Kamis, 28 Juli 2011

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3449

Messages In This Digest (13 Messages)

Messages

1a.

Re: (Catcil) Kembali

Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Wed Jul 27, 2011 5:57 am (PDT)



waaah.....
ini nih
tulisan seperti ini yang bikin kangen Eska :)
TFS mas Rama
Moga jalannya makin dipermudah...aamiin

Maaf lahir batin juga :)
Maf lahir batin semuaaaaa

salam

Novi

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Ramaditya Adikara <ramavgm@...> wrote:
>
> "Assalamu'alaikum. Bunda turut prihatin atas kejadian yang menimpamu.
> Bunda percaya hal ini tidak membuatmu hancur, karena pejuang sejati
> takkan mati sekali tikam. Hemat Bunda sekarang adalah saat yang tepat
> untuk bersunyi-sunyi, menjauh dari tepuk tangan yang menikam. Mari
> bermuhasabah, taqarrub kepada Allah, karena Allah sebaik-baiknya
> penolong yang maha pengampun. Apa pun kebenaran yang tersembunyi tidak
> membuat kami kehilangan respect dan sayang kepadamu. Namun Bunda
> berharap, selama beberapa tahun ke depan, dirimu belajar dan berlatih
> lebih keras dan buktikan pada dunia bahwa dirimu memang bisa mencipta
> karya yang handal. Namun tetaplah low profile anakku, jangan lena oleh
> tepuk tangan, karena gemuruh tepuk tangan menulikan telinga kita untuk
> mendengar suara hati. Salam dan do'a kami." (BT)
>
> Pesan di atas kuterima dari seorang hamba Allah kira-kira satu tahun
> yang lalu, ketika diriku berduka atas kesalahan dan dosa yang telah
> kuperbuat, ketika aku malu atas nista dan hina yang terpancar lewat
> tatap serta kalam manusia, ketika aku tak berdaya dan hanya bisa
> pasrah akan masa depanku...
>
> Kalau kau bingung kenapa, cobalah akses Google dan ketikkan namaku,
> maka tak akan sulit bagimu untuk menemukan nila itu di sana.
>
> Sudah satu tahun lamanya nila itu bertaburan di sana, sudah setahun
> pula aku merasakan dampaknya.
>
> "Pembohong tetap akan jadi pembohong," cibir orang. "There is no
> homework to fix, because it's over," ujar yang lain lagi. Ada juga
> yang bilang, "Kalau nggak dikejar-kejar mana mungkin ngaku," atau
> "Permintaan maafnya hanya sekadar menjaga citra baiknya," dan
> lain-lain.
>
> Ah, entah berapa banyak kombinasi kalimat yang dapat kurangkum untuk
> menggambarkan betapa hancurnya keadaanku tahun lalu. Boleh jadi,
> mungkin kau pun salah satu di antara sekian banyak orang yang pernah
> merangkai kalimat itu untukku.
>
> Yang jelas, apa pun yang kupikirkan dan apa pun yang kulakukan tak
> akan dapat mengubah masa lalu itu. Namun, bunyi pesan di atas yang
> berulang kali kubaca di sela-sela ibadah dan do'aku terus memberiku
> semangat, bahwa aku dapat mengendalikan masa depanku.
>
> Maka, aku pun terus berusaha, hingga genap setahun sejak pesan itu
> kuterima (hari ini), dan ketika penelusuranku pada ayat-ayat Al-Qur'an
> sampai pada terjemahan ini.
>
> "Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan Kami telah
> menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu?. Dan
> Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah
> kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
> kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
> kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya
> kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." (QS 94)
>
> Ya Allah, maafkanlah aku yang selama ini telah mencari kemuliaan
> sehingga lupa memuliakanmu, zat maha mulia yang telah memberiku
> kemuliaan.
>
> Ya Allah, maafkan aku yang selama ini telah mencari tinggi untuk
> namaku, sehingga aku lupa bahwa engkaulah zat maha tinggi yang harus
> kutinggikan.
>
> ...setahun sudah sejak urusan itu, dan kini...tibalah saatnya aku
> menjalani urusan yang baru, dengan berpedoman pada pelajaran berharga
> yang Allah berikan untukku tahun lalu...
>
> ...saat akhirnya kuselesaikan kuliahku dan kuraih gelar sarjanaku,
> ...saat akhirnya aku kembali aktif sebagai pengajar dan relawan bagi
> rekan-rekan eks-pengguna NARKOBA,
> ...saat akhirnya aku kembali aktif sebagai kolumnis teknologi untuk
> salah satu media online di Indonesia,
> ...saat akhirnya aku kembali menjalin pertemanan lewat dunia nyata dan maya,
> ...saat akhirnya aku kembali bermusik dengan suling kesayanganku,
> ...saat akhirnya aku kembali aktif di Sekolah Kehidupan,
> ...dan saat akhirnya aku menemukan tambatan hati yang akan segera kunikahi,
>
> ...lantas membuatku berpikir,
>
> "Tanpa predikat game music composer, sepertinya hidupku tidaklah
> terlalu buruk..."
>
> Semoga catatan kecil ini dapat menjadi awal baru yang indah buatku,
> dan semoga membawa manfaat bagi rekan-rekanku di Sekolah Kehidupan
> ini. Catatan kecil ini pun kumaksudkan sebagai lampiran untuk
> permohonan maaf lahir batinku karena kita akan segera memasuki
> Ramadhan. Dengan sepenuh hati, kusampaikan "Mohon maaf lahir batin..."
>
> "Teruntuk kawan-kawanku yang mungkin bernila serupa denganku, atau
> mungkin lebih parah dariku, ingatlah bahwa selama napas masih
> berhembus, kesempatan masih ada. Maka sebelum kesempatan itu habis,
> mari lakukanlah sesuatu..."
>
> Terima kasih, Bunda... Terima kasih atas pesan singkat itu...
> Satu tahun sudah aku mati, dan kini aku siap kembali dan hidup lagi...
>
>
> --
> "Ramaditya Skywalker: The Indonesian Blind Blogger"
>
> - Eko Ramaditya Adikara
> http://www.ramaditya.com
>

1b.

Re: (Catcil) Kembali

Posted by: "Tieta Jung jung" tietajungjung@ymail.com   tietajungjung@ymail.com

Wed Jul 27, 2011 6:17 am (PDT)



semoga catatanya bisa menjadi pencerah untuk keidupan esok...^^...bagus,,,

________________________________
From: &quot;ugikmadyo@gmail.com&quot; &lt;ugikmadyo@gmail.com&gt;
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Monday, July 25, 2011 12:53 PM
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] (Catcil) Kembali

 
Klo kata orang Surabaya, Nia, maknyes hehe

Bener-bener menyejukkan baca tulisan ini.
Jadi ikutan semangat.
Semoga rencana pernikahan Rama dan juga Nia dimudahkan. Aamiin.

Ikutan Mohon maaf juga atas semua kesalahan tulis selama ini.

Ugik Madyo
*yang lagi nyepi di pinggir sawah nan hijau uenaaak-e reeeek

Powered by Telkomsel BlackBerry®
________________________________

From: musimbunga@gmail.com
Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Mon, 25 Jul 2011 06:21:02 +0000
To: &lt;sekolah-kehidupan@yahoogroups.com&gt;
ReplyTo: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] (Catcil) Kembali
 
Ah menyejukkan di siang yg terik :)
Mohon maaf lahir bathin juga :) ditunggu undangannya ahiiiy :)

Powered by Telkomsel BlackBerry®
________________________________

From: Ramaditya Adikara &lt;ramavgm@gmail.com&gt;
Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Mon, 25 Jul 2011 12:13:23 +0700
To: &lt;sekolah-kehidupan@yahoogroups.com&gt;
ReplyTo: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Cc: &lt;isye.oktaviana@gratika.co.id&gt;
Subject: [sekolah-kehidupan] (Catcil) Kembali
 
&quot;Assalamu&#39;alaikum. Bunda turut prihatin atas kejadian yang menimpamu.
Bunda percaya hal ini tidak membuatmu hancur, karena pejuang sejati
takkan mati sekali tikam. Hemat Bunda sekarang adalah saat yang tepat
untuk bersunyi-sunyi, menjauh dari tepuk tangan yang menikam. Mari
bermuhasabah, taqarrub kepada Allah, karena Allah sebaik-baiknya
penolong yang maha pengampun. Apa pun kebenaran yang tersembunyi tidak
membuat kami kehilangan respect dan sayang kepadamu. Namun Bunda
berharap, selama beberapa tahun ke depan, dirimu belajar dan berlatih
lebih keras dan buktikan pada dunia bahwa dirimu memang bisa mencipta
karya yang handal. Namun tetaplah low profile anakku, jangan lena oleh
tepuk tangan, karena gemuruh tepuk tangan menulikan telinga kita untuk
mendengar suara hati. Salam dan do&#39;a kami.&quot; (BT)

Pesan di atas kuterima dari seorang hamba Allah kira-kira satu tahun
yang lalu, ketika diriku berduka atas kesalahan dan dosa yang telah
kuperbuat, ketika aku malu atas nista dan hina yang terpancar lewat
tatap serta kalam manusia, ketika aku tak berdaya dan hanya bisa
pasrah akan masa depanku...

Kalau kau bingung kenapa, cobalah akses Google dan ketikkan namaku,
maka tak akan sulit bagimu untuk menemukan nila itu di sana.

Sudah satu tahun lamanya nila itu bertaburan di sana, sudah setahun
pula aku merasakan dampaknya.

&quot;Pembohong tetap akan jadi pembohong,&quot; cibir orang. &quot;There is no
homework to fix, because it&#39;s over,&quot; ujar yang lain lagi. Ada juga
yang bilang, &quot;Kalau nggak dikejar-kejar mana mungkin ngaku,&quot; atau
&quot;Permintaan maafnya hanya sekadar menjaga citra baiknya,&quot; dan
lain-lain.

Ah, entah berapa banyak kombinasi kalimat yang dapat kurangkum untuk
menggambarkan betapa hancurnya keadaanku tahun lalu. Boleh jadi,
mungkin kau pun salah satu di antara sekian banyak orang yang pernah
merangkai kalimat itu untukku.

Yang jelas, apa pun yang kupikirkan dan apa pun yang kulakukan tak
akan dapat mengubah masa lalu itu. Namun, bunyi pesan di atas yang
berulang kali kubaca di sela-sela ibadah dan do&#39;aku terus memberiku
semangat, bahwa aku dapat mengendalikan masa depanku.

Maka, aku pun terus berusaha, hingga genap setahun sejak pesan itu
kuterima (hari ini), dan ketika penelusuranku pada ayat-ayat Al-Qur&#39;an
sampai pada terjemahan ini.

&quot;Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan Kami telah
menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu?. Dan
Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya
kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.&quot; (QS 94)

Ya Allah, maafkanlah aku yang selama ini telah mencari kemuliaan
sehingga lupa memuliakanmu, zat maha mulia yang telah memberiku
kemuliaan.

Ya Allah, maafkan aku yang selama ini telah mencari tinggi untuk
namaku, sehingga aku lupa bahwa engkaulah zat maha tinggi yang harus
kutinggikan.

...setahun sudah sejak urusan itu, dan kini...tibalah saatnya aku
menjalani urusan yang baru, dengan berpedoman pada pelajaran berharga
yang Allah berikan untukku tahun lalu...

...saat akhirnya kuselesaikan kuliahku dan kuraih gelar sarjanaku,
...saat akhirnya aku kembali aktif sebagai pengajar dan relawan bagi
rekan-rekan eks-pengguna NARKOBA,
...saat akhirnya aku kembali aktif sebagai kolumnis teknologi untuk
salah satu media online di Indonesia,
...saat akhirnya aku kembali menjalin pertemanan lewat dunia nyata dan maya,
...saat akhirnya aku kembali bermusik dengan suling kesayanganku,
...saat akhirnya aku kembali aktif di Sekolah Kehidupan,
...dan saat akhirnya aku menemukan tambatan hati yang akan segera kunikahi,

...lantas membuatku berpikir,

&quot;Tanpa predikat game music composer, sepertinya hidupku tidaklah
terlalu buruk...&quot;

Semoga catatan kecil ini dapat menjadi awal baru yang indah buatku,
dan semoga membawa manfaat bagi rekan-rekanku di Sekolah Kehidupan
ini. Catatan kecil ini pun kumaksudkan sebagai lampiran untuk
permohonan maaf lahir batinku karena kita akan segera memasuki
Ramadhan. Dengan sepenuh hati, kusampaikan &quot;Mohon maaf lahir batin...&quot;

&quot;Teruntuk kawan-kawanku yang mungkin bernila serupa denganku, atau
mungkin lebih parah dariku, ingatlah bahwa selama napas masih
berhembus, kesempatan masih ada. Maka sebelum kesempatan itu habis,
mari lakukanlah sesuatu...&quot;

Terima kasih, Bunda... Terima kasih atas pesan singkat itu...
Satu tahun sudah aku mati, dan kini aku siap kembali dan hidup lagi...

--
&quot;Ramaditya Skywalker: The Indonesian Blind Blogger&quot;

- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com

1c.

Re: (Catcil) Kembali

Posted by: "nietasari" nieta_nasution@yahoo.co.id   nieta_nasution

Wed Jul 27, 2011 6:33 am (PDT)



Makasih u sharenya
Smg bisa mjd pengalaman berharga bagi qta smua
Bahwa seburuk apapun qta dimasa lalu, gak ad kata terlambat u bisa berubah menjadi lebih baik


Mohon Maaf Lahir Bathin

*klo ada salah kata mohon dimaafkan
*silent member

@NietaLuvSaRi
EveryMomentWithYouIsTheSweetestOnE

-----Original Message-----
From: Tieta Jung jung <tietajungjung@ymail.com>
Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Tue, 26 Jul 2011 07:43:48
To: <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] (Catcil) Kembali

semoga catatanya bisa menjadi pencerah untuk keidupan esok...^^...bagus,,,


________________________________
From: &quot;ugikmadyo@gmail.com&quot; &lt;ugikmadyo@gmail.com&gt;
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Monday, July 25, 2011 12:53 PM
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] (Catcil) Kembali


 
Klo kata orang Surabaya, Nia, maknyes hehe

Bener-bener menyejukkan baca tulisan ini.
Jadi ikutan semangat.
Semoga rencana pernikahan Rama dan juga Nia dimudahkan. Aamiin.

Ikutan Mohon maaf juga atas semua kesalahan tulis selama ini.

Ugik Madyo
*yang lagi nyepi di pinggir sawah nan hijau uenaaak-e reeeek


Powered by Telkomsel BlackBerry®
________________________________

From: musimbunga@gmail.com
Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Mon, 25 Jul 2011 06:21:02 +0000
To: &lt;sekolah-kehidupan@yahoogroups.com&gt;
ReplyTo: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] (Catcil) Kembali
 
Ah menyejukkan di siang yg terik :)
Mohon maaf lahir bathin juga :) ditunggu undangannya ahiiiy :)

Powered by Telkomsel BlackBerry®
________________________________

From: Ramaditya Adikara &lt;ramavgm@gmail.com&gt;
Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Mon, 25 Jul 2011 12:13:23 +0700
To: &lt;sekolah-kehidupan@yahoogroups.com&gt;
ReplyTo: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Cc: &lt;isye.oktaviana@gratika.co.id&gt;
Subject: [sekolah-kehidupan] (Catcil) Kembali
 
&quot;Assalamu&#39;alaikum. Bunda turut prihatin atas kejadian yang menimpamu.
Bunda percaya hal ini tidak membuatmu hancur, karena pejuang sejati
takkan mati sekali tikam. Hemat Bunda sekarang adalah saat yang tepat
untuk bersunyi-sunyi, menjauh dari tepuk tangan yang menikam. Mari
bermuhasabah, taqarrub kepada Allah, karena Allah sebaik-baiknya
penolong yang maha pengampun. Apa pun kebenaran yang tersembunyi tidak
membuat kami kehilangan respect dan sayang kepadamu. Namun Bunda
berharap, selama beberapa tahun ke depan, dirimu belajar dan berlatih
lebih keras dan buktikan pada dunia bahwa dirimu memang bisa mencipta
karya yang handal. Namun tetaplah low profile anakku, jangan lena oleh
tepuk tangan, karena gemuruh tepuk tangan menulikan telinga kita untuk
mendengar suara hati. Salam dan do&#39;a kami.&quot; (BT)

Pesan di atas kuterima dari seorang hamba Allah kira-kira satu tahun
yang lalu, ketika diriku berduka atas kesalahan dan dosa yang telah
kuperbuat, ketika aku malu atas nista dan hina yang terpancar lewat
tatap serta kalam manusia, ketika aku tak berdaya dan hanya bisa
pasrah akan masa depanku...

Kalau kau bingung kenapa, cobalah akses Google dan ketikkan namaku,
maka tak akan sulit bagimu untuk menemukan nila itu di sana.

Sudah satu tahun lamanya nila itu bertaburan di sana, sudah setahun
pula aku merasakan dampaknya.

&quot;Pembohong tetap akan jadi pembohong,&quot; cibir orang. &quot;There is no
homework to fix, because it&#39;s over,&quot; ujar yang lain lagi. Ada juga
yang bilang, &quot;Kalau nggak dikejar-kejar mana mungkin ngaku,&quot; atau
&quot;Permintaan maafnya hanya sekadar menjaga citra baiknya,&quot; dan
lain-lain.

Ah, entah berapa banyak kombinasi kalimat yang dapat kurangkum untuk
menggambarkan betapa hancurnya keadaanku tahun lalu. Boleh jadi,
mungkin kau pun salah satu di antara sekian banyak orang yang pernah
merangkai kalimat itu untukku.

Yang jelas, apa pun yang kupikirkan dan apa pun yang kulakukan tak
akan dapat mengubah masa lalu itu. Namun, bunyi pesan di atas yang
berulang kali kubaca di sela-sela ibadah dan do&#39;aku terus memberiku
semangat, bahwa aku dapat mengendalikan masa depanku.

Maka, aku pun terus berusaha, hingga genap setahun sejak pesan itu
kuterima (hari ini), dan ketika penelusuranku pada ayat-ayat Al-Qur&#39;an
sampai pada terjemahan ini.

&quot;Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan Kami telah
menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu?. Dan
Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya
kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.&quot; (QS 94)

Ya Allah, maafkanlah aku yang selama ini telah mencari kemuliaan
sehingga lupa memuliakanmu, zat maha mulia yang telah memberiku
kemuliaan.

Ya Allah, maafkan aku yang selama ini telah mencari tinggi untuk
namaku, sehingga aku lupa bahwa engkaulah zat maha tinggi yang harus
kutinggikan.

...setahun sudah sejak urusan itu, dan kini...tibalah saatnya aku
menjalani urusan yang baru, dengan berpedoman pada pelajaran berharga
yang Allah berikan untukku tahun lalu...

...saat akhirnya kuselesaikan kuliahku dan kuraih gelar sarjanaku,
...saat akhirnya aku kembali aktif sebagai pengajar dan relawan bagi
rekan-rekan eks-pengguna NARKOBA,
...saat akhirnya aku kembali aktif sebagai kolumnis teknologi untuk
salah satu media online di Indonesia,
...saat akhirnya aku kembali menjalin pertemanan lewat dunia nyata dan maya,
...saat akhirnya aku kembali bermusik dengan suling kesayanganku,
...saat akhirnya aku kembali aktif di Sekolah Kehidupan,
...dan saat akhirnya aku menemukan tambatan hati yang akan segera kunikahi,

...lantas membuatku berpikir,

&quot;Tanpa predikat game music composer, sepertinya hidupku tidaklah
terlalu buruk...&quot;

Semoga catatan kecil ini dapat menjadi awal baru yang indah buatku,
dan semoga membawa manfaat bagi rekan-rekanku di Sekolah Kehidupan
ini. Catatan kecil ini pun kumaksudkan sebagai lampiran untuk
permohonan maaf lahir batinku karena kita akan segera memasuki
Ramadhan. Dengan sepenuh hati, kusampaikan &quot;Mohon maaf lahir batin...&quot;

&quot;Teruntuk kawan-kawanku yang mungkin bernila serupa denganku, atau
mungkin lebih parah dariku, ingatlah bahwa selama napas masih
berhembus, kesempatan masih ada. Maka sebelum kesempatan itu habis,
mari lakukanlah sesuatu...&quot;

Terima kasih, Bunda... Terima kasih atas pesan singkat itu...
Satu tahun sudah aku mati, dan kini aku siap kembali dan hidup lagi...

--
&quot;Ramaditya Skywalker: The Indonesian Blind Blogger&quot;

- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com


2a.

[catcil] Kangeeeeeeeeeeen :D

Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Wed Jul 27, 2011 6:16 am (PDT)



Ya ampuuun, saya kangen banget sama teman-teman di sini sampai rasanya saya nangis. Nangis begitu buka milis dan membaca satu demi satu postingan... Hahaha, ketahuan, deh cengengnya. :)

Tapi, saya juga ketawa baca postingan Nia. Maaf ya, Ni... masa sih saya ngomelin kamu... hehe. *nggak ngaku*

Begitu banyak persahabatan yang saya temukan di sini. Banyak beneeer, sampai rasanya saya nggak bisa ngabsenin satu-satu. *bilang aja malas* :D

Teringat pertama kali datang milad pertama di Kuningan, cucurak di Bogor, halal bi halal di Lembang, Milad lagi di Situgintung, bukber di mana ya? Lupa :D Terus, milad di Lembang lagi. Jalan-jalan ke Bandung, nyasar sana-sini. Datang ke nikahan teman-teman Eska yang pasti seru, hehe.

Milad kemarin nyaris saya nggak bisa ikutan. Entah kenapa, ada aja halangannya. Awalnya karena saya harus ikut acara kampus 2 hari, tapi akhirnya saya batal ikut karena satu dan lain hal sampai akhirnya saya putuskan untuk datang milad :D tapi itu dia, harus ke sana kemari dulu karena ada urusan lain.

Saya pun sempat terjebak hujan deras di Depok. Duh, terancam nggak bisa datang. Yah, saya sempaat mikir nekat untuk naik ojek aja karena khawatir macet. Tapi, nggak jadi karena hujaaaan lagi sodara-sodara. :( Saya berkali-kali koordinasi dengan Mimin. Fuuh, asli... saya sempat pesimis berangkat dari Depok.

Akhirnya, diputuskan naik taksi dan alhamdulillah sampai dengan selamat dan syukurnya acara belum selesai :D

Yang pasti, senang ketemu semuanya :)
Kayak reuni... apa karena kita jarang ketemu, ya?
Kayak acara keluarga
Kayak apa lagi ya...
yang jelas terasa hangatnya...

Hingga tiba waktunya pulang, saya 'diculik' rombongan Bandung, hehe... :D

Tahu mau 'diculik', saya bawa baju, deh :D

Aaaah, kangennya segini dulu, deh :)

Salam

Novi

2b.

Re: [catcil] Kangeeeeeeeeeeen :D

Posted by: "musimbunga@gmail.com" musimbunga@gmail.com

Wed Jul 27, 2011 7:29 am (PDT)



Kangeeeeen jugaaaa ahaha

Omelanmu menenangkan ku lho..
Jadi pengen ketawa hihi
Bulan puasa boleh nginep gak? Ntar kebablasan lagi, gak sahur hihi inget dulu
Powered by Telkomsel BlackBerry�

-----Original Message-----
From: "Novi Khansa" <novi_ningsih@yahoo.com>
Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Wed, 27 Jul 2011 13:16:36
To: <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Subject: [sekolah-kehidupan] [catcil] Kangeeeeeeeeeeen :D

Ya ampuuun, saya kangen banget sama teman-teman di sini sampai rasanya saya nangis. Nangis begitu buka milis dan membaca satu demi satu postingan... Hahaha, ketahuan, deh cengengnya. :)

Tapi, saya juga ketawa baca postingan Nia. Maaf ya, Ni... masa sih saya ngomelin kamu... hehe. *nggak ngaku*

Begitu banyak persahabatan yang saya temukan di sini. Banyak beneeer, sampai rasanya saya nggak bisa ngabsenin satu-satu. *bilang aja malas* :D

Teringat pertama kali datang milad pertama di Kuningan, cucurak di Bogor, halal bi halal di Lembang, Milad lagi di Situgintung, bukber di mana ya? Lupa :D Terus, milad di Lembang lagi. Jalan-jalan ke Bandung, nyasar sana-sini. Datang ke nikahan teman-teman Eska yang pasti seru, hehe.

Milad kemarin nyaris saya nggak bisa ikutan. Entah kenapa, ada aja halangannya. Awalnya karena saya harus ikut acara kampus 2 hari, tapi akhirnya saya batal ikut karena satu dan lain hal sampai akhirnya saya putuskan untuk datang milad :D tapi itu dia, harus ke sana kemari dulu karena ada urusan lain.

Saya pun sempat terjebak hujan deras di Depok. Duh, terancam nggak bisa datang. Yah, saya sempaat mikir nekat untuk naik ojek aja karena khawatir macet. Tapi, nggak jadi karena hujaaaan lagi sodara-sodara. :( Saya berkali-kali koordinasi dengan Mimin. Fuuh, asli... saya sempat pesimis berangkat dari Depok.

Akhirnya, diputuskan naik taksi dan alhamdulillah sampai dengan selamat dan syukurnya acara belum selesai :D

Yang pasti, senang ketemu semuanya :)
Kayak reuni... apa karena kita jarang ketemu, ya?
Kayak acara keluarga
Kayak apa lagi ya...
yang jelas terasa hangatnya...

Hingga tiba waktunya pulang, saya 'diculik' rombongan Bandung, hehe... :D

Tahu mau 'diculik', saya bawa baju, deh :D


Aaaah, kangennya segini dulu, deh :)


Salam

Novi




3.

Artikel: Kelemahan Terbesar Umat Manusia

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Wed Jul 27, 2011 6:17 am (PDT)



Artikel:
Kelemahan Terbesar Umat Manusia
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Dibalik kelemahan tersimpan
kekuatan. Demikian hukum kesetimbangan menyatakan. Dengan hukum itu kita
percaya bahwa kekuatan kita justru terletak pada kelemahan yang kita miliki.
Makanya dalam sebuah wawancara kadang ditanya apa kelemahan kita. Sang
pewawancara tidak terlampu ingin tahu apa sebenarnya kelemahan itu. Dia justru
ingin tahu cara kita menyikapi kelemahan yang kita miliki, lalu bagaimana kita mengubahnya
menjadi kekuatan. Keterampilan memahami kelemahan dan mengubahnya menjadi
kekuatan ini bukan hanya cocok dalam proses wawancara, melainkan dalam cara
kita menjalani kehidupan kita. Jadi, sudahkah Anda memahami  kelemahan terbesar Anda? Dan sudahkah Anda
mengubahnya menjadi kekuatan?
 
Sebagai pribadi, Anda dan
saya mempunyai kelemahan masing-masing. Mungkin kelemahan yang sama. Mungkin
juga berbeda. Namun sebagai sesama manusia; saya, Anda dan mereka mempunyai
common weaknesses atau kelemahan umum yang dimiliki oleh semua umat manusia. Kelemahan
manusia ditandai dengan adanya hal-hal yang tidak bisa dilakukannya. Namun jika
kita bisa mengubah semua kelemahan itu menjadi kekuatan, maka kita bisa
menampilkan diri sebagai 'mahluk sempurna'. Bagi Anda yang tertarik menemani
saya belajar mengubah kelemahan menjadi kekuatan; saya ajak untuk memulainya dengan
memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:     
 
1.      Manusia tidak bisa selamanya melakukan kesalahan. Jika kita
dituntut untuk terus melakukan kesalahan, pasti kita tidak akan bisa. Mengapa?
Karena dalam proses penciptaan kita, Tuhan telah mengilhamkan kebaikan dan
keburukan sebagai satu paket yang utuh. Meskipun kita berusaha keras untuk
terus melakukan kesalahan itu, tetapi hati kita akan selalu mengingatkan untuk
tidak melakukannya. Anda tidak akan mungkin melakukan kesalahan terus secara
sempurna. Karena hati Anda akan selalu mengingatkan untuk melakukan tindakan
dalam koridor kebenaran. Guru kehidupan saya mengingatkan; 'maka beruntunglah
orang-orang yang rajin membersihkan jiwanya. Dan rugilah orang-orang yang terus
menerus mengotorinya'. Sebagai manusia sempurna, ukuran nilai diri kita
ditentukan oleh tindakan mana yang paling banyak kita lakukan. Kesalahan-kah? Atau
kebenaran? Namun jika ingin menjadi orang yang beruntung,  maka kita butuh melakukan lebih banyak
tindakan berisi kebenaran. Karena kebenaran membawa jiwa kita kedalam kesucian.
 
2.      Manusia tidak bisa hanya disuruh-suruh saja. Office boy kadang
disebut juga sebagai 'pesuruh'. Ada seorang 'pesuruh' yang mengajari saya
dengan baik fakta bahwa manusia itu memang tidak bisa disuruh-suruh. Sang 'pesuruh'
ini selalu mempunyai argumen bagi orang yang menyuruhnya sehingga dia tidak selalu
benar-benar menjadi 'pesuruh'. Misalnya, jika seseorang menyuruhnya membeli
nasi goreng bisa saja dia datang dengan nasi padang. Jika sang 'penyuruh'
protes, maka sang pesuruh ini dengan ringannya mengatakan;"Susah cari nasi goreng
siang-siang, Bu. Lagian tidak sehat kalau Ibu makan nasi goreng siang-siang…."
Fakta bahwa manusia mempunyai 'will' atau kehendak menunjukkan bahwa Tuhan
memang tidak menciptakan kita untuk menjadi mahluk yang hanya disuruh-suruh.
Kita adalah mahluk dengan inisiatif. Makanya, jika kita masih harus
disuruh-suruh; mungkin kita belum menjadi manusia secara utuh. Karena manusia
yang utuh, tidak bisa hanya disuruh-suruh.
 
3.      Manusia tidak bisa melepaskan diri dari rasa cinta. Bisakah
Anda menyebut nama seorang manusia yang hidupnya tidak mengenal rasa cinta?
Cinta kepada sesama manusia. Cinta kepada harta. Cinta kepada pangkat dan
jabatan. Cinta kepada benda-benda. Tidak ada manusia yang tidak punya rasa
cinta, bukan? Hal ini menunjukkan bahwa cetak biru penciptaan manusia sudah
memasukkan unsur cinta kedalamnya sehingga kita membutuhkan penyaluran rasa
cinta itu. Yang perlu kita pelajari adalah bagaimana, kepada siapa dan seberapa
banyak kita mencurahkan perasaan cinta itu. Jika penyaluran rasa cinta itu
tersumbat, maka hidup kita akan terasa hampa. Sebaliknya dengan penempatan rasa
cinta yang tepat, maka hidup kita akan semakin terasa indah dan penuh warna.
Mengapa? Karena siapapun kita, tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari rasa
cinta.
           
4.      Manusia tidak bisa lepas dari ketergantungan kepada orang lain. Sebutkan satu saja kebutuhan hidup Anda yang bisa dipenuhi oleh diri Anda
sendiri. Tidak ada. Hidup kita dikelilingi oleh benda-benda atau hal-hal yang
disediakan oleh orang lain. Saya? Bagaimana mungkin bisa bersemangat untuk
menulis jika tidak ada orang-orang seperti Anda yang berkenan membacanya. Anda?
Tidak mungkin bisa memperoleh pakaian indah yang saat ini sedang Anda kenakan
jika tidak ada petani kapas, buruh pabrik tenun, tukang jahit dan orang-orang
tak dikenal lainnya yang berkontribusi kepada kenyamanan hidup Anda. Nasi yang
kita makan. Bis yang kita tumpangi. Kursi yang kita duduki. Jabatan yang kita
sandang. Semuanya ada karena keterlibatan orang lain. Tanpa mereka sungguh,
kita menjadi tidak berdaya. Mengapa? Karena sebagai manusia, kita tidak bisa
lepas dari ketergantungan kepada orang lain.
 
5.      Manusia tidak bisa melepaskan diri dari nilai-nilai ketuhanan. Kita memang mengenal istilah 'atheis' atau orang-orang yang pada masa jayanya
mempertanyakan keberadaan Tuhan. Namun, sejarah mencatatkan bahwa Hitler sang diktator
zaman modern paling berkuasa pun mengakhiri hidupnya karena akhirnya dia
mengakui bahwa ada kekuatan mutlak lain yang kekuasaannya bukan sekedar
menyaingi dirinya, melainkan meliputi seluruh jagat raya. Sejarah juga
mencatatkan bahwa Fir'aun sang diktator zaman klasik yang mengejar Musa pun
akhirnya mengakui keberadaan Tuhan tepat ketika gelombang laut melibas, menghempas,
dan menenggelamkan dirinya. Ketika sedang berada dalam kesulitan, Anda
bergumam;"Ya Tuhan….." Meskipun ketika sedang bahagia kita sering lupa kepada
Tuhan, tetapi ada saat dimana  hati kita
kembali mengingatkan bahwa kita, tidak bisa melepaskan diri dari nilai-nilai
ketuhanan.
 
Uraian diatas hanya membahas
kelemahan manusia secara kolektif. Kelemahan kita sebagai individu? Biarkan
kita masing-masing yang menelusurinya. Kita bisa mengingkari semua kelemahan
yang kita miliki. Namun, kita juga bisa memilih untuk mengakui, memahami, dan
menerima kelemahan itu sejujurnya. Kemudian mengubahnya menjadi kekuatan yang
bisa meningkatkan nilai diri kita sendiri. Karena makna kesempurnaan manusia terletak
pada kombinasi antara apa yang dimilikinya, dan apa yang tidak dimilikinya.
Maka bersyukurlah atas apa yang kita miliki. Dan bersyukurlah atas apa yang
tidak kita miliki. Karena kedua kutub itulah yang menjadikan kita manusia
seutuhnya. Alhamdulillah.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 27 Juli 2011
Master
Trainer & Natural Intelligence Inventor
Website: http://www.dadangkadarusman.com              
 
Catatan Kaki:
Kesempurnaan penciptaan manusia terletak
kepada dirinya apa adanya. Kita yang lemah namun juga kuat. Kita yang penuh
cinta sekaligus nafsu. Kita yang benar dan salah. Semua itulah yang menjadikan kita
manusia seutuhnya. Maka terimalah diri kita apa adanya.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda
nilai bermanfaat bagi yang lain.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman
4.

"Peringatan bagi Pemimpin"

Posted by: "Dewo" pdewo@yahoo.com   pdewo

Wed Jul 27, 2011 6:28 am (PDT)



"Peringatan bagi Pemimpin"

Anies Baswedan
(Rektor Universitas Paramadina)

Makin hari kegalauan itu tumbuh makin pesat, tetapi berhentilah mengatakan bangsa ini bobrok. Hentikan tudingan bahwa bangsa ini tenggelam. Tidak! Bangsa ini sedang bangkit dan akan makin tinggi berdirinya.

Lihatlah rakyat di sana-sini, bangun sebelum pagi, penuhi pasar rakyat, padati jalan dan kelas, menyongsong kehidupan. Dengan sinar lampu apa adanya mereka coba sinari masa depan sebisanya. Petani, guru, nelayan, pedagang, atau tentara di tepian republik jalani hidup berat penuh tanggung jawab. Di tengah kepulan polusi pekat, rakyat kota menyelempit mencari masa depan. Mereka rebut peluang, jalani segala kesulitan tanpa pidato keprihatinan. Rakyat yang tegar dan tangguh. Denyut geraknya membanggakan.

Kegalauan republik ini bukan bersumber pada rakyat, melainkan pada pengurus negara yang seakan berjalan tanpa target. Deretan agenda penting dan urgen jadi wacana, tetapi tidak kunjung jadi realitas.

Pengurus republik sukses membangun kekesalan kolektif dan menanam bibit pesimisme. Pimpinan kini menuai kekecewaan. Harapan, kepercayaan, pengertian, toleransi, kesabaran, dan permakluman rakyat kepada pemimpin dikuras terus. Apakah dikira stok permakluman itu tanpa batas?

Dengan hormat saya sampaikan: stok itu ada batasnya dan sudah menipis. Semua ingin lihat hasil. Tak mau lagi dengar keluh kesah, tak hendak dengar kata prihatin keluar dari pemimpin. Republik ini perlu pemimpin yang hadir untuk menggelorakan percaya diri, bukan menularkan keprihatinan. Pemimpin tak boleh kirim ratapan, pemimpin harus kirim harapan.

Sebatas pidato dan wacana

Hari ini Indonesia memasuki era demokrasi etape ketiga. Kepresidenan periode kedua. Tidak pernah ada dalam sejarah republik ini seorang anak bangsa dipilih jadi pemimpin dengan suara sebanyak saat Presiden Yudhoyono di tahun 2009. Semua persyaratan untuk melakukan dan menuntaskan langkah-langkah besar ada di sana. Tapi mana langkah besar itu: infrastruktur ekonomi? Kepastian hukum? Integritas di sekolah? Tegas kepada pengemplang pajak? Pemangkasan benalu APBN? Konsistensi kebijakan? Reformasi birokrasi? Jaminan kebinekaan bangsa? Perlindungan warga bangsa?

Harapan yang tinggi untuk membereskan agenda penting baru sebatas pidato dan wacana. Republik perlu realitas. Pemerintah memang punya capaian, tetapi jika ada keberanian untuk menggelontorkan terobosan-terobosan besar di sektor penting, maka capaian itu akan melonjak. Kekecewaan tumbuh bukan semata karena pemerintah tak membawa hasil, melainkan karena terlalu banyak peluang terobosan dan perubahan yang disia-siakan. Sebutlah soal energi atau infrastruktur sistem logistik (jalan, pelabuhan, bandara, dan lain-lain), terobosan di sini bisa membuat ekonomi melejit. Atau terobosan besar dalam penegakan hukum. Perusak kebinekaan didiamkan, pengemplang pajak tak dijerat. Hukum tegak kokoh tanpa kompromi bagi rakyat kecil, tapi hukum loyo lunglai di depan rakyat besar.

Ini semua dampak absennya keberanian menerobos. Semua serba alakadarnya. Amunisi politik yang dahsyat itu tak digunakan. Republik ini butuh pemimpin yang mau turun ke lapangan, pemimpin kerja dan bukan pemimpin upacara. Rakyat tidak perlu pengumuman hasil rapat, tapi ingin lihat implementasinya.

Lihat sejarah kita, gamblang sekali. Republik ini didirikan oleh orang-orang yang berintegritas. Integritas itu membuat mereka jadi pemberani dan tak gentar hadapi apa pun. Bukan pencitraan, tapi integritas dan keseharian yang apa adanya membuat mereka memesona. Mereka jadi cerita teladan di seantero negeri.

Kini republik membutuhkan pemimpin yang berani tegakkan integritas, berani perangi �jual-beli� kebijakan dan jabatan, pemimpin yang mau bertindak tegas melihat APBN untuk rakyat �dijarah� oleh mereka yang punya akses. Ya, pemimpin yang bernyali menebas penyeleweng tanpa pandang posisi atau partai, dan bukan pemimpin yang serba mendiamkan seakan tidak pernah terjadi apa-apa.

Republik ini perlu pemimpin yang mendorong yang macet, membongkar yang buntu, dan memangkas berbenalu. Pemimpin yang tanggap memutuskan, cepat bertindak, dan tidak toleran pada keterlambatan. Pemimpin yang siap untuk �lecet-lecet� melawan status quo yang merugikan rakyat, berani bertarung untuk melunasi tiap janjinya. Republik ini perlu pemimpin yang memesona bukan saja saat dilihat dari jauh, tetapi pemimpin yang justru lebih memesona dari dekat dan saat kerja bersama.

Bukan pemimpin yang selalu enggan memutuskan dan suka melimpahkan kesalahan. Bukan pemimpin yang diam saat rakyat didera, lembek saat republik dihardik negara tetangga, tapi lantang dan keras justru saat diri pribadi atau keluarganya tersentuh. Pemimpin yang tak gentar dikatakan mengintervensi karena mengintervensi adalah bagian dari tugas pemimpin dan pembiaran tidak boleh masuk dalam daftar tugas seorang pemimpin.

Jika Presiden Yudhoyono tidak segera mengubah cara menjalankan pemerintahan, maka saya harus mengingatkan bahwa bangsa Indonesia bisa memasuki persimpangan jalan yang berbahaya.

Jalan pertama adalah meneruskan kepemimpinan sampai di 2014 agar proses demokrasi berjalan normal tapi rakyat mencicipi hasil yang alakadarnya, deretan peluang kemajuan hilang tanpa bekas. Keterlambatan dan pembiaran jadi ciri beberapa tahun ke depan. Bahkan lunglainya penegakan hukum adalah resep mujarab menuju negara kacau.

Jalan kedua mulai menyeruak. Jalan berbahaya tapi suara ini mulai berkembang sebagai respons atas kelambatan dan pembiaran sistemik ini: berhenti di tengah jalan dan berikan kepada orang lain untuk memimpin. Suara macam ini bisa merusak pranata siklus demokrasi yang dibangun dengan sangat susah payah. Suara ini tumbuh karena keyakinan bahwa lewat jalan terjal ini bisa terjadi pembongkaran atas pembiaran dan kelambanan; agar rakyat tak dirugikan terus-menerus.

Tak optimal

Semua tahu sistem presidensial menjamin presiden bisa bekerja sebagai eksekutor pemerintahan dan melindunginya agar tak dapat diberhentikan oleh alasan politis. Hari ini yang dihadapi Indonesia situasi sebaliknya. Periode dijamin aman oleh konstitusi, tetapi presiden tak optimal jalankan otoritasnya. Keterlambatan berjejer dan pembiaran berderet. Periode fixed lima tahun itu bukan mengamankan agar kerja cepat, kini malah jadi penyandera bangsa dari gerak kemajuan cepat.

Memang presiden bukan dewa atau superman. Tidak pantas semua masalah ditumpahkan ke pundak pemimpin. Akan tetapi, presiden bisa menentukan suasana republik. Pemimpin adalah dirigen yang menghadirkan energi, nuansa, dan aurora di republik ini. Pemimpin bisa fokus menguraikan masalah strategis dan urgen bagi percepatan pelunasan janji-janjinya.

Presiden Yudhoyono harus sadar bahwa caranya menjalankan pemerintahan itu memiliki efek tular. Kelugasan, ketegasan, keberanian, kecepatan, keterbukaan, kewajaran, kemauan buat terobosan, dan perlindungan kepada anak buah bahkan kesederhanaan protokoler itu semua menular. Tapi kebimbangan, kehati-hatian berlebih, kelambatan, ketertutupan, formalitas kaku, pembiaran masalah, orientasi kepada citra dan ketaatan buta pada prosedur itu juga menular. Menular jauh lebih cepat dan sangat sistemik.

Rakyat republik ini sudah kerja keras. Lihat di segala penjuru Indonesia. Mulai dari kampung kumuh-sumuk tak jauh dari istana, di puncak-puncak pegunungan dingin, di tepian pantai sebentangan khatulistiwa: rakyat republik ini serba kerja keras. Mereka mau maju, mereka mau hadirkan kehidupan yang lebih baik bagi anak cucunya. Dan, yang pasti mereka tak biasa tanya siapa yang jadi pemimpin. Buat rakyat banyak tak terlalu penting �siapa�-nya, yang penting lunasi semua janjinya.

Ini adalah sebuah peringatan apa adanya, semata-mata agar Indonesia tidak menemui persimpangan jalan itu. Ingat, rakyat negeri ini sudah bekerja keras dan �berlari� cepat. Pengurus negara harus memilih mengimbangi kecepatan rakyat atau ditinggalkan rakyat.

Anies Baswedan,
Rektor Universitas Paramadina

Pramono Dewo
5a.

(Diary) Catatan Harian Dari Negeri Giran - Bagian 1

Posted by: "Ramaditya Adikara" ramavgm@gmail.com

Wed Jul 27, 2011 7:48 pm (PDT)



Original link: http://ramaditya.multiply.com/journal/item/211/Catatan_Harian_Dari_Negeri_Jiran_-_Bagian_1

"To be clean from drugs is a short beginning of a long journey." (Mr.
Hamid, Rumah Pengasih)

Ini adalah salah satu catatan hidupku yang penuh makna, sebuah
pengalaman saat aku berjumpa dengan mereka, orang-orang yang telah
menjadi salah satu inspirator utama dalam hidupku. Mereka bukan
motivator, pengusaha kaya, atau pejabat negara. Mereka pun, boleh
jadi, tak terlalu dihiraukan bahkan kerap diasingkan oleh masyarakat.
Mereka, mantan pecandu NARKOBA yang telah "bersih dan bijak," dan
menjadi cahaya bagi rekan-rekan senasib yang ingin kembali ke jalan
yang benar. Mereka yang kini menjadi teman baik dan bagian dari
hidupku.

Tak terasa sudah tiga tahun sejak pertama kali aku bergabung dengan
SRS (Sahabat Rekan Sebaya), komunitas yang mewadahi eks-pecandu
NARKOBA (selanjutnya disebut after care) yang diasuh oleh Dr. Aisah
Dahlan. Beliau adalah seorang dokter yang menangani segala hal yang
berhubungan dengan NARKOBA, dan dari beliaulah aku belajar banyak
mengenai benda terlarang itu.

Oh ya, SRS sendiri beranggotakan after care dengan berbagai
keterampilan dan keahlian, yang dikelola secara administrative,
sehingga terciptalah sebuah komunitas dengan seabrek kegiatan positif
dan konstruktif.

Singkat cerita, waktu pun membawaku ke tanggal 23 Maret 2011, hari di
mana rekan-rekan dari SRS berkunjung ke Rumah Pengasih, sebuah lembaga
rehabilitasi after care yang berada di Negeri Jiran, Malaysia.

Ada pun tujuan kunjungan tersebut adalah untuk saling berbagi
pengalaman dan sekaligus sebagai sarana silaturahim antar after care
Indonesia dan Malaysia

Setibanya di Rumah Pengasih, kami disambut oleh Kak Suhaemi Ahmad,
salah seorang trainer di sana. Kami pun saling berkenalan dengan
residen (sebutan bagi penghuni Rumah Pengasih) yang jumlahnya sekitar
70 orang, 5 di antaranya wanita.

Dalam perkenalan yang berlangsung hangat itu, sesama after care saling
melempar canda dan tawa. �Saya pernah pakai NARKOBA salama 5 tahun,
tapi sudah bersih 6 tahun,� ujar salah seorang after care. �Yaaa, 5
tahun itu yang ketahuan, kalau yang curi-curi atau ngumpet-ngumpet
bagaimana tuh,� timpal after care lain sambil berkelakar. �Mmmmm, saya
tidak pernah pakai NARKOBA, dan di SRS jadi relawan, jadi sudah bersih
dari lahir,� sambungku meneruskan candaan, yang dijawab dengan gelak
tawa dari semua yang hadir siang itu.

Selanjutnya, kami dijamu makan siang oleh "kitchen," yakni divisi yang
beranggotakan staff dan klien Rumah Pengasih yang tugasnya sama dengan
koki masak, mengurus isi perut seluruh warga yang tinggal di sana.
Selain makan reguler 3 kali sehari, kami juga dijamu snack pada saat
break, biasanya kami disuguhi kue-kue, didampingi kopi atau teh tarik
(yang satu ini bikin aku kangen dengan Malaysia).

Setelah itu, Kak Suhaemi membagi kami menjadi beberapa kelompok tidur
menurut kabin masing-masing, di mana tiap kabin berisi 3 sampai 5
orang. Kami pun didampingi oleh �buddy,� yaitu orang yang bertugas
mengingatkan setiap waktu shalat dan menjemput peserta dalam setiap
aktivitas.

Lalu kami pun diajak keliling lingkungan Rumah Pengasih. Kak Suhaemi
yang akrab disapa Bang Jack itu membawa kami ke kantor Rumah Pengasih,
di mana kami mendapat penjelasan mengenai apa-apa saja aktivitas,
kegiatan, tanggungjawab, serta program yang ada di sana. Kami juga
melihat-lihat barak-barak tempat tinggal residen di sana, serta kabin
(semacam bilik berisi beberapa tempat tidur dan kamar mandi) tempat
kami menginap. �Nah, ini namanya kolam Zarimah,� tunjuk Bang Jack ke
sebuah kolam kecil yang letaknya tak jauh dari kantor Rumah Pengasih.
�Wah di Indonesia juga ada wanita dengan nama yang sama, dan dia
dijuluki Ratu NARKOBA,� ujar salah seorang relawan SRS.

Mengikuti aktivitas di Rumah Pengasih benar-benar menyenangkan dan
sarat akan ketenangan. Kalau boleh kubandingkan, mungkin hamper sama
seperti kalau kita mondok di pesantren atau sekolah alam, hanya saja
peraturan tidak dijalankan dengan ketat, melainkan tertib.

Meski lokasinya berdekatan dengan jalan TOL dan suara hilir mudik
kendaraan roda empat tak putus-putusnya menjadi pengiring kegiatan di
sana, suasana kekeluargaan yang hangat dan nuansa keagamaan yang
kental telah berhasil menyita kebetahanku.

Satu jam sebelum Adzan Subuh berkumandang, biasanya aku dan
rekan-rekan sudah dibangunkan oleh buddy, lalu kami mandi dan
bersiap-siap shalat Subuh berjamaah

Shalat-shalat di waktu berikutnya tak jauh berbeda, hanya saat Maghrib
usai kami tidak meninggalkan Masjid, namun melanjutkan dengan membaca
Al-Qur�an hingga Isya.

Ketika waktunya tiba, Adzan pun membahana di lokasi Rumah Pengasih dan
kami berduyun-duyun menuju Masjid yang berada di dalam area Rumah
Pengasih. Yang menarik adalah kuliah tujuh menit yang diberikan di
akhir shalat benar-benar �mengambil masa� tujuh menit, tidak lebih!

Nah, kegiatan rehabilitasi di Rumah Pengasih pun mulai berjalan
setelah Subuh usai. Setelah makan pagi, acara dilanjutkan dengan
�Morning Meeting,� di mana rekan-rekan after care saling berbagi
�issue,� yaitu semacam curahan hati, di mana mereka melakukan evaluasi
terhadap diri sendiri, tentang apa-apa saja yang terjadi di hari
sebelumnya. Dengan jujur mereka bercerita tentang apa saja, dan minta
solusi dari rekan-rekan yang lain bila ada kesalahan atau kekurangan
dalam sikap mereka di hari sebelumnya.

Dalam Morning Meeting, para pengasuh Rumah Pengasih juga berbagi
materi seputar NARKOBA, tentang apa-apa saja yang harus dilakukan agar
after care dapat tetap �bersih dan bijak� dan tak lagi terjerumus
mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

Siang harinya, tim SRS di bawah arahan Dokter Aisah pun berbagi
materi, yang akan kubahas lebih dalam di artikel selanjutnya. Yang
jelas, selama 5 hari kami berada di sana, tak ada waktu yang sia-sia
terbuang karena kami mengisinya dengan penuh antusiasme dan suka cita.

--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian Blind Blogger"

- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com

5b.

Re: (Diary) Catatan Harian Dari Negeri Giran - Bagian 1

Posted by: "qq_maniez_xi@yahoo.com" qq_maniez_xi@yahoo.com   qq_maniez_xi

Thu Jul 28, 2011 1:24 am (PDT)



Mas,,ditunggu cerita selanjutnya dooong..pengen tau deeh..kebetulan saya juga pernah KKL di UPT T&R BNN Lido..subhanallah,,memang sbuah pengalaman yang menarik..saluuuut untuk teman2 mantan pecandu (sya menyebutnya family)..stiap detik hidup mrk adalah perjuangan..mrk n kita tdk akan tau kpn mrk akan "jatuh" lagi..bisa terjadi kpn saja.
Powered by Telkomsel BlackBerry�

-----Original Message-----
From: Ramaditya Adikara <ramavgm@gmail.com>
Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Thu, 28 Jul 2011 09:48:02
To: sekolah-kehidupan<sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Subject: [sekolah-kehidupan] (Diary) Catatan Harian Dari Negeri Giran - Bagian 1

Original link: http://ramaditya.multiply.com/journal/item/211/Catatan_Harian_Dari_Negeri_Jiran_-_Bagian_1

"To be clean from drugs is a short beginning of a long journey." (Mr.
Hamid, Rumah Pengasih)

Ini adalah salah satu catatan hidupku yang penuh makna, sebuah
pengalaman saat aku berjumpa dengan mereka, orang-orang yang telah
menjadi salah satu inspirator utama dalam hidupku. Mereka bukan
motivator, pengusaha kaya, atau pejabat negara. Mereka pun, boleh
jadi, tak terlalu dihiraukan bahkan kerap diasingkan oleh masyarakat.
Mereka, mantan pecandu NARKOBA yang telah "bersih dan bijak," dan
menjadi cahaya bagi rekan-rekan senasib yang ingin kembali ke jalan
yang benar. Mereka yang kini menjadi teman baik dan bagian dari
hidupku.

Tak terasa sudah tiga tahun sejak pertama kali aku bergabung dengan
SRS (Sahabat Rekan Sebaya), komunitas yang mewadahi eks-pecandu
NARKOBA (selanjutnya disebut after care) yang diasuh oleh Dr. Aisah
Dahlan. Beliau adalah seorang dokter yang menangani segala hal yang
berhubungan dengan NARKOBA, dan dari beliaulah aku belajar banyak
mengenai benda terlarang itu.

Oh ya, SRS sendiri beranggotakan after care dengan berbagai
keterampilan dan keahlian, yang dikelola secara administrative,
sehingga terciptalah sebuah komunitas dengan seabrek kegiatan positif
dan konstruktif.

Singkat cerita, waktu pun membawaku ke tanggal 23 Maret 2011, hari di
mana rekan-rekan dari SRS berkunjung ke Rumah Pengasih, sebuah lembaga
rehabilitasi after care yang berada di Negeri Jiran, Malaysia.

Ada pun tujuan kunjungan tersebut adalah untuk saling berbagi
pengalaman dan sekaligus sebagai sarana silaturahim antar after care
Indonesia dan Malaysia

Setibanya di Rumah Pengasih, kami disambut oleh Kak Suhaemi Ahmad,
salah seorang trainer di sana. Kami pun saling berkenalan dengan
residen (sebutan bagi penghuni Rumah Pengasih) yang jumlahnya sekitar
70 orang, 5 di antaranya wanita.

Dalam perkenalan yang berlangsung hangat itu, sesama after care saling
melempar canda dan tawa. �Saya pernah pakai NARKOBA salama 5 tahun,
tapi sudah bersih 6 tahun,� ujar salah seorang after care. �Yaaa, 5
tahun itu yang ketahuan, kalau yang curi-curi atau ngumpet-ngumpet
bagaimana tuh,� timpal after care lain sambil berkelakar. �Mmmmm, saya
tidak pernah pakai NARKOBA, dan di SRS jadi relawan, jadi sudah bersih
dari lahir,� sambungku meneruskan candaan, yang dijawab dengan gelak
tawa dari semua yang hadir siang itu.

Selanjutnya, kami dijamu makan siang oleh "kitchen," yakni divisi yang
beranggotakan staff dan klien Rumah Pengasih yang tugasnya sama dengan
koki masak, mengurus isi perut seluruh warga yang tinggal di sana.
Selain makan reguler 3 kali sehari, kami juga dijamu snack pada saat
break, biasanya kami disuguhi kue-kue, didampingi kopi atau teh tarik
(yang satu ini bikin aku kangen dengan Malaysia).


Setelah itu, Kak Suhaemi membagi kami menjadi beberapa kelompok tidur
menurut kabin masing-masing, di mana tiap kabin berisi 3 sampai 5
orang. Kami pun didampingi oleh �buddy,� yaitu orang yang bertugas
mengingatkan setiap waktu shalat dan menjemput peserta dalam setiap
aktivitas.

Lalu kami pun diajak keliling lingkungan Rumah Pengasih. Kak Suhaemi
yang akrab disapa Bang Jack itu membawa kami ke kantor Rumah Pengasih,
di mana kami mendapat penjelasan mengenai apa-apa saja aktivitas,
kegiatan, tanggungjawab, serta program yang ada di sana. Kami juga
melihat-lihat barak-barak tempat tinggal residen di sana, serta kabin
(semacam bilik berisi beberapa tempat tidur dan kamar mandi) tempat
kami menginap. �Nah, ini namanya kolam Zarimah,� tunjuk Bang Jack ke
sebuah kolam kecil yang letaknya tak jauh dari kantor Rumah Pengasih.
�Wah di Indonesia juga ada wanita dengan nama yang sama, dan dia
dijuluki Ratu NARKOBA,� ujar salah seorang relawan SRS.

Mengikuti aktivitas di Rumah Pengasih benar-benar menyenangkan dan
sarat akan ketenangan. Kalau boleh kubandingkan, mungkin hamper sama
seperti kalau kita mondok di pesantren atau sekolah alam, hanya saja
peraturan tidak dijalankan dengan ketat, melainkan tertib.

Meski lokasinya berdekatan dengan jalan TOL dan suara hilir mudik
kendaraan roda empat tak putus-putusnya menjadi pengiring kegiatan di
sana, suasana kekeluargaan yang hangat dan nuansa keagamaan yang
kental telah berhasil menyita kebetahanku.

Satu jam sebelum Adzan Subuh berkumandang, biasanya aku dan
rekan-rekan sudah dibangunkan oleh buddy, lalu kami mandi dan
bersiap-siap shalat Subuh berjamaah

Shalat-shalat di waktu berikutnya tak jauh berbeda, hanya saat Maghrib
usai kami tidak meninggalkan Masjid, namun melanjutkan dengan membaca
Al-Qur�an hingga Isya.

Ketika waktunya tiba, Adzan pun membahana di lokasi Rumah Pengasih dan
kami berduyun-duyun menuju Masjid yang berada di dalam area Rumah
Pengasih. Yang menarik adalah kuliah tujuh menit yang diberikan di
akhir shalat benar-benar �mengambil masa� tujuh menit, tidak lebih!

Nah, kegiatan rehabilitasi di Rumah Pengasih pun mulai berjalan
setelah Subuh usai. Setelah makan pagi, acara dilanjutkan dengan
�Morning Meeting,� di mana rekan-rekan after care saling berbagi
�issue,� yaitu semacam curahan hati, di mana mereka melakukan evaluasi
terhadap diri sendiri, tentang apa-apa saja yang terjadi di hari
sebelumnya. Dengan jujur mereka bercerita tentang apa saja, dan minta
solusi dari rekan-rekan yang lain bila ada kesalahan atau kekurangan
dalam sikap mereka di hari sebelumnya.

Dalam Morning Meeting, para pengasuh Rumah Pengasih juga berbagi
materi seputar NARKOBA, tentang apa-apa saja yang harus dilakukan agar
after care dapat tetap �bersih dan bijak� dan tak lagi terjerumus
mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

Siang harinya, tim SRS di bawah arahan Dokter Aisah pun berbagi
materi, yang akan kubahas lebih dalam di artikel selanjutnya. Yang
jelas, selama 5 hari kami berada di sana, tak ada waktu yang sia-sia
terbuang karena kami mengisinya dengan penuh antusiasme dan suka cita.



--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian Blind Blogger"

- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com


------------------------------------

Yahoo! Groups Links



5c.

Re: (Diary) Catatan Harian Dari Negeri Giran - Bagian 1

Posted by: "Ramaditya Adikara" ramavgm@gmail.com

Thu Jul 28, 2011 1:29 am (PDT)



Sabar ya, Insya Allah besok saya poskan. Biar bernapas dulu
rekan-rekan SK, dan biar dibaca dulu bagian pertama ini. :)

On 7/28/11, qq_maniez_xi@yahoo.com <qq_maniez_xi@yahoo.com> wrote:
> Mas,,ditunggu cerita selanjutnya dooong..pengen tau deeh..kebetulan saya
> juga pernah KKL di UPT T&R BNN Lido..subhanallah,,memang sbuah pengalaman
> yang menarik..saluuuut untuk teman2 mantan pecandu (sya menyebutnya
> family)..stiap detik hidup mrk adalah perjuangan..mrk n kita tdk akan tau
> kpn mrk akan "jatuh" lagi..bisa terjadi kpn saja.
> Powered by Telkomsel BlackBerry�
>
> -----Original Message-----
> From: Ramaditya Adikara <ramavgm@gmail.com>
> Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Date: Thu, 28 Jul 2011 09:48:02
> To: sekolah-kehidupan<sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
> Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Subject: [sekolah-kehidupan] (Diary) Catatan Harian Dari Negeri Giran -
> Bagian 1
>
> Original link:
> http://ramaditya.multiply.com/journal/item/211/Catatan_Harian_Dari_Negeri_Jiran_-_Bagian_1
>
> "To be clean from drugs is a short beginning of a long journey." (Mr.
> Hamid, Rumah Pengasih)
>
> Ini adalah salah satu catatan hidupku yang penuh makna, sebuah
> pengalaman saat aku berjumpa dengan mereka, orang-orang yang telah
> menjadi salah satu inspirator utama dalam hidupku. Mereka bukan
> motivator, pengusaha kaya, atau pejabat negara. Mereka pun, boleh
> jadi, tak terlalu dihiraukan bahkan kerap diasingkan oleh masyarakat.
> Mereka, mantan pecandu NARKOBA yang telah "bersih dan bijak," dan
> menjadi cahaya bagi rekan-rekan senasib yang ingin kembali ke jalan
> yang benar. Mereka yang kini menjadi teman baik dan bagian dari
> hidupku.
>
> Tak terasa sudah tiga tahun sejak pertama kali aku bergabung dengan
> SRS (Sahabat Rekan Sebaya), komunitas yang mewadahi eks-pecandu
> NARKOBA (selanjutnya disebut after care) yang diasuh oleh Dr. Aisah
> Dahlan. Beliau adalah seorang dokter yang menangani segala hal yang
> berhubungan dengan NARKOBA, dan dari beliaulah aku belajar banyak
> mengenai benda terlarang itu.
>
> Oh ya, SRS sendiri beranggotakan after care dengan berbagai
> keterampilan dan keahlian, yang dikelola secara administrative,
> sehingga terciptalah sebuah komunitas dengan seabrek kegiatan positif
> dan konstruktif.
>
> Singkat cerita, waktu pun membawaku ke tanggal 23 Maret 2011, hari di
> mana rekan-rekan dari SRS berkunjung ke Rumah Pengasih, sebuah lembaga
> rehabilitasi after care yang berada di Negeri Jiran, Malaysia.
>
> Ada pun tujuan kunjungan tersebut adalah untuk saling berbagi
> pengalaman dan sekaligus sebagai sarana silaturahim antar after care
> Indonesia dan Malaysia
>
> Setibanya di Rumah Pengasih, kami disambut oleh Kak Suhaemi Ahmad,
> salah seorang trainer di sana. Kami pun saling berkenalan dengan
> residen (sebutan bagi penghuni Rumah Pengasih) yang jumlahnya sekitar
> 70 orang, 5 di antaranya wanita.
>
> Dalam perkenalan yang berlangsung hangat itu, sesama after care saling
> melempar canda dan tawa. �Saya pernah pakai NARKOBA salama 5 tahun,
> tapi sudah bersih 6 tahun,� ujar salah seorang after care. �Yaaa, 5
> tahun itu yang ketahuan, kalau yang curi-curi atau ngumpet-ngumpet
> bagaimana tuh,� timpal after care lain sambil berkelakar. �Mmmmm, saya
> tidak pernah pakai NARKOBA, dan di SRS jadi relawan, jadi sudah bersih
> dari lahir,� sambungku meneruskan candaan, yang dijawab dengan gelak
> tawa dari semua yang hadir siang itu.
>
> Selanjutnya, kami dijamu makan siang oleh "kitchen," yakni divisi yang
> beranggotakan staff dan klien Rumah Pengasih yang tugasnya sama dengan
> koki masak, mengurus isi perut seluruh warga yang tinggal di sana.
> Selain makan reguler 3 kali sehari, kami juga dijamu snack pada saat
> break, biasanya kami disuguhi kue-kue, didampingi kopi atau teh tarik
> (yang satu ini bikin aku kangen dengan Malaysia).
>
>
> Setelah itu, Kak Suhaemi membagi kami menjadi beberapa kelompok tidur
> menurut kabin masing-masing, di mana tiap kabin berisi 3 sampai 5
> orang. Kami pun didampingi oleh �buddy,� yaitu orang yang bertugas
> mengingatkan setiap waktu shalat dan menjemput peserta dalam setiap
> aktivitas.
>
> Lalu kami pun diajak keliling lingkungan Rumah Pengasih. Kak Suhaemi
> yang akrab disapa Bang Jack itu membawa kami ke kantor Rumah Pengasih,
> di mana kami mendapat penjelasan mengenai apa-apa saja aktivitas,
> kegiatan, tanggungjawab, serta program yang ada di sana. Kami juga
> melihat-lihat barak-barak tempat tinggal residen di sana, serta kabin
> (semacam bilik berisi beberapa tempat tidur dan kamar mandi) tempat
> kami menginap. �Nah, ini namanya kolam Zarimah,� tunjuk Bang Jack ke
> sebuah kolam kecil yang letaknya tak jauh dari kantor Rumah Pengasih.
> �Wah di Indonesia juga ada wanita dengan nama yang sama, dan dia
> dijuluki Ratu NARKOBA,� ujar salah seorang relawan SRS.
>
> Mengikuti aktivitas di Rumah Pengasih benar-benar menyenangkan dan
> sarat akan ketenangan. Kalau boleh kubandingkan, mungkin hamper sama
> seperti kalau kita mondok di pesantren atau sekolah alam, hanya saja
> peraturan tidak dijalankan dengan ketat, melainkan tertib.
>
> Meski lokasinya berdekatan dengan jalan TOL dan suara hilir mudik
> kendaraan roda empat tak putus-putusnya menjadi pengiring kegiatan di
> sana, suasana kekeluargaan yang hangat dan nuansa keagamaan yang
> kental telah berhasil menyita kebetahanku.
>
> Satu jam sebelum Adzan Subuh berkumandang, biasanya aku dan
> rekan-rekan sudah dibangunkan oleh buddy, lalu kami mandi dan
> bersiap-siap shalat Subuh berjamaah
>
> Shalat-shalat di waktu berikutnya tak jauh berbeda, hanya saat Maghrib
> usai kami tidak meninggalkan Masjid, namun melanjutkan dengan membaca
> Al-Qur�an hingga Isya.
>
> Ketika waktunya tiba, Adzan pun membahana di lokasi Rumah Pengasih dan
> kami berduyun-duyun menuju Masjid yang berada di dalam area Rumah
> Pengasih. Yang menarik adalah kuliah tujuh menit yang diberikan di
> akhir shalat benar-benar �mengambil masa� tujuh menit, tidak lebih!
>
> Nah, kegiatan rehabilitasi di Rumah Pengasih pun mulai berjalan
> setelah Subuh usai. Setelah makan pagi, acara dilanjutkan dengan
> �Morning Meeting,� di mana rekan-rekan after care saling berbagi
> �issue,� yaitu semacam curahan hati, di mana mereka melakukan evaluasi
> terhadap diri sendiri, tentang apa-apa saja yang terjadi di hari
> sebelumnya. Dengan jujur mereka bercerita tentang apa saja, dan minta
> solusi dari rekan-rekan yang lain bila ada kesalahan atau kekurangan
> dalam sikap mereka di hari sebelumnya.
>
> Dalam Morning Meeting, para pengasuh Rumah Pengasih juga berbagi
> materi seputar NARKOBA, tentang apa-apa saja yang harus dilakukan agar
> after care dapat tetap �bersih dan bijak� dan tak lagi terjerumus
> mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
>
> Siang harinya, tim SRS di bawah arahan Dokter Aisah pun berbagi
> materi, yang akan kubahas lebih dalam di artikel selanjutnya. Yang
> jelas, selama 5 hari kami berada di sana, tak ada waktu yang sia-sia
> terbuang karena kami mengisinya dengan penuh antusiasme dan suka cita.
>
>
>
> --
> "Ramaditya Skywalker: The Indonesian Blind Blogger"
>
> - Eko Ramaditya Adikara
> http://www.ramaditya.com
>
>
> ------------------------------------
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
> ------------------------------------
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>

--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian Blind Blogger"

- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com

5d.

Re: (Diary) Catatan Harian Dari Negeri Giran - Bagian 1

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Thu Jul 28, 2011 1:32 am (PDT)



Mas Rama, sungguh cerita yang menarik. Ini pengalaman di Rumah
Pengasih yang di KL, Malaysia kan?

Ceritain dong gimana perjalanannya bisa sampai ke sana. Mantap nih,
sudah go international!:D.

Btw, maksudnya negeri jiran ya? Bukan negeri giran kan? Ada salah
ketik sepertinya. FYI, "jiran" atau tetangga diambil dari kata bahasa
Arab "al jiiroon" yang artinya "tetangga". Termasuk kata gaul "tajir"
(kaya) yang berasal dari bahasa Arab "at-taajir" yang artinya
"pedagang". Asumsinya, pedagang atau pebisnis biasanya kaya.

dua gobang saja,

Nursalam AR

On 7/28/11, qq_maniez_xi@yahoo.com <qq_maniez_xi@yahoo.com> wrote:
> Mas,,ditunggu cerita selanjutnya dooong..pengen tau deeh..kebetulan saya
> juga pernah KKL di UPT T&R BNN Lido..subhanallah,,memang sbuah pengalaman
> yang menarik..saluuuut untuk teman2 mantan pecandu (sya menyebutnya
> family)..stiap detik hidup mrk adalah perjuangan..mrk n kita tdk akan tau
> kpn mrk akan "jatuh" lagi..bisa terjadi kpn saja.
> Powered by Telkomsel BlackBerry�
>
> -----Original Message-----
> From: Ramaditya Adikara <ramavgm@gmail.com>
> Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Date: Thu, 28 Jul 2011 09:48:02
> To: sekolah-kehidupan<sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
> Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Subject: [sekolah-kehidupan] (Diary) Catatan Harian Dari Negeri Giran -
> Bagian 1
>
> Original link:
> http://ramaditya.multiply.com/journal/item/211/Catatan_Harian_Dari_Negeri_Jiran_-_Bagian_1
>
> "To be clean from drugs is a short beginning of a long journey." (Mr.
> Hamid, Rumah Pengasih)
>
> Ini adalah salah satu catatan hidupku yang penuh makna, sebuah
> pengalaman saat aku berjumpa dengan mereka, orang-orang yang telah
> menjadi salah satu inspirator utama dalam hidupku. Mereka bukan
> motivator, pengusaha kaya, atau pejabat negara. Mereka pun, boleh
> jadi, tak terlalu dihiraukan bahkan kerap diasingkan oleh masyarakat.
> Mereka, mantan pecandu NARKOBA yang telah "bersih dan bijak," dan
> menjadi cahaya bagi rekan-rekan senasib yang ingin kembali ke jalan
> yang benar. Mereka yang kini menjadi teman baik dan bagian dari
> hidupku.
>
> Tak terasa sudah tiga tahun sejak pertama kali aku bergabung dengan
> SRS (Sahabat Rekan Sebaya), komunitas yang mewadahi eks-pecandu
> NARKOBA (selanjutnya disebut after care) yang diasuh oleh Dr. Aisah
> Dahlan. Beliau adalah seorang dokter yang menangani segala hal yang
> berhubungan dengan NARKOBA, dan dari beliaulah aku belajar banyak
> mengenai benda terlarang itu.
>
> Oh ya, SRS sendiri beranggotakan after care dengan berbagai
> keterampilan dan keahlian, yang dikelola secara administrative,
> sehingga terciptalah sebuah komunitas dengan seabrek kegiatan positif
> dan konstruktif.
>
> Singkat cerita, waktu pun membawaku ke tanggal 23 Maret 2011, hari di
> mana rekan-rekan dari SRS berkunjung ke Rumah Pengasih, sebuah lembaga
> rehabilitasi after care yang berada di Negeri Jiran, Malaysia.
>
> Ada pun tujuan kunjungan tersebut adalah untuk saling berbagi
> pengalaman dan sekaligus sebagai sarana silaturahim antar after care
> Indonesia dan Malaysia
>
> Setibanya di Rumah Pengasih, kami disambut oleh Kak Suhaemi Ahmad,
> salah seorang trainer di sana. Kami pun saling berkenalan dengan
> residen (sebutan bagi penghuni Rumah Pengasih) yang jumlahnya sekitar
> 70 orang, 5 di antaranya wanita.
>
> Dalam perkenalan yang berlangsung hangat itu, sesama after care saling
> melempar canda dan tawa. �Saya pernah pakai NARKOBA salama 5 tahun,
> tapi sudah bersih 6 tahun,� ujar salah seorang after care. �Yaaa, 5
> tahun itu yang ketahuan, kalau yang curi-curi atau ngumpet-ngumpet
> bagaimana tuh,� timpal after care lain sambil berkelakar. �Mmmmm, saya
> tidak pernah pakai NARKOBA, dan di SRS jadi relawan, jadi sudah bersih
> dari lahir,� sambungku meneruskan candaan, yang dijawab dengan gelak
> tawa dari semua yang hadir siang itu.
>
> Selanjutnya, kami dijamu makan siang oleh "kitchen," yakni divisi yang
> beranggotakan staff dan klien Rumah Pengasih yang tugasnya sama dengan
> koki masak, mengurus isi perut seluruh warga yang tinggal di sana.
> Selain makan reguler 3 kali sehari, kami juga dijamu snack pada saat
> break, biasanya kami disuguhi kue-kue, didampingi kopi atau teh tarik
> (yang satu ini bikin aku kangen dengan Malaysia).
>
>
> Setelah itu, Kak Suhaemi membagi kami menjadi beberapa kelompok tidur
> menurut kabin masing-masing, di mana tiap kabin berisi 3 sampai 5
> orang. Kami pun didampingi oleh �buddy,� yaitu orang yang bertugas
> mengingatkan setiap waktu shalat dan menjemput peserta dalam setiap
> aktivitas.
>
> Lalu kami pun diajak keliling lingkungan Rumah Pengasih. Kak Suhaemi
> yang akrab disapa Bang Jack itu membawa kami ke kantor Rumah Pengasih,
> di mana kami mendapat penjelasan mengenai apa-apa saja aktivitas,
> kegiatan, tanggungjawab, serta program yang ada di sana. Kami juga
> melihat-lihat barak-barak tempat tinggal residen di sana, serta kabin
> (semacam bilik berisi beberapa tempat tidur dan kamar mandi) tempat
> kami menginap. �Nah, ini namanya kolam Zarimah,� tunjuk Bang Jack ke
> sebuah kolam kecil yang letaknya tak jauh dari kantor Rumah Pengasih.
> �Wah di Indonesia juga ada wanita dengan nama yang sama, dan dia
> dijuluki Ratu NARKOBA,� ujar salah seorang relawan SRS.
>
> Mengikuti aktivitas di Rumah Pengasih benar-benar menyenangkan dan
> sarat akan ketenangan. Kalau boleh kubandingkan, mungkin hamper sama
> seperti kalau kita mondok di pesantren atau sekolah alam, hanya saja
> peraturan tidak dijalankan dengan ketat, melainkan tertib.
>
> Meski lokasinya berdekatan dengan jalan TOL dan suara hilir mudik
> kendaraan roda empat tak putus-putusnya menjadi pengiring kegiatan di
> sana, suasana kekeluargaan yang hangat dan nuansa keagamaan yang
> kental telah berhasil menyita kebetahanku.
>
> Satu jam sebelum Adzan Subuh berkumandang, biasanya aku dan
> rekan-rekan sudah dibangunkan oleh buddy, lalu kami mandi dan
> bersiap-siap shalat Subuh berjamaah
>
> Shalat-shalat di waktu berikutnya tak jauh berbeda, hanya saat Maghrib
> usai kami tidak meninggalkan Masjid, namun melanjutkan dengan membaca
> Al-Qur�an hingga Isya.
>
> Ketika waktunya tiba, Adzan pun membahana di lokasi Rumah Pengasih dan
> kami berduyun-duyun menuju Masjid yang berada di dalam area Rumah
> Pengasih. Yang menarik adalah kuliah tujuh menit yang diberikan di
> akhir shalat benar-benar �mengambil masa� tujuh menit, tidak lebih!
>
> Nah, kegiatan rehabilitasi di Rumah Pengasih pun mulai berjalan
> setelah Subuh usai. Setelah makan pagi, acara dilanjutkan dengan
> �Morning Meeting,� di mana rekan-rekan after care saling berbagi
> �issue,� yaitu semacam curahan hati, di mana mereka melakukan evaluasi
> terhadap diri sendiri, tentang apa-apa saja yang terjadi di hari
> sebelumnya. Dengan jujur mereka bercerita tentang apa saja, dan minta
> solusi dari rekan-rekan yang lain bila ada kesalahan atau kekurangan
> dalam sikap mereka di hari sebelumnya.
>
> Dalam Morning Meeting, para pengasuh Rumah Pengasih juga berbagi
> materi seputar NARKOBA, tentang apa-apa saja yang harus dilakukan agar
> after care dapat tetap �bersih dan bijak� dan tak lagi terjerumus
> mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
>
> Siang harinya, tim SRS di bawah arahan Dokter Aisah pun berbagi
> materi, yang akan kubahas lebih dalam di artikel selanjutnya. Yang
> jelas, selama 5 hari kami berada di sana, tak ada waktu yang sia-sia
> terbuang karena kami mengisinya dengan penuh antusiasme dan suka cita.
>
>
>
> --
> "Ramaditya Skywalker: The Indonesian Blind Blogger"
>
> - Eko Ramaditya Adikara
> http://www.ramaditya.com
>
>
> ------------------------------------
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
> ------------------------------------
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>

--
www.nursalam.wordpress.com

5e.

Re: (Diary) Catatan Harian Dari Negeri Giran - Bagian 1

Posted by: "Ramaditya Adikara" ramavgm@gmail.com

Thu Jul 28, 2011 1:36 am (PDT)



Yups, error mas, salah ketik. Lupa matikan autocorrect di word juga
(agak susah saya pastikan tulisan saya betul atau salah karena tidak
bisa dilihat hanya didengar).

Kalau perjalanannya, sebenarnya karena saya memang sudah lama jadi
relawan di kelompok SRS yang dibina Dr. Aisah Dahlan. Biasanya saya
mengisi materi mengenai kekuatan otak, pengenalan karakter, atau
motivasi.

Jadi, Dr. Aisah membawa saya ke Malaysia untuk berbagi pengalaman
tersebut, sekaligus bantu-bantu translate karena komunikasi masih
banyak menggunakan bahasa Inggris Mas.

On 7/28/11, Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com> wrote:
> Mas Rama, sungguh cerita yang menarik. Ini pengalaman di Rumah
> Pengasih yang di KL, Malaysia kan?
>
> Ceritain dong gimana perjalanannya bisa sampai ke sana. Mantap nih,
> sudah go international!:D.
>
> Btw, maksudnya negeri jiran ya? Bukan negeri giran kan? Ada salah
> ketik sepertinya. FYI, "jiran" atau tetangga diambil dari kata bahasa
> Arab "al jiiroon" yang artinya "tetangga". Termasuk kata gaul "tajir"
> (kaya) yang berasal dari bahasa Arab "at-taajir" yang artinya
> "pedagang". Asumsinya, pedagang atau pebisnis biasanya kaya.
>
> dua gobang saja,
>
> Nursalam AR
>
> On 7/28/11, qq_maniez_xi@yahoo.com <qq_maniez_xi@yahoo.com> wrote:
>> Mas,,ditunggu cerita selanjutnya dooong..pengen tau deeh..kebetulan saya
>> juga pernah KKL di UPT T&R BNN Lido..subhanallah,,memang sbuah pengalaman
>> yang menarik..saluuuut untuk teman2 mantan pecandu (sya menyebutnya
>> family)..stiap detik hidup mrk adalah perjuangan..mrk n kita tdk akan tau
>> kpn mrk akan "jatuh" lagi..bisa terjadi kpn saja.
>> Powered by Telkomsel BlackBerry�
>>
>> -----Original Message-----
>> From: Ramaditya Adikara <ramavgm@gmail.com>
>> Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
>> Date: Thu, 28 Jul 2011 09:48:02
>> To: sekolah-kehidupan<sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
>> Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
>> Subject: [sekolah-kehidupan] (Diary) Catatan Harian Dari Negeri Giran -
>> Bagian 1
>>
>> Original link:
>> http://ramaditya.multiply.com/journal/item/211/Catatan_Harian_Dari_Negeri_Jiran_-_Bagian_1
>>
>> "To be clean from drugs is a short beginning of a long journey." (Mr.
>> Hamid, Rumah Pengasih)
>>
>> Ini adalah salah satu catatan hidupku yang penuh makna, sebuah
>> pengalaman saat aku berjumpa dengan mereka, orang-orang yang telah
>> menjadi salah satu inspirator utama dalam hidupku. Mereka bukan
>> motivator, pengusaha kaya, atau pejabat negara. Mereka pun, boleh
>> jadi, tak terlalu dihiraukan bahkan kerap diasingkan oleh masyarakat.
>> Mereka, mantan pecandu NARKOBA yang telah "bersih dan bijak," dan
>> menjadi cahaya bagi rekan-rekan senasib yang ingin kembali ke jalan
>> yang benar. Mereka yang kini menjadi teman baik dan bagian dari
>> hidupku.
>>
>> Tak terasa sudah tiga tahun sejak pertama kali aku bergabung dengan
>> SRS (Sahabat Rekan Sebaya), komunitas yang mewadahi eks-pecandu
>> NARKOBA (selanjutnya disebut after care) yang diasuh oleh Dr. Aisah
>> Dahlan. Beliau adalah seorang dokter yang menangani segala hal yang
>> berhubungan dengan NARKOBA, dan dari beliaulah aku belajar banyak
>> mengenai benda terlarang itu.
>>
>> Oh ya, SRS sendiri beranggotakan after care dengan berbagai
>> keterampilan dan keahlian, yang dikelola secara administrative,
>> sehingga terciptalah sebuah komunitas dengan seabrek kegiatan positif
>> dan konstruktif.
>>
>> Singkat cerita, waktu pun membawaku ke tanggal 23 Maret 2011, hari di
>> mana rekan-rekan dari SRS berkunjung ke Rumah Pengasih, sebuah lembaga
>> rehabilitasi after care yang berada di Negeri Jiran, Malaysia.
>>
>> Ada pun tujuan kunjungan tersebut adalah untuk saling berbagi
>> pengalaman dan sekaligus sebagai sarana silaturahim antar after care
>> Indonesia dan Malaysia
>>
>> Setibanya di Rumah Pengasih, kami disambut oleh Kak Suhaemi Ahmad,
>> salah seorang trainer di sana. Kami pun saling berkenalan dengan
>> residen (sebutan bagi penghuni Rumah Pengasih) yang jumlahnya sekitar
>> 70 orang, 5 di antaranya wanita.
>>
>> Dalam perkenalan yang berlangsung hangat itu, sesama after care saling
>> melempar canda dan tawa. �Saya pernah pakai NARKOBA salama 5 tahun,
>> tapi sudah bersih 6 tahun,� ujar salah seorang after care. �Yaaa, 5
>> tahun itu yang ketahuan, kalau yang curi-curi atau ngumpet-ngumpet
>> bagaimana tuh,� timpal after care lain sambil berkelakar. �Mmmmm, saya
>> tidak pernah pakai NARKOBA, dan di SRS jadi relawan, jadi sudah bersih
>> dari lahir,� sambungku meneruskan candaan, yang dijawab dengan gelak
>> tawa dari semua yang hadir siang itu.
>>
>> Selanjutnya, kami dijamu makan siang oleh "kitchen," yakni divisi yang
>> beranggotakan staff dan klien Rumah Pengasih yang tugasnya sama dengan
>> koki masak, mengurus isi perut seluruh warga yang tinggal di sana.
>> Selain makan reguler 3 kali sehari, kami juga dijamu snack pada saat
>> break, biasanya kami disuguhi kue-kue, didampingi kopi atau teh tarik
>> (yang satu ini bikin aku kangen dengan Malaysia).
>>
>>
>> Setelah itu, Kak Suhaemi membagi kami menjadi beberapa kelompok tidur
>> menurut kabin masing-masing, di mana tiap kabin berisi 3 sampai 5
>> orang. Kami pun didampingi oleh �buddy,� yaitu orang yang bertugas
>> mengingatkan setiap waktu shalat dan menjemput peserta dalam setiap
>> aktivitas.
>>
>> Lalu kami pun diajak keliling lingkungan Rumah Pengasih. Kak Suhaemi
>> yang akrab disapa Bang Jack itu membawa kami ke kantor Rumah Pengasih,
>> di mana kami mendapat penjelasan mengenai apa-apa saja aktivitas,
>> kegiatan, tanggungjawab, serta program yang ada di sana. Kami juga
>> melihat-lihat barak-barak tempat tinggal residen di sana, serta kabin
>> (semacam bilik berisi beberapa tempat tidur dan kamar mandi) tempat
>> kami menginap. �Nah, ini namanya kolam Zarimah,� tunjuk Bang Jack ke
>> sebuah kolam kecil yang letaknya tak jauh dari kantor Rumah Pengasih.
>> �Wah di Indonesia juga ada wanita dengan nama yang sama, dan dia
>> dijuluki Ratu NARKOBA,� ujar salah seorang relawan SRS.
>>
>> Mengikuti aktivitas di Rumah Pengasih benar-benar menyenangkan dan
>> sarat akan ketenangan. Kalau boleh kubandingkan, mungkin hamper sama
>> seperti kalau kita mondok di pesantren atau sekolah alam, hanya saja
>> peraturan tidak dijalankan dengan ketat, melainkan tertib.
>>
>> Meski lokasinya berdekatan dengan jalan TOL dan suara hilir mudik
>> kendaraan roda empat tak putus-putusnya menjadi pengiring kegiatan di
>> sana, suasana kekeluargaan yang hangat dan nuansa keagamaan yang
>> kental telah berhasil menyita kebetahanku.
>>
>> Satu jam sebelum Adzan Subuh berkumandang, biasanya aku dan
>> rekan-rekan sudah dibangunkan oleh buddy, lalu kami mandi dan
>> bersiap-siap shalat Subuh berjamaah
>>
>> Shalat-shalat di waktu berikutnya tak jauh berbeda, hanya saat Maghrib
>> usai kami tidak meninggalkan Masjid, namun melanjutkan dengan membaca
>> Al-Qur�an hingga Isya.
>>
>> Ketika waktunya tiba, Adzan pun membahana di lokasi Rumah Pengasih dan
>> kami berduyun-duyun menuju Masjid yang berada di dalam area Rumah
>> Pengasih. Yang menarik adalah kuliah tujuh menit yang diberikan di
>> akhir shalat benar-benar �mengambil masa� tujuh menit, tidak lebih!
>>
>> Nah, kegiatan rehabilitasi di Rumah Pengasih pun mulai berjalan
>> setelah Subuh usai. Setelah makan pagi, acara dilanjutkan dengan
>> �Morning Meeting,� di mana rekan-rekan after care saling berbagi
>> �issue,� yaitu semacam curahan hati, di mana mereka melakukan evaluasi
>> terhadap diri sendiri, tentang apa-apa saja yang terjadi di hari
>> sebelumnya. Dengan jujur mereka bercerita tentang apa saja, dan minta
>> solusi dari rekan-rekan yang lain bila ada kesalahan atau kekurangan
>> dalam sikap mereka di hari sebelumnya.
>>
>> Dalam Morning Meeting, para pengasuh Rumah Pengasih juga berbagi
>> materi seputar NARKOBA, tentang apa-apa saja yang harus dilakukan agar
>> after care dapat tetap �bersih dan bijak� dan tak lagi terjerumus
>> mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
>>
>> Siang harinya, tim SRS di bawah arahan Dokter Aisah pun berbagi
>> materi, yang akan kubahas lebih dalam di artikel selanjutnya. Yang
>> jelas, selama 5 hari kami berada di sana, tak ada waktu yang sia-sia
>> terbuang karena kami mengisinya dengan penuh antusiasme dan suka cita.
>>
>>
>>
>> --
>> "Ramaditya Skywalker: The Indonesian Blind Blogger"
>>
>> - Eko Ramaditya Adikara
>> http://www.ramaditya.com
>>
>>
>> ------------------------------------
>>
>> Yahoo! Groups Links
>>
>>
>>
>>
>>
>> ------------------------------------
>>
>> Yahoo! Groups Links
>>
>>
>>
>>
>
>
> --
> www.nursalam.wordpress.com
>
>
> ------------------------------------
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>

--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian Blind Blogger"

- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com

6.

(Diary) Catatan Harian Dari Negeri Jiran - Bagian 2

Posted by: "Ramaditya Adikara" ramavgm@gmail.com

Thu Jul 28, 2011 2:15 am (PDT)



Rencananya mau posting besok, tapi sekalian sajalah. :)

Original link: http://ramaditya.multiply.com/journal/item/213/Catatan_Harian_Dari_Negeri_Jiran_-_Bagian_2

�To be aware is to be alive.� (Bang Jack, Rumah Pengasih)

Menjadi seorang �penagih dadah� (pecandu NARKOBA dalam bahasa
Malaysia) ternyata hanya mendatangkan kesenangan dan kebahagiaan
sesaat. Setelah pengaruh
dadah berakhir, hanya sakit dan derita yang didapat. Hal itu tak Cuma
diiyakan oleh mereka yang tidak mengkonsumsi NARKOBA, tapi juga diakui
para after
care yang telah sadar kemudian memutuskan untuk berhenti menggunakannya.

Semua itu kuketahui saat berinteraksi dengan after care dari SRS dan
Rumah Pengasih, terutama ketika ajang Morning Meeting berlangsung.

Ada di antara mereka yang dijauhi keluarga dan dikucilkan
lingkungannya, ada pula yang kehilangan pekerjaan bahkan keterampilan
yang dimilikinya.

�Capek rasanya terus-terusan seperti itu,� ujar seorang after care
wanita dari SRS saat bercakap-cakap denganku di suatu sore sambil
menikmati panganan
yang disajikan divisi Kitchen Rumah Pengasih. Ia menjelaskan bahwa
selama mengkonsumsi NARKOBA dirinya habis-habisan dalam segala hal.
Makan jadi tak enak,
perasaan jadi tak menentu, bahkan harta benda habis dijual untuk
memenuhi kecanduannya. �Kalau pengaruh obatnya hilang dan rasa
sakitnya datang sementara
aku nggak punya uang buat membeli obatnya, rasanya tersiksa sekali,�
lanjutnya sedih.

Contoh pengalaman di atas adalah salah satu dari efek buruk penggunaan
NARKOBA yang disebut �withdrawl syndrome,� di mana pengguna akan
merasakan sakit
yang luar biasa ketika dosis NARKOBA dikurangi atau dihentikan sama
sekali. Keadaan ini tentu saja tak sebanding dengan rasa nyaman,
asyik, atau percaya
diri yang didapat saat mengkonsumsi NARKOBA, karena rasa-rasa seperti
tersebut sebelumnya hanya bertahan sementara, jauh lebih pendek
dibanding rasa sakit
setelah pengaruh NARKOBA berakhir.

Lain lagi pengalaman yang dirasakan seorang klien wanita dari Rumah
Pengasih. Setelah terjerumus menjadi penagih dadah, ia pun jadi
depresi. Sementara
teman-temannya asyik berbincang-bincang dan bersenda gurau, sang klien
wanita hanya diam dengan ekspresi muka datar. Ia hanya bicara kalau
diajak bicara,
itu pun jarang sekali terjadi. Selain itu, gerak-geriknya jadi lambat
dan ia cenderung memisahkan diri dari lingkungannya.

Menurut Kelliat, B. A, depresi sendiri merupakan salah satu gangguan
alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan,
murung, tidak bersemangat,
merasa tidak berharga,
merasa kosong, dan tidak ada harapan. Selain itu mereka biasanya hanya
berpusat pada kegagalan dan menuduh diri,� sering disertai iri dan
pikiran bunuh
diri. Dengan kata lain, klien tidak berminat pada
pemeliharaan Diri dan aktivitas sehari-hari.

Apakah efek buruk NARKOBA hanya sebatas itu? Ternyata tidak! Selain
merusak system kesehatan tubuh, NARKOBA pun mampu membuat penggunanya
jadi kurang waras
bahkan gila!

Saat aku berjalan-jalan di kawasan Twin Tower, seorang after care
bercerita padaku bahwa ketika ia mengkonsumsi dadah yang terbuat dari
kotoran binatang
(Magic Mushroom), dirinya jadi berhalusinasi yang aneh-aneh. �Padahal
aku sedang berdiri di tanah lapang, tapi aku merasa tanahnya berubah
jadi kolam renang,
jadi aku langsung tiduran dan menirukan gaya orang berenang,� kenangnya.

Beruntung ia masih terselamatkan. Menurut keterangannya, salah seorang
temannya yang kala itu mengkonsumsi Magic Mushroom langsung tewas di
tempat akibat
berhalusinasi menjadi kambing. �Dia teriak-teriak minta kami semua
minggir, terus dia lari dan nyeruduk tembok sampai mati,� tuturnya
sedih.

Ada juga pemakai NARKOBA yang mendapat bonus, hanya saja bukan berupa
hadiah atau hal-hal yang menyenangkan, melainkan tambahan penyakit
mematikan, yang
tak hanya menggerogoti diri sendiri, tapi juga dapat menular ke keturunannya.

Hal ini dialami mereka yang terjangkit virus HIV melalui kontak dengan
jarum suntik dan peralatan lain yang digunakan untuk transfer NARKOBA
ke tubuh.
Karena system kekebalan tubuh sudah lemah akibat reaksi NARKOBA, virus
HIV jadi lebih mudah berkembang biak.

�Ya jadi gitu deh, nyambung nyawa aja, harus rajin minum obat tiap
hari,� ujar seorang rekan baikku yang terkena HIV namun tetap punya
semangat hidup yang
luar biasa, terlihat dari bagaimana ia menjelaskan penyakitnya dengan
santai dan tanpa takut-takut.

Di malam terakhir kunjunganku ke Rumah Pengasih, aku ngobrol santai
dengan Bang Jack. Sambil menyeruput juice jambu, kudengarkan kisah
Bang Jack selama
menjadi penagih dadah dan bagaimana akhirnya ia berhenti dan berbalik
jadi trainer, menolong ratusan nyawa dari efek buruk NARKOBA.

�Aku baru menyesal ketika melihat orangtuaku sedih, dan tambah
menyesal ketika mereka tiada. Aku pun sedih melihat banyak penagih
dadah menerima konsekwensi
atas tindakannya, tak hanya dari badannya sendiri, tapi juga dari
lingkungan social,� jelasnya.

Lebih lanjut Bang Jack menjelaskan bahwa selain usaha-usaha pemulihan
secara medis, yang terpenting sebenarnya adalah kesadaran untuk pulih
itu sendiri,
karena apa pun bentuk usaha yang dilakukan untuk berhenti jadi penagih
dadah, semuanya akan sia-sia kalau pribadi bersangkutan tidak memahami
kenapa mereka
harus berhenti.

Salah satu cara paling jitu untuk berhenti adalah dengan melihat dan
memahami contoh-contoh dampak buruk yang ditimbulkan karena NARKOBA,
beberapa di antaranya
sama seperti yang sudah kutuliskan di atas.

Ya, istilahnya, sedia paying sebelum hujan. Dengan memperhatikan
dampak buruk tersebut, diharapkan pengguna NARKOBA akan berhenti, dan
mereka yang after
care tak lagi terperosok hingga memakai dadah di hari-hari mendatang.
Contoh-contoh di atas (yang hanya sebagian kecil saja (pun jadi
peringatan keras
bagi kita yang belum bersentuhan dengan dunia NARKOBA, agar kita mawas
diri dan membuat batasan berupa kesadaran bahwa NARKOBA hanya akan
mendatangkan
derita dan malapetaka.

Selain itu, adalah sebuah tugas mulia untuk bersama-sama membimbing
mereka yang ingin pulih dari NARKOBA, sehingga kehidupan mereka (after
care-red) akan
lebih hidup dan punya makna. Lebih dari itu, bila usaha pemulihan
berhasil, bukan tidak mungkin hal tersebut bakal jadi inspirasi bagi
orang-orang yang
terlanjur jadi penagih dadah, atau after care lain yang juga dalam
perjalanan menuju pemulihan.

Maka, sadarlah, karena kesadaran itu pula yang akan membuat kita tetap hidup.

--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian Blind Blogger"

- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com

Recent Activity
Visit Your Group
Y! Groups blog

the best source

for the latest

scoop on Groups.

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Schizophrenia groups

Find support

Sell Online

Start selling with

our award-winning

e-commerce tools.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: