Selasa, 19 Juli 2011

[daarut-tauhiid] Kegagalan Euro, Kegagalan Uang Kertas

Kegagalan Euro, Kegagalan Uang Kertas


Ketika 18 tahun lalu sebagian besar negara-negara anggota Uni Eropa
menyepakati Perjanjian Maastricht untuk menggunakan mata uang tunggal Euro,
dunia ikut antusias menyambutnya. Saat itu seolah ada harapan akan lahirnya
mata uang baru yang bisa digunakan sebagai reserve currency, dan mengurangi
ketergantungan dunia terhadap US Dollar. Untuk beberapa tahun di usia
awalnya memang Euro berkinerja menarik, daya belinya menguat sampai usianya
yang ketujuh. Namun ternyata sama seperti mata uang kertas lainnya, Euro
nampaknya tidak akan mampu bertahan sampai usia lanjut.

Sejak menginjak usia ke delapan sampai kini di usia yang kedelapan belas,
Euro terus kehilangan daya belinya. Terhadap emas daya beli Euro sekarang
hanya kurang dari 1/3 dibandingkan dengan daya belinya ketika lahir 18 tahun
lalu. Ilustrasi grafik dibawah menggambarkan situasi ini. Dibandingkan
dengan US$ memang Euro masih relatif baik, tetapi ini karena US$-nya yang
berkinerja sangat buruk beberapa tahun terakhir. Kinerja yang sesungguhnya
dapat dilihat pada daya belinya terhadap emas yang terus merosot.


[image: Grafik Kegagalan Euro]

Kegagalan Euro ini menambah panjang daftar pelajaran bagi kita,bahwa tidak
satu-pun mata uang kertas yang mampu mempertahankan daya belinya dalam
jangka menengah apalagi dalam jangka panjang. Bila Euro saja yang dilahirkan
di zaman modern dengan dukungan sejumlah besar negara-negara di zona ekonomi
paling maju di dunia tidak mampu mempertahankan eksistensinya dalam jangka
panjang, lantas apakah kita bisa yakin bahwa mata uang yang kekuatannya
hanya mengandalkan ekonomi satu negara yang biasa-biasa saja akan mampu
bertahan? Inilah yang perlu kita antisipasi, agar kita tidak menjadi korban
kegagalan mata uang kertas yang setidaknya sudah dua kali terjadi di negeri
ini yaitu tahun 1965/1966 ketika terpaksa diberlakukan sanering Rupiah, dan
1997/1998 ketika daya beli uang kita turun tinggal ¼-nya.

Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk dapat menghindari dampak buruk dari
penurunan daya beli uang kertas (apapun namanya) ini?

Untuk skala pribadi, gunakan uang kertas hanya sebatas alat tukar untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan jangka pendek lainnya. Untuk
kebutuhan yang sifatnya jangka panjang seperti dana pensiun, tabungan biaya
kesehatan untuk hari tua, biaya sekolah anak-anak kelak dlsb. rupakan dalam
bentuk benda riil yang mampu mempertahankan nilai (seperti emas/Dinar),
syukur-syukur bisa menumbuhkan nilai dan manfaat (seperti pohon-pohon,
kebun, usaha perdagangan dlsb).

Untuk skala negara sangat banyak yang bisa dilakukan, diantaranya :

Minimisasi penjualan (penukaran) kekayaan alam yang riil dengan uang
kertas yang terus merosot nilainya. Untuk apa tabungan (devisa) kita dalam
US$ terus meningkat tetapi sumber-sumber kekayaan alam kita berupa emas,
batu-bara, minyak, hutan, ikan dilaut dlsb. terus dikuras dan dibawa keluar?

Hijaukan bumi kita yang mulai gersang dengan tanaman-tanaman penghasil
makanan maupun tanaman peneduh. Tanaman pangan sudah jelas kita butuhkan,
tanaman peneduh selain menjaga udara juga menjaga ketersediaan air, yang
kini juga sudah semakin mahal bagi sebagian masyarakat.

Fasilitasi rakyat untuk membangun ketahanan ekonomi dengan menabung
benda riil apapun bentuknya, dan mengurangi ketergantungan terhadap tabungan
uang kertas dalam jangka panjang. Permudah ijin perdagangan,
perkebunan/pertanian, peternakan dlsb.

Hidupkan pasar-pasar yang bisa diakses atau dijangkau semua kalangan
agar terjadi perputaran benda riil –kebutuhan masyarakat– yang sesungguhnya.

Ajari anak-anak kita –generasi yang akan datang– untuk pandai berdagang,
bertani, beternak, berusaha/investasi yang sesungguhnya? Jangan hanya ajari
anak-anak untuk pandai menabung.

Dlsb.

Dengan begitu jelas-nya kegagalan uang kertas yang merupakan asset utama
orang di zaman ini seperti dalam kasus Euro tersebut diatas, tidak-kah kita
ingin untuk berbuat sesuatu yang lain yang lebih berpeluang untuk
menyelamatkan generasi yang akan datang? InsyaAllah kita bisa!

http://www.eramuslim.com/syariah/ekonomi-syariah/kegagalan-euro-kegagalan-uang-kertas.htm


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: