Terorisme itu Bernama Media
http://www.facebook.com/note.php?note_id=449898279865
Paparan media yang intensif dan massif mengenai terorisme, berbahaya bagi kesadaran public. Brigadier
Polisi itu dipecat sejak 2009 karena desersi. Pria 34 tahun yang saat
masih aktif berdinas tak hafal Pancasila, itu kemudian bergabung dengan
kelompok teroris. Dalam wawancara dengan media asing, dia mengaku
sebagai anggota jaringan Al Qaeda pimpinan Usamah bin Ladin. Dia juga
mengaku intensif berkontak dengan kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Dengan track record seperti itu, Sofyan Tsauri disebut Mabes Polri sebagai "teroris paling diburu". Dan, tanpa banyak cincong, media massa nasional pun mengamininya. Padahal,
seperti berulang-kali diingatkan oleh maestro jurnalistik
investigative, Farid Gaban, sikap skeptic harus menjadi langkah awal
wartawan untuk mengulik informasi dini semacam itu. Apalagi informasi
sepihak dari kepolisian, khususnya Densus-88, yang mengharamkan
transparansi atas nama kepentingan Negara. Seorang
jurnalis TV swasta yang dikenal masih memiliki idealism, mengatakan,
sebenarnya tak perlu cerdas-cerdas amat untuk mencurigai bahwa cerita
soal si Sofyan Tsauri itu cipoa belaka. Apalagi bagi seorang wartawan. Bagaimana
tidak, bayangkan, seperti didakwakan jaksa pada pengadilan 23 September
lalu, Sofyan Tsauri berhasil membobol gudang senjata Polri dan membawa
kabur 24 pucuk senjata plus 19 ribuan peluru dan 93 magazin. Cukup
berkongkalikong dengan polisi aktif bernama Ahmad Sutrisno yang bertugas
di arsenal Polri, Tsauri menggondol senjata kelas berat senapan AR-15,
AK-47, AK-58, Remington, dan Pistol Revolver, SNW, FN-45, serta
Challenger. Senjata-senjata itulah yang digunakan teroris
untuk berlatih di Aceh dan menyerbu Kantor Polsek Hamparan Perak, 22
September lalu.Kisah Sofyan-"Rambo"-Tsauri, tak berhenti di situ.
Jaksa juga menuduhnya telah membawa para teroris berlatih menembak
senjata api di Lapangan Tembak Markas Komando Brimob Kelapa Dua, Depok. Cerita
itu, sudah lebih dari cukup untuk mempertanyakan klaim polisi soal
Sofyan Tsauri; Teroriskah dia, atau tak lebih dari seorang Hispran.
Hispran kependekan dari Haji Ismail Pranoto, pemimpin gerakan Komando
Jihad, yang tak lain adalah kaki tangan Ali Moertopo. Dialah yang
memprovokasi peristiwa pembajakan Pesawat Woyla hingga tercipta Drama
Don Muang yang mendiskreditkan gerakan politik dan dakwah Islam. Farid
Gaban mengingatkan, media seringkali terjebak latah dengan sebutan
"teroris paling diburu" "teroris paling berbahaya" atau "buron nomor
satu" yang dilansir polisi. Padahal, dalam beberapa kasus yang ditangkap
atau dibunuh polisi tak lebih dari seorang penjahit, guru, atau penjual
kelontong keliling. Dalam penyerbuan di Sumatera Utara belum lama ini
misalnya, seorang lelaki yang berprofesi sebagai tukang sol
sepatu-sandal, turut digaruk polisi. Dia dituduh teroris hanya karena
berjenggot dan bercelana cingkrang. Bahkan
jurnalis senior sekaliber Zaim Uchrowi pun, mengaku sempat percaya pada
cerita menyeramkan versi polisi tentang Ustadz Abubakar Baasyir.
Belakangan dia baru tahu, kakek Baasyir tak lebih seorang guru ngaji
yang lurus. Predikat "teroris paling berbahaya" yang disematkan atas Sofyan Tsauri, semakin tampak cipoa-nya
jelang persindangan dia. Saat itu, sel Tsauri sama sekali tak dijaga
polisi. Dia bahkan menawarkan diri untuk diwawancarai wartawan tv. Lalu
ngocehlah dia tentang Al Qaedah, Usamah bin Ladin, dan segala macam. Ketika ulah Tsauri itu jadi tertawaan facebookers, polisi dan kejaksaan saling menyalahkan. Dalam
kasus di Medan, stasiun TV One terus menerus mengatakan bahwa mereka
yang dibru adalah teroris. Padahal Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol
Oegroseno dengan tegas menyebut mereka adalah kelompok bersenjata. Jubir
HTI, Ismail Yusanto, mengingatkan, paparan media yang intensif dan
masif mengenai terorisme versi polisi, berbahaya bagi kesadaran public.
"Kebohongan yang diulang-ulang media, lama-lama akan dianggap sebagai
kebenaran," Ismail mengutip sebuah adagium.[]ta Media Umat Edisi 45, 7 – 20 Dzulqoidah 1431 H.
[Non-text portions of this message have been removed]
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar