Jumat, 02 November 2012

[daarut-tauhiid] Kebersihan adalah sebagian dari iman

 

Kebersihan adalah sebagian dari iman

Seorang kawan kami sepulang mengikuti sebuah pelatihan di Jepang mengabarkan bahwa dia menemukan kehidupan yang Islami di sana. Hal yang dimaksud oleh kawan kami sebagai kehidupan Islami adalah sebatas kebiasaan atau budaya menjaga kebersihan seperti toilet yang selalu bersih.

Kebiasaan atau budaya bekerja secara tekun, profesional. Bahkan orang Jepang terkenal sebagai pekerja setia pada satu perusahaan.

Kebiasaan atau budaya menghargai waktu dalam menepati janji, contohnya ketika seorang pembicara asal Jepang hadir tepat pada waktu presentasinya sudah memohon maaf kepada hadirin karena kebiasaan atau budaya di sana seorang pembicara biasanya hadir sebelum waktu presentasi agar hadirin tidak bertanya-tanya atau dalam ketidak pastian.

Orang Jepang kehidupan yang Islami tersebut timbul karena ketaatan mereka pada peraturan yang mereka sepakati bersama sehingga menjadi sebuah kebiasaan atau budaya.

Contoh lainnya kawan kami menceritakan ketika ke supermarket melihat kebiasaan orang Jepang di sana kalau melihat potongan struk belanja atau sampah kecil lainnya pada sebuah troley belanja maka mereka dengan suka hati memasukkannya ke tempat sampah.

Pertanyaannya adalah kenapa kehidupan yang Islami seperti itu justru kurang terlihat pada umat Islam, khususnya di negara kita ?

Bahkan hadits "kebersihan adalah sebagian dari Iman" dianggap sebagai hadits dhoif bahkan hadits palsu

Mereka yang menganggapnya sebagai hadits palsu adalah mereka yang hanya berpegang pada hadits-hadits yang telah dibukukan saja. Padahal sebagian hadits tidak terbukukan dan hanya dalam bentuk hafalan yang disampaikan secara estafet dari lisan ke lisan secara terun temurun dalam bentuk nasehat.

Seharusnya dikaji matan/redaksi hadits tersebut, mengapa dikatakan kebersihan adalah sebagian dari Iman.

Ada yang hilang atau terlupakan oleh umat Islam yakni tentang Ihsan yang merupakan bagian dari tiga pokok dalam agama Islam yakni Iman, Islam dan Ihsan

Laki-laki itu bertanya, `Wahai Rasulullah, apakah Islam itu? ` Beliau menjawab, `Islam adalah kamu tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, mendirikan shalat, membayar zakat, dan berpuasa Ramadlan.' Dia berkata, `Kamu benar.' Lalu dia bertanya lagi, `Wahai Rasulullah, apakah iman itu? ` Beliau menjawab, `Kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, beriman kepada kejadian pertemuan dengan-Nya, beriman kepada para Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari kebangkitan serta beriman kepada takdir semuanya'. Dia berkata, `Kamu benar'. Lalu dia bertanya lagi, `Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ` Beliau menjawab, `Kamu takut (khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya (bermakrifat), maka jika kamu tidak melihat-Nya (bermakrifat) maka sesungguhnya Dia melihatmu. (HR Muslim 11)

Tentang Islam diuraikan dalam ilmu fiqih
Tentang Iman diuraikan dalam akidah atau i'tiqod atau ushuluddin
Tentang Ihsan diuraikan dalam tasawuf

Ada yang bertanya apakah Rasulullah dan para Sahabat mengamalkan tasawuf ?

Tasawuf hanyalah sebuah istilah untuk perkara yang berkaitan dengan ihsan atau akhlak

Silahkan periksa kurikulum atau silabus pada perguruan tinggi Islam maka tasawuf adalah ihsan atau akhlak

Jadi pertanyaan tersebut sebenarnya adalah "Apakah Rasulullah dan para Sahabat mengamalkan ihsan?

Tentu jawabannya adalah, "Benar, Rasulullah maupun Salafush Sholeh mengamalkan ihsan atau tasawuf"

Dari hadits di atas yang dimaksud ihsan adalah seakan-akan kamu melihat-Nya (bermakrifat) yakni menyaksikan Allah ta'ala dengan hati (ain bashiroh)

Muslim yang bermakrifat atau muslim yang menyaksikan Allah ta'ala dengan hati (ain bashiroh) adalah muslim yang selalu meyakini kehadiranNya, selalu sadar dan ingat kepadaNya.

Imam Qusyairi mengatakan "Asy-Syahid untuk menunjukkan sesuatu yang hadir dalam hati, yaitu sesuatu yang membuatnya selalu sadar dan ingat, sehingga seakan-akan pemilik hati tersebut senantiasa melihat dan menyaksikan-Nya, sekalipun Dia tidak tampak. Setiap apa yang membuat ingatannya menguasai hati seseorang maka dia adalah seorang syahid (penyaksi)"

Ubadah bin as-shamit ra. berkata, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata: "Seutama-utama iman seseorang, jika ia telah mengetahui (menyaksikan) bahwa Allah selalu bersamanya, di mana pun ia berada"

Rasulullah shallallahu alaihi wasallm bersabda "Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada". (HR. Ath Thobari)

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَفْصٌ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ رَآهُ بِقَلْبِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Hafsh dari Abdul Malik dari `Atha' dari Ibnu Abbas dia berkata, "Beliau telah melihat dengan mata hatinya." (HR Muslim 257)

Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi'lib Al-Yamani, "Apakah Anda pernah melihat Tuhan?"
Beliau menjawab, "Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?"
"Bagaimana Anda melihat-Nya?" tanyanya kembali.
Sayyidina Ali ra menjawab "Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati"

Sebuah riwayat dari Ja'far bin Muhammad beliau ditanya: "Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah-Nya?" Beliau menjawab: "Saya telah melihat Tuhan, baru saya sembah". "Bagaimana anda melihat-Nya?" dia menjawab: "Tidak dilihat dengan mata yang memandang, tapi dilihat dengan hati yang penuh Iman."

Munajat Syaikh Ibnu Athoillah, "Ya Tuhan, yang berada di balik tirai kemuliaanNya, sehingga tidak dapat dicapai oleh pandangan mata. Ya Tuhan, yang telah menjelma dalam kesempurnaan, keindahan dan keagunganNya, sehingga nyatalah bukti kebesaranNya dalam hati dan perasaan. Ya Tuhan, bagaimana Engkau tersembunyi padahal Engkaulah Dzat Yang Zhahir, dan bagaimana Engkau akan Gaib, padahal Engkaulah Pengawas yang tetap hadir. Dialah Allah yang memberikan petunjuk dan kepadaNya kami mohon pertolongan"

Syaikh Abdul Qadir Al-Jilany menyampaikan, "mereka yang sadar diri senantiasa memandang Allah Azza wa Jalla dengan qalbunya, ketika terpadu jadilah keteguhan yang satu yang mengugurkan hijab-hijab antara diri mereka dengan DiriNya. Semua bangunan runtuh tinggal maknanya. Seluruh sendi-sendi putus dan segala milik menjadi lepas, tak ada yang tersisa selain Allah Azza wa Jalla. Tak ada ucapan dan gerak bagi mereka, tak ada kesenangan bagi mereka hingga semua itu jadi benar. Jika sudah benar sempurnalah semua perkara baginya. Pertama yang mereka keluarkan adalah segala perbudakan duniawi kemudian mereka keluarkan segala hal selain Allah Azza wa Jalla secara total dan senantiasa terus demikian dalam menjalani ujian di RumahNya".

Jika belum dapat melihat Allah dengan hati (ain bashiroh) atau bermakrifat maka yakinlah bahwa Allah Azza wa Jalla melihat kita.

Lalu dia bertanya lagi, `Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ` Beliau menjawab, `Kamu takut (khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya (bermakrifat), maka jika kamu tidak melihat-Nya (bermakrifat) maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR Muslim 11)

Firman Allah ta'ala yang artinya "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama" (QS Al Faathir [35]:28)

Muslim yang takut kepada Allah karena mereka selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla atau mereka yang selalu memandang Allah dengan hatinya (ain bashiroh), setiap akan bersikap atau berbuat sehingga mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang dibenciNya , menghindari perbuatan maksiat, menghindari perbuatan keji dan mungkar sehingga terbentuklah muslim yang berakhlakul karimah atau muslim yang sholeh

Jadi jika seorang muslim mengamalkan ihsan (tasawuf) atau meng-ihsan-kan dirinya maka dia tidak akan membiarkan sampah bukan pada tempatnya karena muslim tersebut memandang Allah dengan hatinya atau karena muslim tersebut selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla

Jika seorang muslim mengamalkan ihsan (tasawuf) atau meng-ihsan-kan dirinya maka dia bekerja dengan tekun, profesional, menghargai waktu dalam menepati janji, tidak bermalas-malasan, tidak bermewah-mewahan atau tidak boros dan tidak melakukan hal buruk lainnya karena muslim tersebut memandang Allah dengan hatinya atau karena muslim tersebut selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla

Jika seorang muslim mengamalkan ihsan (tasawuf) atau meng-ihsan-kan dirinya maka jika dia seorang pejabat maka dia akan melaksanakan jabatannya dengan amanah, jujur, adil, profesional dan tidak akan melakukan korupsi karena muslim tersebut memandang Allah dengan hatinya atau karena muslim tersebut selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla.

Kesimpulannya adalah bahwa kehidupan Islami terbentuk karena kaum muslim mengamalkan ihsan (tasawuf) atau meng-ihsan-kan dirinya sehingga jika bersikap dan melakukan perbuatan maka akan bersikap dan melakukan perbuatan yang dicintaiNya karena kaum muslim memandang Allah dengan hatinya atau karena kaum muslim selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla.

Lebih lanjut tentang tasawuf atau tentang ihsan silahkan baca tulisan pada

http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/06/13/tasawuf/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/05/25/istilah-tasawuf/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/02/21/tips-bertasawuf/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/01/23/jalan-bermakrifat/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/06/13/kegunaan-tasawuf/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/05/17/habib-dan-tarekat/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/05/23/cinta-yang-ihsan/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/08/16/pada-diri-kita/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/03/05/hakikat-manusia/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/10/hakikat-dan-marifat/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/09/sukarno-dan-mati-senyum/

Wassalam

Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: