Jumat, 17 September 2010

[daarut-tauhiid] SBY Ditunggu Di Gaza

Dr HM Hidayat Nur Wahid MA

*SBY Ditunggu Di Gaza*

*Bagi Indonesia, masalah Palestina adalah utang sejarah yang belum terbayar
hingga kini. Pada 1955, Indonesia sukses menggelar Konferensi Asia Afrika di
Bandung. Dari semua negara peserta KAA itu, saat ini semuanya sudah merdeka,
kecuali Palestina. Karenanya, Indonesia terlihat begitu getol dalam
memperjuangkan kemerdekaan Palestina demi menebus utang itu.
Apalagi, posisi Indonesia sebenarnya sangat penting dan strategis dalam
diplomasi internasional. Karenanya, dalam posisi demikian, yang diperlukan
adalah kerja-kerja keras, cerdas, dan optimal yang seharusnya dijalankan
oleh pemimpin negeri ini untuk memperjuangkan pembebesan Gaza dari embargo
Israel menuju pada kemerdekaan Palestina.
Untuk mengetahui kerja-kerja keras para diplomat Indonesia di berbagai forum
internasional, terkait persoalan Gaza dan Palestina, wartawan Sabili Rivai
Hutapea dan Ades Satria serta fotografer Arief Kamaludin mewawancarai Ketua
Badan Kerjasama Antar-Parlemen DPR-RI Hidayat Nur Wahid. Wawancara dilakukan
di kantornya Gedung DPR-RI sekembalinya dari Gaza. Berikut petikannya:


**Bisa Anda ceritakan hal penting saat memasuki Gaza?*
Sebagai Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen, saya menyertai Ketua DPR-RI
dan anggota Komisi I memasuki Gaza, 29 Juli 2010. Alhamdulillah, semuanya
dimudahkan berkat diplomasi keparlemenan yang melibatkan Mesir. Parlemen
Mesir juga membantu pengawalan yang memadai, apalagi sehari sebelum
kedatangan delegasi parlemen Indonesia, Israel menyerang Gaza Utara, yang
berdekatan dengan lokasi peletakan batu pertama Rumah Sakit Indonesia. Sejak
di tanah air, kami berharap bisa bertemu dengan seluruh kelompok pejuang di
Palestina, sebagaimana harapan Duta Besar Palestina untuk Indonesia.
Apalagi, misi parlemen Indonesia adalah untuk mendukung perjuangan dan
persatuan Palestina. Untuk mendekatkan dan mendukung rekonsiliasi dari
saudara-saudara kita di Palestina, bukan mendukung atau menolak salah satu
kelompok. Tapi faktanya, yang ada di lapangan dan menerima kita adalah
parlemen Palestina dari HAMAS. Mereka dikomandoi oleh Wakil Ketua Parlemen
Palestina di Gaza Dr Akhmad al-Bahar. Padahal, Dubes Palestina untuk
Indonesia sudah menyurati pemerintah Palestina agar delegasi parlemen
Indonesia diterima oleh semua unsur dari PLO, FATAH, HAMAS, dan lainnya.

*Delegasi parlemen Indonesia dari komponen apa saja?*
Sebagian besar justru bukan dari partai Islam. Delegasi terdiri dari seluruh
fraksi di DPR yang dipimpin Ketua DPR-RI dari Partai Demokrat. Wakil Ketua
Delegasi Tb Hasanuddin yang juga anggota Komisi I dari Fraksi PDIP dan Agus
Gumiwang Kartasasmita dari Golkar. Anggota delegasi terdiri dari anggota
FPKS, FPAN, FPPP, dan FPKB. Semua kelompok politik terwakili dalam delegasi
ini, bahkan ikut juga empat mantan jenderal. Ini menegaskan bahwa Indonesia
tidak main-main dalam mendukung perjuangan dan kemerdekaan Palestina.

*Bagaimana kondisi Gaza?*
Kami mendapatkan penjelasan lisan dan melihat secara langsung kondisi Gaza.
Kami melihat begitu luas dan dasyatnya dampak isolasi, embargo, kezaliman
Israel dan dunia internasional pada Palestina selama 3 tahun ini. Sebuah
kota dari sebuah kawasan yang cukup besar, pada abad 21 ini tiba-tiba
menjadi sangat lengang, sangat sedikit kendaraan bermotornya, begitu banyak
orang berjalan kaki dengan pakaian sangat sederhana, begitu banyak gerobak
ditarik kuda atau keledai, begitu banyak kuda yang digunakan sebagai alat
transportasi, minimnya sarana dan prasatana di abad modern ini, semua hanya
ditemukan di Gaza. Ini semua akibat isolasi dan embargo Israel yang
meminimalkan hadirnya BBM, listrik, onderdil kendaraan bermotor,
barang-barang kebutuhan pokok, bahan bangunan, yang sangat menyulitkan
ekonomi mereka.
Akibatnya sebagian besar warga Gaza menjadi pengangguran. Mereka tak mungkin
membuka lapangan kerja, bahkan yang sudah ada ditutup karena banyaknya
keterbatasan melakukan aktivitas ekonomi. Mereka tak bisa membangun karena
akses bahan bangunan dan peralatan diembargo, sehingga gedung dan rumah
penduduk yang dihancurkan bom Israel masih tetap hancur, termasuk gedung
parlemen. Tragedi kemanusiaan begitu nampak nyata. Tapi semangat belajar
saudara-saudara kita di Gaza sangat luar biasa, termasuk belajar ilmu agama,
menghafal al-Qur'an, anak-anak masuk sekolah sangat antusias. Bis-bis
sekolah masih tetap ada untuk mengangkut anak-anak yang berangkat dan pulang
sekolah. Tapi memang dampak dari embargo ini telah menghadirkan tragedi
kemanusiaan di Gaza.

*Apa tindak lanjutnya? *
Kami telah menindaklanjuti apa yang telah dicapai di Gaza dalam "Konvensi
Ketua-Ketua Parlemen Negara-Negara OKI" di Damaskus, 30 Juli 2010.
Alhamdulillah, dua usulan Indonesia disepakati menjadi Resolusi Damaskus.
Pertama, pemerintah dan parlemen negara-negara OKI akan mendukung kesatuan
sikap faksi-faksi Palestina (Fatah, HAMAS, dan lainnya) terkait kejahatan
Israel terhadap kapal Mavi Marmara agar segera digelar pengadilan
internasional terhadap Israel. Kesatuan sikap faksi-faksi Palestina juga
terlihat pada tuntutan mengakhiri embargo terhadap Gaza. Kedua, kami
menyampaikan agar apa yang dilakukan Indonesia segera ditindaklanjuti oleh
negara-negara OKI. Alhamdulillah, usulan ini masuk dalam resolusi yang
menegaskan pengiriman ketua dan anggota parlemen negara-negara OKI ke Gaza
segera ditindaklanjuti. Yang menjadi koordinasi keberangkatan ketua dan
anggota parlemen negara-negara OKI adalah Syria.

*Kenapa kedua poin itu dianggap penting?*
Kami mementingkan poin itu karena seringkali kita hanya menuntut agar
faksi-faksi di Palestina bersatu. Tapi ketika mereka sudah bersatu, lantas
apa yang Anda lakukan? Seharusnya, kerja minimal yang bisa kita lakukan
adalah: Pertama, membawa Israel pada Mahkamah Internasional atas
kejahatannya terhadap Mavi Marmara. Kedua, kerja maksimal untuk segera
mengakhiri blokade terhadap Jalur Gaza. Tuntutan dunia Islam agar
faksi-faksi di Palestina bersatu, sudah mereka penuhi. Tapi ketika mereka
sudah bersatu kenapa didiamkan saja? Makanya delegasi Indonesia memandang
penting masalah ini dan alhamdulillah masuk ke dalam Resolusi Damaskus.

*Ada upaya diplomasi lain yang dilakukan delegasi Indonesia? *
Ada. Saya baru saja datang dari Pertemuan Ketua Parlemen Se-Dunia di Genewa,
Swiss. Dalam pertemuan itu, saya dan Ketua DPR-RI beserta Ketua-Ketua
Parlemen yang hadir menyepakati untuk segera mengirim delegasi Ketua-Ketua
Parlemen dan beberapa anggota dari negara-negara di seluru dunia ke Gaza,
sekitar pekan pertama Agustus 2010. Yang sudah konfirmasi dalam kafilah
kemanusiaan yang dikoordinir Pimpinan Parlemen Se-Dunia ini adalah
Indonesia, Saudi Arabia, Turki, Iran, Syiria, Jordania, Yaman, Sudan, dan
Pakistan. Meski Mesir tidak ikut, tapi mereka menjamin untuk memudahkan
delegasi masuk Gaza karena akan melalui pintu Rafah. Selain itu, ada juga
pimpinan parlemen dari beberapa negara yang menyatakan ingin ikut tapi harus
melakukan konsultasi dengan pimpinan negaranya masing-masing, yakni Emirat
Arab, Bahrain, Bangladesh, Mali, dan Qatar. Jadi, apa yang dilakukan
Indonesia mendapat respon dan akan segera ditindaklanjuti.

*Apa terget dari kunjungan pimpinan parlemen se-dunia ke Gaza itu?*
Delegasi parlemen Indonesia sudah melakukan peletakan batu pertama
pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara. Maka, untuk misi Parlemen
Sedunia ini, Indonesia mengusulkan agar pimpinan parlemen se-dunia
memberikan komitmen untuk membantu pembangunan kembali gedung parlemen
Palestina yang dihancurkan Israel. Mereka pun menyambut baik usulan
Indonesia. Selanjutnya, akan dibahas secara operasional bersama Ketua-Ketua
Parlemen Se-Dunia sehari sebelum masuk kembali ke Gaza.

*Sehari setelah Delegasi Indonesia keluar dari Gaza, Israel langsung
menyerang Gaza, ini maknanya apa?*
Ini bisa ditafsirkan banyak hal. Salah satunya, Israel sangat berhitung jika
pada saat delegasi Indonesia yang terdiri dari pimpinan DPR-RI dan beberapa
anggota masih berada di Gaza kemudian mereka melakukan serangan, justru
membuat mereka kian terpojok. Pasalnya, kami datang melalui jalur formal,
diizinkan secara formal. Kedatangan kita juga untuk misi kemanusiaan dan
demokratisasi sesuai dengan bahasa mereka pahami, jika kemudian diserang
justru merugikan mereka. Tapi apapun itu Israel adalah penjajah yang layak
untuk dikritisi.

*Yang masuk ke Gaza baru parlemen Indonesia, bagaimana dengan pemerintah
Indonesia?*
Presiden SBY sudah menyampaikan komitmen lisan pada Presiden Palestina
Mahmud Abbas bahwa Indonesia akan membantu membangun rumah sakit di Gaza.
Bahkan secara definitif Presiden SBY menyebutkan lokasi pembangunan rumah
sakitnya di Gaza dengan nilai US $ 2 juta. Makanya, pasca kepulangan PM
Mahmud Abas dari Indonesia, kami sepakat untuk segera ditindaklanjuti
pernyataan Presiden SBY itu. Yang jadi persoalan, anggaran pembangunan rumah
sakit itu dari mana karena sampai sekarang belum dimasukkan ke APBN 2010.
Untuk menindaklanjutinya, saya dan Ketua DPR-RI telah melakukan rapat kerja
dengan Menkes, Kemenlu, dan Menko Kesra. Alhamdulillah, semuanya langsung
disepakati bahwa Kemenkes bekerjasama dengan Kementrian Keuangan akan segera
membuat anggaran emergency untuk bantuan kemanusiaan ke Gaza, termasuk
anggaran pembangunan Rumah Sakit Indonesia senilai Rp 20 miliar. DPR yang
akan mengesahkan anggaran ini, insya Allah akan menyetujuinya.

*Apakah ada kemungkinan Presiden SBY berkunjung ke Gaza?*
Iya. Kedatangan Persiden SBY ke Gaza untuk mendukung perjuangan Palestina
juga menjadi harapan besar saudara-saudara kita di Gaza. Warga dan
pemimpin-pemimpin Palestina sudah lama menunggu kehadiran seorang presiden
dari Indonesia. Waktu kami di Gaza, mereka menyampaikan salam dan harapan
itu, sekalipun memang ini merupakan sebuah tantangan keberanian dari seorang
kepala negara. Tapi jika ini bisa direalisasikan akan menjadi poin besar
bagi Indonesia di dunia internasional. Saat ini, banyak pihak justru sangat
memuji dan mengapresiasi apa yang telah dilakukan Turki dan PM Tayyip
Erdogan. Saat ini, mereka tercatat dalam sejarah menjadi "yang terdepan"
dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Peran dan posisi Indonesia sebenarnya juga sangat positif. Contoh, ketika
saya menjadi Ketua Delegasi Pertemuan Parlemen Internasional di Bangkok, di
situ ada dua program yang akan dibahas. Pertama, tragedi kemanusiaan di
Haiti, Amerika Selatan. Kedua, tragedi kemanusiaan di Gaza dan Palestina
secara umum. Ketika voting Indonesia kalah. Tapi usai voting, utusan dari
negara-negara Barat mendatangi kita dan mengatakan, jika program untuk
memperjuangkan HAM di Gaza dan Palestina diajukan oleh Indonesia, kami pasti
akan berpikir berbeda. Tapi kerena yang mengajukan adalah negara-negara
Arab, akhirnya yang ada dalam bayangan kami pasti akan kacau, stagnan, dan
tidak mungkin ada kemajuan.

*Sebenarnya, Indonesia sangat diperhitungkan? *
Betul. Contoh lain, ketika saya menjadi Ketua Delegasi parlemen Indonesia
dalam pertemuan dengan Komisi Khusus HAM di Parlemen Internasional. Saat itu
mereka mempermasalahkan dua anggota DPR-RI yang menurut mereka telah
terlanggar HAM-nya. Saya katakan pada mereka, dua anggota DPR-RI itu sudah
meninggal dunia beberapa tahun lalu tapi masih terus dipertanyakan. Ini
menunjukkan bahwa organisasi parlemen dunia sangat peduli dengan kondisi dan
nasib anggota parlemen. Tapi saya ingin bertanya, saat ini ada belasan
anggota parlemen yang masih hidup tapi secara semena-mana ditangkap dan
diculik Israel. Apa yang telah Anda lakukan pada mereka? Saya mengharapkan
Anda lebih keras melakukan pembelaan terhadap mereka? Akhirnya, mereka
mengatakan, Ya kami akan melakukan pembelaan terhadap mereka. Dari contoh
ini, Indonesia bisa memberi logika sebuah persoalan sehingga bisa diterima
oleh diplomat Barat. Makanya, diplomat Barat selalu mengatakan, jika saja
masalah Palestina diajukan oleh Indonesia dalam forum-forum internasional,
kita pasti memiliki apresiasi yang berbeda dibandingkan jika diajukan oleh
negara-negara Arab.

*Kaitannya dengan kemungkinan kunjungan SBY ke Gaza?*
Sangat berkaitan. Sebelum ke sana, saya ambil contoh lagi. Di PBB, saat ini
ada tiga resolusi yang diajukan Indonesia yang dalam tahap pembahasan.
Pertama, resolusi tentang hak kembalinya diaspora (pengungsi) Palestina di
luar negeri. Kedua, resolusi tentang kemerdekaan Palestina. Ketiga, resolusi
tentang Masjid al-Aqsha. Semuanya diterima oleh mayoritas delegasi dari
berbagai negara di PBB yang menjadi bahan pembahasan di PBB. Kaitannya
dengan kemungkinan kunjungan Presiden SBY ke Gaza, jika Presiden SBY
mengambil peran ini secara maksimal, pasti akan membawa dampak yang sangat
besar dan positif bagi Palestina dan Indonesia.
Para pemimpin dan rakyat Palestina sampai hari ini selalu mengatakan, betapa
hebatnya Bung Karno, mereka menyebutnya Ahmad Soekarno, karena berani
melakukan terobosan besar pada 1955. Saat itu, Israel sudah berumur tujuh
tahun, Indonesia mengadakan Konferensi Asia Afrika (KAA) dengan mengundang
Palestina bukan Israel. Padahal, saat itu negara Palestina belum ada, yang
mewakili Palestina ke KAA di Bandung adalah Imam Masjid al-Aqsha Sayyid Imam
Husaeni. Dalam konteks ini, KAA telah berupaya membantu Palestina menuju
kemerdekaannya.

*Karena itulah Indonesia getol membantu Palestina?*
Betul. Indonesia seperti memiliki utang sejarah. Pasalnya, dari seluruh
negara Asia dan Afrika yang diundang ke Bandung mengikuti KAA 1955, saat ini
semuanya sudah merdeka, hanya satu yang belum yakni Palestina. Karenanya,
menjadi sangat wajar jika Indonesia melakukan kerja-kerja yang lebih keras
dan efektif. Apalagi, peran dan posisi Indonesia juga sangat dihargai,
penting, dan strategis secara internasional.
Anda tahu tidak? Dibentuknya Tim Pencari Fakta Independen oleh Komisi HAM
PBB terkait penyerangan Kapal Mavi Marmara oleh tentara Israel, ternyata
otak utama hingga disetujuinya Tim Pencari Fakta ini adalah Duta Besar
Indonesia di Jenewa, Swiss, Joko Susilo. Jadi, sebenarnya Indonesia bisa
melakukan peran yang demikian elegan dan strategis hingga pada ujungnya
semuanya bisa dilaksanakan dengan efektif oleh lembaga-lembaga dunia.
Makanya, setelah Ketua DPR-RI dan sebagian anggota DPR bisa memasuki Gaza
dan melakukan serangkaian kegiatan, jika kemudian Presiden SBY juga mesuk ke
Gaza saya adalah orang yang sangat setuju. Saya yakin, bangsa Palestina
pasti akan sangat mengapresisasi dan menilai sebagai fenomena sejarah yang
luar biasa besar.

*Terkait pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, siapa yang akan
membangun?*
Itu juga menjadi pertanyaan kami. Tidak mungkin Indonesia melakukan
pembangunan langsung di sana dengan mendatangkan tukang dari Indonesia,
karena ada kendala bahasa dan bahan bangunan. Selain itu, ada juga ketentuan
proses pembangunan harus melalui IDB atau pemerintah Mesir. Karenanya, kami
sepakat melakukan tender internasional melalui IDB di Jeddah. Kami berharap
tahun ini juga anggaran itu bisa diajukan, dan DPR bisa segera
mengesahkannya. Sehingga, tahun 2011, proses tender dan pembangunannya mulai
bisa direalisasikan.

*Rp 20 miliar, cukup untuk membangun rumah sakit?*
Memang, Rp 20 miliar belum cukup untuk membangun rumah sakit besar di Gaza.
Tapi rekan-rekan relawan seperti Mer-C juga sudah mengumpulkan dana
masyarakat untuk pembangunan rumah sakit yang juga sudah disepakati pihak
Palestina. Nanti, dana masyarakat yang terkumpul melalui NGO akan kita
konsolidasikan dengan anggaran dari pemerintah. Karena keperluan dana untuk
sebuah rumah sakit cukup besar. Mulai dari gedung, peralatan medis, dan
perlengkapan pelayanan rumah sakit untuk berbagai layanan seperti, poli ibu
dan anak, poli bedah, poli penyakit dalam, poli penyakit menular,
laboratorium, dan lainnya yang semuanya memerlukan peralatan medis
sendiri-sendiri. Sinergi ini sangat diperlukan agar segera terwujud rumah
sakit yang lengkap untuk melayani warga Gaza yang sangat memerlukan rumah
sakit. Masyarakat Gaza, bahkan Menteri Kesehatan Palestina yang hadir saat
peletakan batu pertama itu, sangat mengapresiasi apa yang dilakukan
Indonesia. Menurutnya, ini langkah sangat bersejarah dan sangat besar bagi
masa depan Palestina.

*Bantuan Indonesia berasal dari pemerintah dan masyarakat yang dikoordinir
NGO, bagaimana mensinergikannya?*
Dubes Indonesia di Mesir Abdurrahman Fahir menyarankan agar bantuan
Indonesia yang datang dari pemerintah dan masyarakat disatukan dalam
koordinasi besar. Ini saran yang baik sebenarnya, tapi saya tidak berani
mengambil kebijakan ini karena kuatirnya justru centang perenang, muncul
saling curiga, dan tidak percaya. Saya memahami NGO dan rekan-rekan yang
telah mengumpulkan dana masyarakat, mereka juga harus melaporkannya secara
langsung pada masyarakat. Tentu saja cara pelaporan NGO berbeda dengan
pemerintah, demikian juga amanat yang juga berbeda-beda. NGO bisa saja sudah
membuat program sendiri misalnya, membangun sekolah, sumur bor, membantu
anak yatim, dan lainnya.
Makanya, seandainya tidak ada koordinasi formal, minimal ada suatu kefahaman
antara pemerintah dengan NGO dan antar NGO sendiri agar tidak terjadi
penumpukan bantuan pada bidang tertentu dan kekuarangan pada bidang lain.
Jadi, koordinasi pada tingkat program justru lebih dimungkinkan dari pada
memaksakan koordinasi pada tingkat operasional. Ini karena adanya kekhasan
pada masing-masing NGO sehingga kita pun menghorati kekhasan itu. Yang
pasti, relawan Indonesia dari berbagai NGO mulai Mer-C, BSMI, DD Republika,
PKPU, KNRT, Sahabat al-Aqsha, rekan-rekan wartawan dari berbagai media, dan
lainnya yang berada di Gaza merupakan satu rangakaian perjuangan yang tidak
terpisahkan dengan apa yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk membebaskan
Gaza dari blokade menuju kemerdekaan Palestina. Ini adalah perjuangan
diplomasi yang melibatkan semua unsur, pemerintah, legislatif, NGO, media
massa, dan masyarakat.

*Data Pribadi:*

Nama : Dr HM Hidayat Nur Wahid MA
Tgl Lahir : Klaten, 8 April 1960
Pendidikan : - Pondok Pesantren Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo,
Jawa Timur (SMP–SMA).
- IAIN Sunan Kalijogo, Fakultas Syari'ah, Yogyakarta (1979)
- Universitas Islam Madinah, Fakultas Dakwah dan Ushuluddin,
Saudi Arabia (1983).
- Program Master Universitas Islam Madinah, Departemen
Aqidah (1987).
- Program Doktor, Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia
(1992)
Karir : - Dosen Pacsa Sarjana di beberapa perguruan tinggi,
UIN
Jakarta, as-Syafiiyah, dan UMJ.
- Ketua MPR-RI (2004–2009).
- Ketua Badan Kerjasama Antar-Parlemen DPR-RI (2009-
2014)
Organisasi : - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (2003–2004)
Istri : - Almh Hj Kastian Indriawati
- dr Diana Abbas Thalib MARS
Anak : 7 (Tujuh)

*Wawancara Khusus Majalah SABILI 02-XVIII

http://www.sabili.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2410
*


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: