Selasa, 01 Mei 2012

[daarut-tauhiid] Kisah seorang pemuda dan bidadari bermata jeli

Kisah seorang pemuda dan bidadari bermata jeli

Saif Al Battar

*
*
<http://static.arrahmah.net/images/stories/2012/05/tulips-field1.jpg>

*(Arrahmah.com <http://arrahmah.com/>)* - Abdul Wahid bin Zaid berkata,
"Ketika kami sedang duduk-duduk di majelis kami, aku pun sudah siap dengan
pakaian perangku, karena ada komando untuk bersiap-siap sejak Senin pagi.
Kemudian saja ada seorang laki-laki membaca ayat, (artinya) *'Sesungguhnya
Allah membeli dari orang-orang mukmin jiwa dan harta mereka dengan memberi
Surga.' *(At-Taubah: 111). Aku menyambut, "Ya, kekasihku."

Laki-laki itu berkata, "Aku bersaksi kepadamu wahai Abdul Wahid,
sesungguhnya aku telah menjual jiwa dan hartaku dengan harapan aku
memperoleh Surga."

Aku menjawab, "Sesungguhnya ketajaman pedang itu melebihi segala-galanya.
Dan engkau sajalah orang yang aku sukai, aku khawatir manakala engkau tidak
mampu bersabar dan tidak mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini."

Laki-laki itu berkata, "Wahai Abdul Wahid, aku telah berjual beli kepada
Allah dengan harapan mendapat Surga, mana mungkin jual beli yang aku
persaksikan kepadamu itu akan melemah." Dia berkata, "Nampaknya aku
memprihatinkan kemampuan kami semua, …kalau orang kesayanganku saja mampu
berbuat, apakah kami tidak?" Kemudian lelaki itu menginfakkan seluruh
hartanya di jalan Allah kecuali seekor kuda, senjata dan sekedar bekal
untuk perang. Ketika kami telah berada di medan perang dialah laki-laki
pertama kali yang tiba di tempat tersebut. Dia berkata, "*Assalamu
'alaika* wahai
Abdul Wahid," Aku menjawab, "*Wa'alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh*,
alangkah beruntungnya perniagaan ini."

Kemudian kami berangkat menuju medan perang, lelaki tersebut senantiasa
berpuasa di siang hari dan qiyamullail pada malam harinya melayani kami dan
menggembalakan hewan ternak kami serta menjaga kami ketika kami tidur,
sampai kami tiba di wilayah Romawi.

Ketika kami sedang duduk-duduk pada suatu hari, tiba-tiba dia datang sambil
berkata, "Betapa rindunya aku kepada bidadari bermata jeli." Kawan-kawanku
berkata, "Sepertinya laki-laki itu sudah mulai linglung." Dia mendekati
kami lalu berkata, "Wahai Abdul Wahid, aku sudah tidak sabar lagi, aku
sangat rindu pada bidadari bermata jeli." Aku bertanya, "Wahai saudaraku,
siapa yang kamu maksud dengan bidadari bermata jeli itu." Laki-laki itu
menjawab, "Ketika itu aku sedang tidur, tiba-tiba aku bermimpi ada
seseorang datang menemuiku, dia berkata, 'Pergilah kamu menemui bidadari
bermata jeli.' Seseorang dalam mimpiku itu mendorongku untuk menuju sebuah
taman di pinggir sebuah sungai yang berair jernih. Di taman itu ada
beberapa pelayan cantik memakai perhiasan sangat indah sampai-sampai aku
tidak mampu mengungkapkan keindahannya.

Ketika para pelayan cantik itu melihatku, mereka memberi kabar gembira
sambil berkata, 'Demi Allah, suami bidadari ber-mata jeli itu telah tiba.'
Kemudian aku berkata, '*Assalamu 'alaikunna,* apakah di antara kalian ada
bidadari bermata jeli?' Pelayan cantik itu menjawab, 'Tidak, kami sekedar
pelayan dan pembantu bidadari bermata jeli. Silahkan terus!'

Aku pun meneruskan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di sebuah sungai
yang mengalir air susu, tidak berubah warna dan rasanya, berada di sebuah
taman dengan berbagai perhiasan. Di dalamnya juga terdapat pelayan bidadari
cantik dengan mengenakan berbagai perhiasan. Begitu aku melihat mereka aku
terpesona. Ketika mereka melihatku mereka memberi kabar gembira dan berkata
kepadaku, 'Demi Allah telah datang suami bidadari bermata jeli.' Aku
bertanya, '*Assalamualaikunna*, apakah di antara kalian ada bidadari
bermata jeli?' Mereka menjawab, *Waalaikassalam *wahai*waliyullah*, kami
ini sekedar budak dan pelayan bidadari bermata jeli, silahkan terus.'

Aku pun meneruskan maju, ternyata aku berada di sebuah sungai khamr berada
di pinggir lembah, di sana terdapat bidadari-bidadari sangat cantik yang
membuat aku lupa dengan kecantikan bidadari-bidadari yang telah aku lewati
sebelumnya. Aku berkata, 'Assalamu alaikunna, apakah di antara kalian ada
bidadari bermata jeli?' Mereka menjawab, 'Tidak, kami sekedar pembantu dan
pelayan bidadari bermata jeli, silahkan maju ke depan.'

Aku berjalan maju, aku tiba di sebuah sungai yang mengalirkan madu asli di
sebuah taman dengan bidadari-bidadari sangat cantik berkilauan wajahnya dan
sangat jelita, membuat aku lupa dengan kecantikan para bidadari sebelumnya.
Aku bertanya, '*Assalamu alaikunna*, apakah di antara kalian ada bidadari
bermata jeli?' Mereka menjawab, 'Wahai *waliyurrahman*, kami ini pembantu
dan pelayan bidadari jelita, silahkan maju lagi.'

Aku berjalan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di se-buah tenda terbuat
dari mutiara yang dilubangi, di depan tenda terdapat seorang bidadari
cantik dengan memakai pakaian dan perhiasan yang aku sendiri tidak mampu
mengungkapka keindahannya. Begitu bidadari itu melihatku dia memberi kabar
gembira kepadaku dan memanggil dari arah tenda, 'Wahai bidadari bermata
jeli, suamimu datang!'

Kemudian aku mendekati kemah tersebut lalu masuk. Aku mendapati bidadari
itu duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas, bertahta intan dan
berlian. Begitu aku melihatnya aku terpesona sementara itu dia menyambutku
dengan berkata, 'Selamat datang waliyurrahman, telah hampir tiba waktu kita
bertemu.' Aku pun maju untuk memeluknya, tiba-tiba ia berkata, 'Sebentar,
belum saatnya engkau memelukku karena dalam tubuhmu masih ada ruh
kehidupan. Tenanglah, engkau akan berbuka puasa bersamaku di kediamanku,
insya Allah. '

Seketika itu aku bangun dari tidurku wahai Abdul Wahid. Kini aku sudah
tidak bersabar lagi, ingin bertemu dengan bida-dari bermata jeli itu."

Abdul Wahid menuturkan, "Belum lagi pembicaraan kami (cerita tentang mimpi)
selesai, kami mendengar pasukan musuh telah mulai menyerang kami, maka kami
pun bergegas meng-angkat senjata begitu juga lelaki itu.

Setelah peperangan berakhir, kami menghitung jumlah para korban, kami
menemukan 9 orang musuh tewas dibunuh oleh lelaki itu, dan ia adalah orang
ke sepuluh yang terbunuh. Ketika aku melintas di dekat jenazahnya aku
lihat, tubuhnya berlu-muran darah sementara bibirnya tersenyum yang
mengantarkan pada akhir hidupnya."

*Sumber: 99 Kisah Orang Shalih, Penerbit Darul Haq*

(Muslimahzone.com)

http://arrahmah.com/read/2012/05/01/19827-kisah-seorang-pemuda-dan-bidadari-bermata-jeli.html


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: