yang terbit di Medan.
Kemudian Bang Jali ke Malaysia selama 10 tahun. Aktif menjadi wartawan di
majalah Islam.

Tahun 1996-2000 bang Jali pulang ke Indonesia menetap di Medan, dan membuka
kursus komputer, kemudian ke Malaysia lagi pada tahun 2000-2004 bekerja
sebagai penulis buku di beberapa penerbitan.

Sejak 2004-2010 menetap di Tanjungbalai sebagai penulis buku-buku agama yang
produktif dan semua diterbitkan di Malaysia, lebih kurang 50 judul buku. Ada
satu judul buku yang diterbitkan di Indonesia.

Selain menulis, Bang Jali juga berprofesi sebagai pengobat tradisional
(bekam). Dan, Bang Jali juga mengisi pengajian.

Sejak satu bulan terakhir (bulan Agustus 2010), Bang Jali tidak pergi ke
mana-mana, atas permintaan saya selaku Ummi anak-anak. Alasan saya karena
saya sedang hamil tua, hari-hari menjelang persalinan sudah kian dekat. Saya
meminta Bang Jali untuk menemani saya melahirkan.

Begitu pun, seingat saya Bang Jali sekali ada pergi ke Medan awal Agustus.
Itu pun karena menjenguk ibunya di salah satu rumah sakit di Medan. Saya
melahirkan anak saya yang keempat pada tanggal 28 Agustus 2010 (usianya 3
minggu).

Sejak saya melahirkan bayi yang kami beri nama Fathurrrahman Ramadhan itu,
Bang Jali juga tidak pergi kemana-mana, karena saya tidak ada teman di
rumah.

Saat Maghrib, hari Minggu sekitar pukul 18.45 WIB menjelang Senin malam,
tanggal 19 September 2010, saya bersama bayi saya, dua perempuan dewasa
(istri Abu dan teman Deni), Buya, Dani, Deni, Alek, Abdullah dan 2 orang
lagi anak tamu (salah satu dari dua perempuan dewasa).

Jadi, orang di dalam rumah ada 10 orang, terdiri dari 5 laki-laki dewasa, 3
perempuan dewasa, 3 anak-anak. Saat azdan Maghrib terdengar, Bang Jali
bersiap-siap melaksanakan salat berjamaah.

Bang Jali, Deni, Deden, Alek, Abu mengambil wudhu. Saya bilang ke Bang Jali,
"Buya bajunya diganti saja, basah kena air wudhu." Saya berada di ruang
tamu, menyusukan anak saya, Fathur.

Bersama saya, dua perempuan dewasa di dekat pintu depan rumah. Pintu rumah
kami hanya di depan, rumah kami tidak ada pintu belakang. Saya memanggil
ketiga anak untuk pulang ke rumah, karena sudah masuk waktu Maghrib.

Bang Jali dan empat temannya mulai melaksanakan shalat Maghrib berjamaah
dengan Bang Jali sebagai imamnya. Mereka salat di ruang belakang dekat
dapur.

Dani, usianya sekitar 25 tahun, adalah murid mengaji Bang Jali. Kerjanya
sehari-hari menjahit gorden, dia tinggal di Tanjung Balai. Dani membawa dua
orang temannya, Alek (30 tahun) dan Deni (20 tahun) ke rumah. Bang Jali
sebelumnya tidak mengenal kedua orang itu.

Sejak saat itu, Deni dan Alek menginap di rumah. Tapi Dani tidak menginap di
rumah. sedangkan Alek dan Deni saya tidak mengenalnya. Mengenai Abu, atau
Abdullah (35 tahun), saya tidak jelas orang mana asalnya.

Jadi Deni dan Alek sudah menginap 2 minggu di rumah kami, kedatangan mereka
ke Tanjungbalai karena rencana mau cari kerja, saat itu mau hari Hari Raya
(Idul Fitri).

Bang Jali bilang ini sudah dekat Hari Raya, tidak mungkin ada kerjaan.
Tunggulah habis hari raya. Jadi mereka di rumah kerjanya hanya makan tidur.
Seingat saya selama ini tidak ada kegiatan yang mencurigakan.

Tiba-tiba sebuah mobil datang, terdengar suara dari luar ada orang
berteriak, "keluar!"

Saat itu ketiga anak saya masih bermain di rumah tetangga. Saya mau
memanggil anak-anak untuk pulang, saya pun berjalan menuju pintu depan
rumah.

Saya menyuruh mereka masuk, tapi mereka tidak mau masuk, saya sempat melihat
wajah mereka seperti ketakutan.

Saya terkejut karena pas saya di depan pintu saya lihat sudah turun dari
mobil 30 orang bersenjata. Anak-anak saya diam tak bersuara. Densus 88
langsung saja menerobos masuk ke dalam rumah dengan bersenjata.

Mereka semuanya ada sekitar 30 orang membawa senjata. Mereka dari samping
sebagian, masuk ke dalam rumah sebagian, sambil melepaskan tembakan.

Saya masih menggendong bayi saya, sementara dua perempuan dewasa dan
anak-anaknya ditodongkan senjata oleh Densus 88. Sepasang daun pintu rumah
kami ditunjang (ditendang) sama Densus 88.

Tidak ada baku tembak, tidak ada perlawanan dari dalam rumah, karena Bang
Jali sedang salat, sedang membaca surah Al-Qur'an sehabis membaca surah
Al-Fatihah.

Tiba-tiba tiga makmum (Alek, Deni, dan Dani) keluar dari shaff (membatalkan
salat mereka) karena mendengar suara ribut, tembakan, dan segera mengetahui
datangnya orang-orang bersenjata. Alek, Dani, dan Deni lari menuju kamar
mandi.

Alek keluar dengan membobol seng (atap) kamar mandi. Orang-orang yang sudah
masuk rumah menembaki mereka. Deni dan Dani ditembaki secara membabi buta
sewaktu mereka di depan kamar mandi.

Saya, dua perempuan dewasa yang bersama saya, bayi saya yang berumur 20
hari, dan anak tetangga yang balita itu menyaksikan kejadian tersebut. Jadi,
dua orang ditembak di kamar mandi, satu orang lagi lari.

Bang Jali dan seorang makmumnya, Abu, masih tetap melanjutkan salat,
walaupun orang-orang bersenjata itu sudah masuk ke dalam rumah, di ruang
belakang dekat dapur.

Bang Jali tetap melanjutkan membaca surah Al-Qur'an. Tapi orang-orang
bersenjata itu langsung menarik paksa Bang Jali, salat Bang Jali dihentikan
secara paksa. Buya ditunjangi (ditendang) saat salat, kemudian dipijak-pijak
(diinjak-injak) hingga babak belur.

Saya kasihan melihat Bang Jali karena saat itu dia sedang sakit batuk. Bang
Jali diseret sama Densus, Bang Jali tak henti-hentinya meneriakkan takbir,
Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Saya masih dalam todongan senjata bersama dua perempuan dan tiga anak-anak.
Kami langsung disuruh ke rumah tetangga sambil ditodong. Anak-anak saya yang
lain dari tadi memang berada di situ.

Saya dan anak-anak saya bisa mengintip (melihat dari sela-sela atau lobang
rumah) kejadian yang terjadi di rumah kami. Anak-anak saya berteriak-teriak
tidak tak henti-hentinya. "Ummi, Ummi itu Buya, itu Buya." Anak-anak
memberitahu saya mereka melihat Buya mereka dipijak-pijak (diinjak-injak).
(Rahmad Nur Lubis)

http://id.news.yahoo.com/kmps/20100927/tid-suami-saya-ditendang-saat-salat-376aae3.html

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: