Kamis, 03 Mei 2012

[daarut-tauhiid] Hukum Mempelajari Injil

 

Hukum Mempelajari Injil

Tanya : Bolehkah bagi seorang muslim untuk menekuni (mempelajari) Injil agar dia bisa mengetahui firman Allah kepada hamba dan Rasulya 'Isa 'alaihis sholatu wassalam ? 

Jawab : "Tidak boleh menekuni (mempelajari) sesuatupun dari kitab-kitab yang mendahului Al-Qur`an, berupa Injil atau Taurat atau selain keduanya dengan dua sebab : 

Sebab pertama : Sesungguhnya semua yang bermanfaat di dalamnya (kitab-kitab tersebut) Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskannya dalam Al-Qur`anul Karim. 

Sebab kedua : Sesungguhnya di dalam Al-Qur`an telah terdapat perkara yang mencukupi dari semua kitab-kitab ini, berdasarkan firmanNya Ta'ala : 

"Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya". (QS. Ali 'Imran : 3) 

Dan firmanNya Ta'ala : 

"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan". (QS. Al-Ma`idah : 48) 

Karena sesungguhnya semua yang ada dalam kitab-kitab terdahulu berupa kebaikan pasti ada dalam Al-Qur`an. 

Adapun perkataan penanya bahwa dia ingin untuk mengetahui firman Allah kepada hamba dan RasulNya ' Isa, maka yang bermanfaat bagi kita darinya telah dikisahkan oleh Allah dalam Al-Qur`an sehingga tidak perlu lagi untuk mencari selainnya. Lagipula Injil yang ada sekarang telah berubah, dan dalil akan hal itu adalah bahwa dia (sekarang) ada 4 Injil (matius, markus, lukas, yohanes) yang satu dengan yang lainnya saling menyelisihi, bukan 1 Injil sehingga tidak dapat dijadikan sandaran. 

Adapun seorang penuntut ilmu yang memiliki ilmu yang dengannya dia bisa mengetahui yang benar dari kebatilan, maka tidak ada larangan (baginya) untuk mengetahuinya (Injil) untuk membantah apa yang terdapat di dalamnya berupa kebatilan dan untuk menegakkan hujjah atas para penganutnya". 

(Majmu' Fatawa, Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah jilid 1) 

Wallahu a'lam bish-shawab.

Sumber: http://almakassari.com/?p=131

Keterangan tambahan:

"Sesungguhnya ada segolongan di antara mereka yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu mengira yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: 'Ini (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah', padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui." (Ali 'Imran: 78)

Penjelasan Mufradat Ayat

"Di antara mereka", yaitu kaum Yahudi yang ada di sekitar kota Madinah. Sebab, kata ganti "mereka" di sini kembali ke firman Allah 'Azza wa Jalla sebelumnya yang menjelaskan tentang keadaan mereka. (Tafsir Ath-Thabari, 3/323)

"Memutar-mutar lidahnya", yaitu mereka men-tahrif (mengubahnya), sebagaimana dinukil dari Mujahid, Asy-Sya'bi, Al-Hasan, Qatadah, dan Rabi' bin Anas. Demikian pula yang diriwayatkan Al-Bukhari dari Ibnu 'Abbas bahwa mereka mengubah dan menghilangkannya, dan tidak ada seorangpun dari makhluk Allah 'Azza wa Jalla mampu menghilangkan lafadz kitab dari kitab-kitab Allah. Namun mereka mengubah dan mentakwilnya bukan di atas penakwilan sebenarnya." (Tafsir Ibnu Katsir, 1/377, lihat pula Tafsir Ath-Thabari, 3/324)

Qatadah rahimahullahu berkata:
"Mereka adalah Yahudi, musuh Allah 'Azza wa Jalla. Mereka mengubah kitab Allah 'Azza wa Jalla, membuat bid'ah di dalamnya, kemudian mengira bahwa itu dari sisi Allah 'Azza wa Jalla." (Tafsir Ath-Thabari, 3/324)

Adapun dalam qira`ah (bacaan) Abu Ja'far dan Syaibah dibaca dengan "yulawwuun", yang menunjukkan makna lebih sering dalam mengerjakan hal tersebut. (Tafsir Al-Qurthubi, 4/121)

Penjelasan Makna Ayat

Al-'Allamah Abdurrahman As-Sa'di rahimahullahu berkata menjelaskan ayat ini:

"Allah 'Azza wa Jalla mengabarkan bahwa di antara ahli kitab ada yang mempermainkan lisannya dengan Al-Kitab, yaitu memalingkan dan mengubah dari maksud sebenarnya. Dan ini mencakup mengubah lafadz dan maknanya. Padahal tujuan dari adanya Al-Kitab adalah untuk memelihara lafadznya dan tidak mengubahnya, serta memahami maksud dari ayat tersebut dan memahamkannya. Mereka justru bertolak belakang dengan hal ini. Mereka memahamkan selain apa yang diinginkan dari Al-Kitab, baik dengan sindiran maupun terang-terangan. Adapun secara sindiran terdapat pada firman-Nya 

"agar kalian menyangkanya dari Al-Kitab" yaitu mereka memutar-mutar lisannya dan memberikan kesan kepadamu bahwa itulah maksud dari kitab Allah 'Azza wa Jalla. Padahal bukan itu yang dimaksud. Adapun yang secara terang-terangan, terdapat pada firman-Nya:

"Dan mereka mengatakan bahwa itu dari sisi Allah, padahal bukan dari sisi Allah. Mereka mengada-ada atas nama Allah dengan kedustaan dalam keadaan mereka mengetahui."

Dan ini lebih besar dosanya daripada orang yang mengada-ada atas nama Allah 'Azza wa Jalla tanpa ilmu. Mereka ini berdusta atas nama Allah 'Azza wa Jalla, kemudian menggabungkan antara menghilangkan makna yang haq dan menetapkan makna yang batil, dan mendudukkan lafadz yang menunjukkan kebenaran untuk dibawa kepada makna yang batil, dalam keadaan mereka mengetahui." (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 136)

Ibnu Katsir rahimahullahu berkata:
"Allah mengabarkan tentang Yahudi –laknat Allah atas mereka– bahwa di antara mereka ada suatu kelompok yang mengubah-ubah kalimat dari tempatnya dan mengganti firman Allah serta menghilangkannya dari maksud sebenarnya untuk memberi kesan kepada orang-orang jahil bahwa itu terdapat dalam kitab Allah. Mereka menisbahkannya kepada Allah. Mereka berdusta dalam keadaan mereka mengetahui dari diri mereka sendiri bahwa mereka berdusta dan mengada-adakan semua itu. Oleh karenanya Allah mengatakan: "dan mereka berdusta atas nama Allah dalam keadaan mereka mengetahui." (Tafsir Ibnu Katsir, 1/377)

Ath-Thabari rahimahullahu berkata:
"Allah jalla tsana`uhu memaksudkan bahwa di antara ahli kitab, yaitu kaum Yahudi dari Bani Israil yang ada di sekitar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di masanya, mempermainkan lisan mereka dengan Al-Kitab agar kalian menyangkanya dari kitab Allah dan yang diturunkan-Nya. Padahal apa yang lisan mereka permainkan adalah kitab Allah yang telah mereka ubah dan ada-adakan. Dan mereka kesankan bahwa apa yang telah mereka permainkan dengan lisan mereka dengan mengubah, berdusta, dan berbuat kebatilan, lalu mereka masukkan dalam kitab Allah, bahwa itu berasal dari sisi Allah. Padahal itu bukan dari apa yang diturunkan Allah kepada salah seorang dari nabinya. Namun hal tersebut merupakan sesuatu yang mereka ada-adakan dari diri mereka sendiri, dusta atas nama Allah. Mereka sengaja berdusta atas nama Allah, dan bersaksi atasnya dengan kebatilan dan menyertakan sesuatu yang tidak termasuk kitab Allah ke dalamnya, hanya karena mengharapkan kekuasaan dan
kehidupan dunia yang rendah nilainya." (Tafsir Ath-Thabari, dengan sedikit diringkas, 3/323-324)

Kitab Taurat dan Injil yang Telah Berubah

Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

"Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: 'Ini dari Allah', (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan." (Al-Baqarah: 79)

"Hai Rasul, janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: 'Kami telah beriman', padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka mengubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: 'Jika diberikan ini (yang sudah diubah-ubah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah.' Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka mendapat kehinaan di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang besar."
(Al-Maidah: 41)

Ayat-ayat Allah 'Azza wa Jalla yang mulia ini menjelaskan kepada kita, apa yang telah diperbuat Ahli Kitab terhadap kitab-kitab mereka berupa perubahan, penambahan, dan membawa makna-makna yang terdapat dalam kitab Allah tersebut kepada yang bukan pemahaman sebenarnya. Mereka melakukannya untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah dan untuk mendapatkan sebagian kehidupan dunia yang hina. Mereka melakukannya dalam keadaan mengetahui kebenaran tersebut, namun menyembunyikan dan menampakkan sebaliknya di hadapan manusia. Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

"Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui." (Al-Baqarah: 146)

Hadits Yang Terkait Yahudi Menutupi Kebenaran

Demikian pula yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin 'Umar bahwa beberapa orang Yahudi datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan membawa seorang lelaki dari mereka dan seorang wanita yang keduanya telah berbuat zina. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada mereka: "Apa yang kalian lakukan terhadap orang yang berzina di antara kalian?" Mereka menjawab: "Kami melumuri wajahnya dengan arang[a] dan memukulnya." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Apakah kalian tidak menemukan hukum rajam dalam Taurat?" Mereka menjawab: "Kami tidak mendapati sedikitpun (tentang rajam)." Abdullah bin Sallam berkata kepada mereka: "Kalian telah berdusta, datangkanlah Taurat jika kalian jujur." Salah seorang guru mereka yang mengajari mereka meletakkan telapak tangannya di atas ayat rajam (dengan maksud menutupinya, red.). Lalu diapun mulai membaca ayat yang sebelum dan sesudahnya, dan
tidak membaca ayat rajam. (Abdullah bin Sallam) melepaskan tangannya dari ayat rajam dan bertanya: "(Ayat) apa ini?" Tatkala mereka melihat itu merekapun menjawab: "Itu ayat rajam." Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan agar keduanya dirajam[b]. Maka keduanya pun dirajam di dekat tempat jenazah yang ada di dekat masjid. Ibnu 'Umar berkata: "Aku melihat (yang dirajam tersebut) berusaha menghindar, melindungi dirinya dari bebatuan (yang dilemparkan kepadanya hingga ia tewas)." (HR. Al-Bukhari, 8/4556 dan Muslim no. 1699)
[a] Ada pula yang menafsirkannya: Kami menyiramnya dengan air panas. Dalam riwayat lain: Kami mempermalukan mereka dan mereka dicambuk.
[b] Dalam riwayat lain bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Sesungguhnya aku menghukuminya berdasarkan apa yang terdapat dalam Taurat."

Seluruh perkara ini dibenarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam banyak haditsnya. Oleh karenanya, setelah diutusnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai Nabi dan Rasul penghabisan, maka beliau diutus untuk seluruh umat manusia. Sehingga tidak diperkenankan lagi bagi seorangpun dari kalangan umat ini untuk menjadikan petunjuk kecuali apa yang telah dibawa Muhammad bin Abdullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana diriwayatkan Al-Imam Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah mendengar tentangku seorangpun dari umat ini, apakah dia seorang Yahudi ataukah Nasrani, lalu dia mati dan tidak mengimani apa yang dengannya aku telah diutus, melainkan dia tergolong penduduk neraka." (HR. Muslim dan Ahmad). 

Sumber: www.asysyariah.com (ringkasan "Kelancangan Ahlul Kitab terhadap Kitab Suci-Nya")

((Sebagai catatan tambahan, cerita-cerita yang tidak pantas kepada para Nabi dalam perjanjian lama(old testament) seperti kisah: Nabi Nuh, Nabi Ibrahim(Abraham), Nabi Sulaiman(Salomo), Nabi Luth(Lot), Nabi Daud, Nabi Harun, na'udzu billahi mindzalik))

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: