Kamis, 21 Agustus 2008

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2206

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (25 Messages)

1a.
MANFAAT ASI 2 From: Agung Argopo
2.
[maklumat] Penting! Pendaftaran peserta dari luar Bandung From: Lia Octavia
3.
(Ruang Film) About Schmidt From: Rini Agus Hadiyono
4.
body percussion sounds From: rudolph_cahay
5a.
[tulisan kaki] secarik kabar bagi penulismuda. From: jun an nizami
5b.
Re: [tulisan kaki] secarik kabar bagi penulismuda. From: Nia Robiatun Jumiah
6a.
perkenalan member baru From: mbakyun38
6b.
Re: perkenalan member baru From: dyah zakiati
6c.
Re: perkenalan member baru From: Nia Robiatun Jumiah
7.
(catcil) Pementasan malam tadi From: dyah zakiati
8a.
Re: (rampai) bagaimana kutemukan bahagia? From: dyah zakiati
8b.
Re: (rampai) bagaimana kutemukan bahagia? From: Lia Octavia
9.
(catatan kaki) Yuk kita sambut yuuk From: dyah zakiati
10a.
(ruang baca) for the (a dozen) good books that fly into my hands From: Bu CaturCatriks
10b.
Re: (ruang baca) for the (a dozen) good books that fly into my hands From: Ain Nisa
10c.
Re: (ruang baca) for the (a dozen) good books that fly into my hands From: Ain Nisa
10d.
Re: (ruang baca) for the (a dozen) good books that fly into my hands From: Lia Octavia
11a.
Re: (Rampai)â–  gundahâ– gulana-- gula gula From: ahmad ade
12.
[Ruang Keluarga] Istri Solehah From: M.Arif As Salman
13.
(Catcil)  URGENTY REQUIRED lowonngan jadi kunci hati, jiwa dan dirik From: Lily Ceria
14.
FW: Jadwal Imsakiyah Romadlon From: Aprillia EkaSari
15a.
[maklumat] Daftar sahabat-sahabat SK yang akan ke Bandung From: Lia Octavia
15b.
Re: [maklumat] Daftar sahabat-sahabat SK yang akan ke Bandung From: novi_ningsih
16.
FW: Re: [sekolah-kehidupan] [tulisan kaki] secarik kabar bagi penuli From: jun an nizami
17a.
Re: kumpulakn hp dan ID YM From: are_dier

Messages

1a.

MANFAAT ASI 2

Posted by: "Agung Argopo" gopo_alhusna@yahoo.co.id   gopo_alhusna

Wed Aug 20, 2008 6:55 am (PDT)

Wah makasih thanks tararengkyu nih atas inpormasihnyah :-)
 
tapi satu yang belum aku buktiin, aku always ngasih my baby ASI
 
tapi kok belom kurus-kurus juga ya? :-)) hahahahah... tanya kenapaaaa???
 
hix... hix... padahal kata orang kalau nenenin anak bisa kurus... tapi aku? aku?
 
heheh... baru juga 3 bulan :-p
 
salam gendut
Achi TM
yang masih aja enduuut meski menyusuiiih

__________________________________________________________
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail.
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
2.

[maklumat] Penting! Pendaftaran peserta dari luar Bandung

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Wed Aug 20, 2008 7:55 am (PDT)

Dear sahabat-sahabat SK,

Sehubungan dengan kegiatan launching & diskusi buku Menggenggam Cahaya di
Bandung, bagi sahabat-sahabat di luar Bandung yang hendak ikut serta, mohon
segera mendaftarkan diri pada:

Shinta 085648485428 / 022-92321429
Budi Santoso 081548037375

Pendaftaran ini penting agar memudahkan panitia mengatur penginapan bagi
sahabat-sahabat SK. Penginapan disediakan bagi sahabat-sahabat SK baik yang
sudah menikah atau belum menikah, laki-laki dan perempuan, di beberapa rumah
sahabat-sahabat SK Bandung.

Terima kasih banyak sebelumnya.

Salam Cahaya,
Lia

***************************

*UNDANGAN LAUNCHING & DISKUSI BUKU "MENGGENGGAM CAHAYA" DI BANDUNG*
**
**
**
**
Komunitas Sekolah Kehidupan.com Wilayah Bandung mengadakan launching
dan diskusi buku Menggenggam Cahaya - Antologi Kisah Inspiratif & Puisi
dengan tema:
**
****
*"Menggenggam Cahaya, Membahasakan Kehidupan*"

Yang insya Allah akan diselenggarakan pada:

Hari/tanggal : Sabtu / 23 Agustus 2008
Waktu : Pukul 19.00 – 21.00 WIB

Tempat : Taman Baca Kanisius
Jl. Sukajadi 189 Bandung. tkp
2035541

Acara : Pembacaan puisi, pengenalan SK,
diskusi buku Menggenggam Cahaya

Bagi sahabat-sahabat di luar Bandung yang ingin datang ke acara ini, mohon
memberikan konfirmasinya kepada panitia.

Undangan ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Hadian (081322360136) atau
Budi (081548037375)

Panitia Launching & Diskusi Buku "Menggenggam Cahaya"
Sekolah Kehidupan.com Wilayah Bandung

http://sekolahkehidupan.multiply.com
www.sekolah-kehidupan.com
3.

(Ruang Film) About Schmidt

Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Wed Aug 20, 2008 8:21 am (PDT)


Masa pensiun lebih berat daripada dugaan Warren Schmidt, Vice
President sebuah perusahaan asuransi. Ia membenci orang muda yang
menggantikannya, sikap sok tahunya, dan caranya membuang dokumen yang
prernah digarapnya. Hari-harinya terasa kian hampa
kala sang istri, Helen, meninggal ketika ia meninggalkan rumah untuk
sesaat. Namun setelah kepergiannya, Jeannie, putri tunggal mereka
tetap keberatan menunda pernikahan.

Warren tidak menyukai calon menantunya, Randall. Salesman waterbed itu
dianggapnya tak sepadan dengan Jeannie. Warren terkejut melihat
pertengkaran kasar ibu Randall, Roberta, dengan mantan suaminya dan
istri barunya di meja makan. Belum lagi waterbed yang digunakannya di
kamar dan membuat Warren tak dapat tidur nyenyak. Ia tidak bisa
membujuk Jeannie untuk meninjau ulang keputusannya menikahi Randall.

Film, yang diadaptasi dari novel Louis Begley, ini dipaparkan melalui
narasi Warren yang disampaikannya dalam surat-surat kepada Ndugu.
Ndugu adalah bocah Tanzania yang menjadi anak angkatnya via bantuan
dana Childreach. Warren tersentuh begitu saja kala menyimak program
sosial tersebut di TV. Pada akhirnya, hubungan dengan Ndugu itulah
yang membuatnya merasa benar-benar berarti.

Mereka yang tak suka plot datar akan mengantuk sejak
sepuluh menit pertama. Namun bagi saya,
penampilan Jack Nicholson sangat memukau.
Karakternya sangat berbeda dari biasa, sebut saja Anger Management dan
Something's Gotta Give. Jack memerankan pria yang sesuai usianya dan
senantiasa menekuk wajahnya sehingga nampak muram serta memikul beban.

Konflik yang terkesan tidak meletup ditebarkan dalam detil sederhana.
Misalnya pajangan sertifikat kursus dan penghargaan Randall masa
sekolah dalam kamar kala Warren menginap. Protes Jeannie akan peti
mati ibunya yang murah. Ocehan petugas layanan pemakaman yang
menguraikan harga-harga. Tawaran Randall untuk berinvestasi, sedangkan
Warren masih berduka. Adegan paling menyentuh ialah saat Warren
menyadari sebelah tempat tidurnya kosong, lalu ia mencium parfum Helen
saking rindunya.

Tak mengherankan bila About Schmidt meraih Golden Globe Award tahun
2003 untuk Film Terbaik dan Aktor Terbaik Kategori Drama.

4.

body percussion sounds

Posted by: "rudolph_cahay" rudolph_cahay@yahoo.com   rudolph_cahay

Wed Aug 20, 2008 11:33 am (PDT)

Percussion instruments produce their sound when a player hits,
scrapes, rubs or shakes them to produce vibrations. These techniques
can also be applied to the human body. The body also presents several
unique possibilities including the use of inhaled or exhaled air and
vocal sounds.

coba kunjungi http://indie-leader.blogspot.com/

5a.

[tulisan kaki] secarik kabar bagi penulismuda.

Posted by: "jun an nizami" tinta_mirah@yahoo.co.id   tinta_mirah

Wed Aug 20, 2008 4:58 pm (PDT)

Ini hanya sekedar bagi-bagi kabar.bukan mengajak berpaling apalagi selingkuh.
Saya hanya di minta membagikan kabar ini dari seorang pengelola situs www.penulismuda.com
bahwa,saat ini situs yang sedang dikelolanya akan segera menerbitkan buku antologi puisi seri ke2 dan antologi cerpen seri pertama.
Maka,wahai..barang siapa yang berniat ikutan,maka dipersilahkan mendaftarkan diri dengan memenuhi seluruh ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan.
Untuk info lebih lanjut silahkan klik link yang di atas sana!

Nb: maaf jika tulisan infonya acak-acakan.karena memang ditulis secara asal-asalan. Tapi infonya sumpah beneran..

Salam_mirah:jun nizami
http://zunannizami.multiply.com

__________________________________________________________
Nama baru untuk Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail.
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

5b.

Re: [tulisan kaki] secarik kabar bagi penulismuda.

Posted by: "Nia Robiatun Jumiah" musimbunga@gmail.com

Wed Aug 20, 2008 5:08 pm (PDT)

makasih ya kang....
infonya bermanfaat sekali..

salam 'obsesi gila pujangga'
hi..hi..
nia robie'

2008/8/20 jun an nizami <tinta_mirah@yahoo.co.id>

> Ini hanya sekedar bagi-bagi kabar.bukan mengajak berpaling apalagi
> selingkuh.
> Saya hanya di minta membagikan kabar ini dari seorang pengelola situs
> www.penulismuda.com
> bahwa,saat ini situs yang sedang dikelolanya akan segera menerbitkan buku
> antologi puisi seri ke2 dan antologi cerpen seri pertama.
> Maka,wahai..barang siapa yang berniat ikutan,maka dipersilahkan
> mendaftarkan diri dengan memenuhi seluruh ketentuan dan persyaratan yang
> telah ditetapkan.
> Untuk info lebih lanjut silahkan klik link yang di atas sana!
>
> Nb: maaf jika tulisan infonya acak-acakan.karena memang ditulis secara
> asal-asalan. Tapi infonya sumpah beneran..
>
> Salam_mirah:jun nizami
> http://zunannizami.multiply.com
>
> __________________________________________________________
> Nama baru untuk Anda!
> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan
> @rocketmail.
> Cepat sebelum diambil orang lain!
> http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
>
>
6a.

perkenalan member baru

Posted by: "mbakyun38" mbakyun38@yahoo.co.id   mbakyun38

Wed Aug 20, 2008 4:59 pm (PDT)

Assalamu'alaikum wr.wb

Saudara milist Sekolah-Kehidupan yang baik.
mengalawi langkah pena saya di rumah ini, izinkan saya untuk
bersilaturahim
dengan anda semua ;

Nama : Sri Wahyuni
Panggilan : Yuni
Alamat : Asrama Denzipur 10 Waena - Jayapura
HP : 085244019537
Blog : www.mbakyun-aquarius.blogspot.com
Profesi : Ibu Rumah Tangga

Tujuan saya bergabung dimilist ini adalah untuk menambah wawasan
dan ilmu. dulu saya pernah bekerja, setelah menikah dan mengikuti
suami tugas ke luar jawa dengan terpaksa saya harus meninggalkan
pekerjaan saya. saat mengikuti suami saya ingin mencari pekerjaan
lain tapi karena tuntutan tugas saya sebagai pendamping suami akhirnya
pekerjaan itu tidak saya dapatkan. sedikit kecewa saya rasakan, tapi
dengan bergabung dengan milist ini saya berharap akan mendapatkan
sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi saya dan orang lain.
saya mau belajar banyak dari anda semua...

6b.

Re: perkenalan member baru

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Wed Aug 20, 2008 5:06 pm (PDT)

Wa'alaikum salam wr.wb.
Selamat datang Mbak Yuni ^_^ Selamat bergabung. Walau secara fisik kita begitu jauh, semoga hati kita begitu dekat. Nanti cerita-cerita kondisi di Jayapura sana ya Mbak.

Salam
Dyah
Yang dari dulu berharap bisa keliling Indonesia

----- Original Message ----
From: mbakyun38 <mbakyun38@yahoo.co.id>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Thursday, August 21, 2008 5:54:01 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] perkenalan member baru

Assalamu'alaikum wr.wb

Saudara milist Sekolah-Kehidupan yang baik.
mengalawi langkah pena saya di rumah ini, izinkan saya untuk
bersilaturahim
dengan anda semua ;

Nama : Sri Wahyuni
Panggilan : Yuni
Alamat : Asrama Denzipur 10 Waena - Jayapura
HP : 085244019537
Blog : www.mbakyun- aquarius. blogspot. com
Profesi : Ibu Rumah Tangga

Tujuan saya bergabung dimilist ini adalah untuk menambah wawasan
dan ilmu. dulu saya pernah bekerja, setelah menikah dan mengikuti
suami tugas ke luar jawa dengan terpaksa saya harus meninggalkan
pekerjaan saya. saat mengikuti suami saya ingin mencari pekerjaan
lain tapi karena tuntutan tugas saya sebagai pendamping suami akhirnya
pekerjaan itu tidak saya dapatkan. sedikit kecewa saya rasakan, tapi
dengan bergabung dengan milist ini saya berharap akan mendapatkan
sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi saya dan orang lain.
saya mau belajar banyak dari anda semua...

.


6c.

Re: perkenalan member baru

Posted by: "Nia Robiatun Jumiah" musimbunga@gmail.com

Wed Aug 20, 2008 5:11 pm (PDT)

waallaikum salam wr.wb.
mbak yun.. selamat bergabung ya...
ambil tempat paling nyaman...:)
insya Alloh datanya akan masuk ke kantung data sk...

salam

nia robie'
(yang hobi ngumpulin data sahabat sk)

2008/8/21 mbakyun38 <mbakyun38@yahoo.co.id>

> Assalamu'alaikum wr.wb
>
> Saudara milist Sekolah-Kehidupan yang baik.
> mengalawi langkah pena saya di rumah ini, izinkan saya untuk
> bersilaturahim
> dengan anda semua ;
>
> Nama : Sri Wahyuni
> Panggilan : Yuni
> Alamat : Asrama Denzipur 10 Waena - Jayapura
> HP : 085244019537
> Blog : www.mbakyun-aquarius.blogspot.com
> Profesi : Ibu Rumah Tangga
>
> Tujuan saya bergabung dimilist ini adalah untuk menambah wawasan
> dan ilmu. dulu saya pernah bekerja, setelah menikah dan mengikuti
> suami tugas ke luar jawa dengan terpaksa saya harus meninggalkan
> pekerjaan saya. saat mengikuti suami saya ingin mencari pekerjaan
> lain tapi karena tuntutan tugas saya sebagai pendamping suami akhirnya
> pekerjaan itu tidak saya dapatkan. sedikit kecewa saya rasakan, tapi
> dengan bergabung dengan milist ini saya berharap akan mendapatkan
> sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi saya dan orang lain.
> saya mau belajar banyak dari anda semua...
>
>
>
7.

(catcil) Pementasan malam tadi

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Wed Aug 20, 2008 5:03 pm (PDT)

Gerakan tari itu gemulai perlahan mengurai gerak dengan keluwesan yang
menakjubkan. Selangkah demi selangkah, setahap demi setahap. Pagelaran
yang dipertunjukkan dengan penuh nuansa sukses membuat hatiku
berkecamuk dengan berbagai rasa. Ya, pertunjukkan yang kusaksikan si
Taman Ismail Marzuki tanggal 20 Agustus 2008 pukul 20.00 - 21.00 itu
bukanlah pertunjukan biasa. Pertunjukan tari tersebut sukses dilakukan
oleh teman-teman dari POMI. Persatuan Orang Mini se-Indonesia.

Luar
biasa, mungkin kata itu yang mewakili perasaanku setelah menyaksikan
teater itu. Ya, mereka dengan segala keterbatasannya mampu menembus
batas kekurangan mereka dan menunjukkan pada dunia, bahwa apapun
keadaan mereka, apapun kondisi mereka, mereka mampu untuk berkarya
dengan begitu apiknya.

Mungkin mudah bagi kita tuk mengatakan
bahwa hidup bagi mereka adalah hal yang mudah. Tapi bila kita coba
berpikir kalau saja kita yang berada di posisi mereka tentu saja takkan
semudah itu kita bertutur. Mudahkah bagi kita tuk terus berjalan walau
kita menyadari semua mata tertuju pada kita entah dengan perasaan
kasihankah ataupun perasaan aneh lainnya. Mudahkah bagi kita tuk
menahan kesabaran yang mendalam ketika meraih pekerjaan begitu sulit
hanya karena faktor fisik, padahal sebenarnya dari segi otak kita
sangat mampu. Mudahkah bagi kita tuk menatap orang-orang yang begitu
bahagianya bersanding dengan pasangannya, karena itu adalah karunia
yang tak terhingga.

Yups, maka kita harus bersyukur apapun
kondisi kita. Kita seharusnya benar-benar malu ketika kita keluhkan
kondisi tubuh kita yang pendeklah, yang kuruslah, yang terlalu
gemuklah. Hai, ada yang jauh lebih kurang beruntung dibandingkan kita.
Dan bila kita merasa kita kurang beruntung, maka sesungguhnya orang
seperti mereka mungkin jauh lebih beruntung dibanding kita. Intinya
bukankah bagaimana kita mensyukuri keadaan diri kita apapun itu?

Maka
berkacalah. Nikmati karya indah dari Sang Mahabesar. Apapun kondisimu.
Bila engkau bersyukur, maka akan Allah tambahkan nikmat bagimu.

8a.

Re: (rampai) bagaimana kutemukan bahagia?

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Wed Aug 20, 2008 5:18 pm (PDT)

ketika kucoba renangi dan selami hatiku, kucoba jelajahi relung-relung sempit gua-guanya, kukejar, kucari, kusibakkan ilalang di setiap dataran, tak kutemukan bahagia itu. Terus kucari dan kucari, tapi tak kutemukan juga. Di sisa-sisa doaku, di sisa-sisa harapku, tiba-tiba kulihat ada cahaya terpancar dari sebuah hati yang lain. Hati yang begitu indah berkilau, hati yang indah menakjubkan. Hati yang menarikku bagai dua kutub magnit yang berbeda. Maka pesona yang tak terdefinisikan dengan kata-kata menyeruak meliputi hatiku. Dan kuyakin perlahan bahagia akan datang mendekatiku, menemaniku, mengisi hari-hariku.
Dan bila bahagianya adalah bahagiaku. Maka seperti saranmu, akan kuminta ia tuk selalu mengajakku bersamanya, berenang bersamanya, berlayar bersamanya, menjelajah bersamanya. Selamanya.

Ya. aku pasti akan kehilangan duka!

Terima kasih mbak Lia ^_^
Salam
Dyah

----- Original Message ----
From: Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, August 12, 2008 9:38:10 AM
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] (rampai) bagaimana kutemukan bahagia?

karena bahagia senang berenang-renang dan menyelam di dalam samudera hatimu
kadang kala ia menaiki perahu dan pergi berlayar sehingga ia tidak mendengar panggilanmu
dan kadang kala pula ia menjelajah ke benua-benua yang tidak kau ketahui sehingga kau mungkin hanya akan menemuinya sekali dalam setahun, atau dua kali dalam sebulan
lain kali, jika kau sedang bertemu dengan bahagia, mintalah bahagia mengajakmu pergi bersamanya, berenang bersamanya, berlayar bersamanya, menjelajah bersamanya

kau akan kehilangan duka!

Lia
Jakarta, 12 Agustus 2008 at 9.15 a.m.

2008/8/10 dyah zakiati <adzdzaki@yahoo. com>

Apakah bahagia itu?
bahagia ada di hatimu
katanya
walau kau sebrangi lautan
kau daki gunung terjal
kau takkan temukan ia
karena ia ada dalam hatimu

jadi tak perlukah aku
lakukan semua itu
tak perlu kucari gunung tertinggi
tak perlu kucari laut terdalam
karena bahagia
ada dalam hati
tapi
bukankah hati
katanya tak terukur?
lebih dalam dari lautan
lebih luas dari benua

Jadi
bagaimana bisa kutemukan bahagia itu?

8b.

Re: (rampai) bagaimana kutemukan bahagia?

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Wed Aug 20, 2008 8:18 pm (PDT)

Kembali kasih, Mbak Dyah. Selamat berlayar & ditunggu yah woro-woronya ^_^

-Lia

2008/8/21 dyah zakiati <adzdzaki@yahoo.com>

> ketika kucoba renangi dan selami hatiku, kucoba jelajahi relung-relung
> sempit gua-guanya, kukejar, kucari, kusibakkan ilalang di setiap dataran,
> tak kutemukan bahagia itu. Terus kucari dan kucari, tapi tak kutemukan juga.
> Di sisa-sisa doaku, di sisa-sisa harapku, tiba-tiba kulihat ada cahaya
> terpancar dari sebuah hati yang lain. Hati yang begitu indah berkilau, hati
> yang indah menakjubkan. Hati yang menarikku bagai dua kutub magnit yang
> berbeda. Maka pesona yang tak terdefinisikan dengan kata-kata menyeruak
> meliputi hatiku. Dan kuyakin perlahan bahagia akan datang mendekatiku,
> menemaniku, mengisi hari-hariku.
> Dan bila bahagianya adalah bahagiaku. Maka seperti saranmu, akan kuminta ia
> tuk selalu mengajakku bersamanya, berenang bersamanya, berlayar bersamanya,
> menjelajah bersamanya. Selamanya.
>
> Ya. aku pasti akan kehilangan duka!
>
> Terima kasih mbak Lia ^_^
> Salam
> Dyah
>
>
>
> ----- Original Message ----
> From: Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com>
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Sent: Tuesday, August 12, 2008 9:38:10 AM
> Subject: Re: [sekolah-kehidupan] (rampai) bagaimana kutemukan bahagia?
>
> karena bahagia senang berenang-renang dan menyelam di dalam samudera hatimu
> kadang kala ia menaiki perahu dan pergi berlayar sehingga ia tidak
> mendengar panggilanmu
> dan kadang kala pula ia menjelajah ke benua-benua yang tidak kau ketahui
> sehingga kau mungkin hanya akan menemuinya sekali dalam setahun, atau dua
> kali dalam sebulan
> lain kali, jika kau sedang bertemu dengan bahagia, mintalah bahagia
> mengajakmu pergi bersamanya, berenang bersamanya, berlayar bersamanya,
> menjelajah bersamanya
>
> kau akan kehilangan duka!
>
>
> Lia
> Jakarta, 12 Agustus 2008 at 9.15 a.m.
>
>
> 2008/8/10 dyah zakiati <adzdzaki@yahoo. com <adzdzaki@yahoo.com>>
>
>> Apakah bahagia itu?
>> bahagia ada di hatimu
>> katanya
>> walau kau sebrangi lautan
>> kau daki gunung terjal
>> kau takkan temukan ia
>> karena ia ada dalam hatimu
>>
>> jadi tak perlukah aku
>> lakukan semua itu
>> tak perlu kucari gunung tertinggi
>> tak perlu kucari laut terdalam
>> karena bahagia
>> ada dalam hati
>> tapi
>> bukankah hati
>> katanya tak terukur?
>> lebih dalam dari lautan
>> lebih luas dari benua
>>
>> Jadi
>> bagaimana bisa kutemukan bahagia itu?
>>
>>
>>
>
>
9.

(catatan kaki) Yuk kita sambut yuuk

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Wed Aug 20, 2008 5:36 pm (PDT)

Subhanallah, purnama indah kemarin menyadarkan aku betapa sebentar lagi bulan yang dinanti akan segera datang. Ya, tak sampai setengah bulan lagi, ketika sabitnya menatap sipit dari langit. Tahukah sahabat, malam kemarin aku berkendara sambil menatap purnama erat-erat. Purnama bagiku adalah sebuah keindahan yang penuh misteri. Lembut cahayanya mampu membuat pikiranku berkelana membayangkan wajah-wajah saudariku yang mengisi indah hari-hariku. Jadi kalau engkau lihat purnama, saudariku, ingatlah aku, karena akupun mengingatmu ketika menatapnya.

So, back to the future, eh, back to the topic, nah, terkait dengan sebentar lagi Ramadhan, sepertinya perlu ada persiapan khusus nih. Nah, buat teman-teman yang punya sepeda atau motor atau mobil atau kapal terbang, halah, pasti tau kan kalau pertama kita mengayunkan pedal, kecepatannya ndak bisa langsung 80 km perjam. Ya iyalah, sepeda gitu. Kecuali kalau sepedanya ditaruh di kapal terbang kali ya. Tapi biar bagaimana juga kecepatan awal mah ndak bisa langsung cuepet kan. Begitu pula dengan Ramadhan. Kita perlu pemanasan sebelum bulannya datang, biar pas Ramadhan, pas deh kualitas ibadah kita oke.

Masih ada waktu 2 pekan lagi. Ayo, masih ada kesempatan. Oiya, trus juga kayaknya kita perlu pasang target ramadhan deh. Jangan lupa ditulis, soalnya aku ngerasain banget lho, ketika kita menuliskan sesuatu, biasanya itu akan terkabul. Coba aja.

Mmm apa ya target ramadhan? Ingat, buat planing yang idealis but realistis, jangan lupa kata orang bijak, gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan. Ndak mau kaaan? Sama. Nah, kalau kita berkaca pada para sahabat Rasulullah sih, waduw, ndak bakalan sanggup kali ya. Secara ibadah mereka luaaarrr biasa. Kalo kita mah kebiasaan di luar (hehehee, aku deh, mang seringnya di luar, maklum lah, hobby jalan-jalan).

So, karena aku percaya bahwa ketika ditulis akan bisa terwujudkan, yuks kita tulis sama-sama. Target minimal aja. Nah buat teman-teman yang punya target lebih, Alhamdulillah.

Targetnya sih ketika Ramadhan ibadah optimal, trus bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi pascaramadhan. Trus bisa jadi istri yang baik, halah, itumah targetnya Dyah yang Taufiq yah. Aamiin deh.

So, kita mulai dari ibadah rutinan harian
Shaum : kudu, musti, wajib puasa euy.
Sahur : Nah, ini sunah yang bagus di jalankan lhoo. Sahurlah walau hanya dengan sepotong roti, 2 butir telur, semangkuk kacang hijau dan lima piring nasi goreng. Waduw.
Baca Qur'an : Nah, kalau kamu mo nargetin baca Qur'an, jangan nargetin 1 hari khatam satu Qur'an yah. Kasihan atuh kamunya juga. Maksimal mungkin hatam setiap 3 hari sekali lah. Tapi ada juga sih yang pernah bilang kalau pas puasa tidak apa-apa memaksimalkan ibadah. Minimalnya 1 Juz selama Ramadhan. Nah, sanggup seberapa?
Shalat sunah: Banyak peluang euy. Kita bisa targetin shalat tarawih full ataw duha atau shalat-shalat lainnya.
Hehehee, banyak lagi sih ibadah lainnya. Mari kita cari ibadah spesial kita tuk Ramadhan ini. Ayooo kita songsong Ramadhan dengan hati bahagia.

10a.

(ruang baca) for the (a dozen) good books that fly into my hands

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Wed Aug 20, 2008 5:59 pm (PDT)

For the (a Dozen) Good Books that Fly into My Hands
Oleh Retnadi Nur'aini

Judul di atas ialah judul yang saya temukan dalam salah satu esai
sahabat saya, Ain. Terinspirasi salah satu kutipan dalam Oprah
Magazine edisi Desember 2000 yang berbunyi "I'm grateful for every
good book that fly into my hands," Ain pun menuliskan versinya. Yang
terdiri atas: Harry Potter (JK Rowling), serial komik Peppermint Age
(Etsuko Maeda), The Confession of An Economic Hit Man (John Perkins),
Perempuan di Titik Nol (Nawal el Sadawi), The Alchemist (Paulo
Coelho), My Point and I Do Have One (Ellen DeGeneres).

Terinspirasi dari Ain, inilah 'for the (a dozen) good books that fly
into my hands' versi saya. Read on &#61514;.
***
Buku pertama yang saya syukuri adalah serial Drakula Cilik karya
Angela Sommer Bodenburg. Buku yang saya baca saat duduk di bangku SD
ini terdiri dari banyak seri—Si Drakula Cilik, Si Drakula Cilik
Ngungsi, Si Drakula Cilik di Perjalanan, Si Drakula Cilik di Desa, Si
Drakula Cilik Jatuh Cinta, dan dua seri lagi yang gagal saya koleksi.
Serial ini mengisahkan tentang persahabatan antara seorang drakula
cilik bernama Pangeran Rudi Batugoyah dengan seorang anak manusia
bernama Anton. Bersama-sama, mereka menjalani berbagai petualangan
seru—seperti ikut Anton liburan di desa (dimana Rudi terpaksa makan
telur mentah karena gagal menemukan darah), menyamarkan peti mati Rudi
dengan dibungkus kertas kado, ngungsi di gudang bawah apartemen Anton,
merayakan ulang tahun Anna—adik Rudi, menyamarkan Anton agar bisa ikut
pesta tahunan drakula, sampai petak umpet dari buruan Nasar
Nyamar—petugas pemakaman yang terobsesi untuk memusnahkan drakula. Ia
selalu saja membawa-bawa pasak kayu dan mengantongi seikat bawang putih.

Yang membuat cerita ini menarik adalah bahwa Angela bisa mengemasnya
dengan demikian kocak dan serunya, sehingga tak mengerikan bagi
anak-anak. Ditambah lagi dengan ilustrasi sosok Rudi yang awut-awutan
dan berantakan, seperti layaknya anak manusia biasa.

Saat tengah makan siang, saya paling suka membaca bagian ibu Anton
membuat spageti—yang menurut Anton terasa menggelikan. Atau saat kakek
nenek Anton datang berkunjung untuk makan siang bersama berlaukkan
ayam goreng. Mmm, yummy! Atau saat tengah minum susu, saya paling suka
membaca bagian Anton yang tengah berpura-pura menyedot susu kotak
kadaluarsa di ulang tahun Anna. Sambil terus mengulang-ulang kalimat
yang sama, sruuut, segelas susu putih hangat di tangan saya pun licin
tandas!
***

Buku kedua yang saya syukuri adalah serial Asterix karya Goscinny dan
Uderzo, hasil terjemahan Ibu Rahartati Bambang Haryo. Karena nenek
yang punya pigura berisi sketsa hasil coretan tangan Uderzo di ruang
tamunya ini, memang sungguh-sungguh piawai menerjemahkan secara
kontekstual.

Saya paling ingat dalam serial Asterix dan Panci Sup Bawang, saat
Asterix bermaksud untuk menjual babi hutan di pasar. Seperti layaknya
pedagang asongan di bus dan KRL di Indonesia, Asterix pun berteriak
"Yang bagus, yang bagus! Yang celeng, yang celeng!". Dan—seperti
layaknya di Indonesia—penjual di los samping Asterix pun berteriak
tak mau kalah "YANG BUAGUS, YANG BUAGUS! YANG CUELENG, YANG
CUELENG!"—setelah membaca bagian ini, Citra sering meledek saya dengan
"Yang dodol, yang dodol! Yang Retno, yang Retno". Oh well.

Anyway—di luar kreativitas Citra untuk merendahkan saya yang lemah dan
tak berdaya ini (halah)—saya dan Citra sepakat bahwa Bu Rahartati
Bambang Haryo adalah seorang jenius. Tak heran jika setelah seri
Asterix dan Gladiator, ia pun langsung dikontrak Indira untuk
menerjemahkan seluruh sisa serial Asterix.

Salut.
***

Buku-buku berikutnya yang saya syukuri—dan sudah pernah saya tulis
reviewnya—adalah The Joy Luck Club karya Amy Tan, Interpreter of
Maladies-nya Jhumpa Lahiri, Tuesdays with Morrie-nya Mitch Albom.
Saking gandrungnya dengan ketiga buku ini, saya sampai tak segan
mereweli nyaris setiap orang yang saya temui—seriously.
Seperti misalnya, membacakan kutipan favorit saya "Air matamu tidak
menghapus kesedihanmu. Mereka hanya memberi makan kepada kebahagiaan
orang lain. Dan itulah sebabnya mengapa kamu harus menelan air matamu
sendiri" (bab Burung Gelatik hal 359) di kost-an Kang Dani dan Mbak
Endah di daerah Radio Dalam.

Padahal itulah kali pertama saya berkunjung ke sana. Untung saja, Kang
Dani, Mbak Endah, Mbak Lia, dan Mpok Nia punya telinga-telinga yang
sabar luar biasa untuk mendengarkan racauan saya. Yang mana, hal sama
juga terjadi pada Mbak Lia, kala saya dengan bawelnya bercerita
tentang Jhumpa Lahiri di foodcourt Blok M.

Para teman-teman yang sabar dan baik hati, terima kasih, ya &#61514;.
***

Di kala butuh penguatan, saya juga kerap membaca karya-karya Mitch Albom.

Dalam buku yang terinspirasi dari kisah nyata ini, Morrie yang lumpuh
karena serangan penyakit Lou Gehrig atau ALS ini membiasakan dirinya
untuk menangis selama 5 menit setiap pagi.

"Hanya 5 menit?" tanya Mitch.

"Well Mitch, aku memberi kesempatan kepada diriku untuk menangis kalau
perlu. Tapi setelah itu aku memusatkan perhatianku pada segala hal yg
masih baik dalam hidupku. Kepada orang-orang yang datang menjengukku,
pada kisah-kisah yang kudengar, juga padamu. Aku tidak mau membiarkan
diriku hanyut dalam rasa kasihan berlebihan kepada diriku sendiri.
Setiap pagi kubiarkan diriku menangis sedikit, tapi hanya itu," jelas
Morrie.

Fuh.

Well, sebagai kolumnis olahraga, Mitch ternyata memang sangat sangat
pandai menulis, ya. Betapa dalam Tuesdays with Morrie, ia mengemas
setiap babnya menjadi pelajaran tentang kehidupan yang dibahasnya
setiap Selasa bersama Morrie. Atau betapa dalam Five People You Meet
in Heaven, ia menuliskan tentang lima orang yang ditemui almarhum
Eddie. Dimana setiap orang membawa setiap pelajaran buat Eddie,
diselingi perayaan hari-hari ulang tahun semasa Eddie masih hidup.

Dalam salah satu obrolan bersama Citra yang bertemakan
kalo-lo-bisa-nulis-lo-pingin-nulis-kaya-siapa, sontak saya pun memilih
nama Mitch Albom. "Gua pingin bisa nulis kaya Mitch Albom. Simple,
menyentuh, orisinil, ngalir, humble, dalem."

Doakan saya ya, Teman-teman! &#61514;
***

Puji syukur saya haturkan atas kehadiran buku keenam ini.

Itu adalah Orang-orang Bloomingtoon karya Budi Darma. Karena Budi
Darma sungguh-sungguh bisa mengobrak-abrik emosi pembacanya—termasuk
saya, yang membaca karya-karya Budi Darma sebagai katarsis. Saya ingat
obrolan by phone berjam-jam lamanya dengan Citra membahas kalimat demi
kalimat Budi Darma, yang berakhir dengan kesimpulan. "Kalo Budi Darma
lebih banyak nulis, mungkin psikiater dan psikolog pada gulung tikar
kali, ya." &#61514;

Betapa Budi Darma bisa mendeskripsikan secara mendetil setiap emosi
tokohnya—dendam, dengki, cinta, iri, acuh, jijik, benci, amarah—dengan
penggunaan kata-kata yang sangat lugas. Betapa seorang Budi Darma bisa
menumpahkan semua isi kepala dan jiwanya, sekaligus menjaga jarak
emosi pribadinya dengan si tokoh.

Dari Paman saya di Surabaya yang kebetulan kenal dengan Budi Darma,
saya dapatkan informasi bahwa ternyata Pak Budi Darma ini adalah sosok
yang sangat santun. "Iya, lho, No, dia kalo ngomong aja selalu pakai
bahasa Jawa halus. Cara ngomongnya juga tertata. Beda banget kan sama
tulisannya yang liar," ujar Paman saya.

Wow.
***

Buku ketujuh ini adalah buku yang membuat saya sangat mensyukuri
keberadaan toko buku bekas. Karena tempat itulah yang mempertemukan
saya dengan salah satu buku tercantik di dunia—The House on Mango
Street-nya Sandra Cisneros.

Betapa seorang Sandra bisa menuliskan kalimatnya secara sederhana,
berima, puitis, namun sekaligus juga "dalem" dan "ngalir" (Saya akan
menulis satu review khusus tentang buku ini. Karena kecantikan buku
ini tak cukup digambarkan hanya dalam beberapa paragraf. Sabar ya
Teman-teman &#61514;)

Anyway, langsung jatuh cinta dengan buku ini, saya pun segera melacak
www.sandracisneros.com. Disitulah saya dapatkan kontak alamat imel
penerbitnya, Susan Bergholz. Dengan semangat 45, saya pun segera
mengirim imel ke Susan untuk diteruskan ke Sandra.

Beberapa hari kemudian, masuklah imel "re: to sandra cineros" di inbox
saya. Dengan berdebar-debar seperti membuka surat cinta, saya pun
mulai membaca kata per kata imel yang sangat singkat itu.
"Dear Retno. I'm sorry, Sandra is quite busy writing her book right
now. But I have forwarded your email to her. Regards, Susan."

Hiks &#61516;
***

Buku kedelapan ini pastilah buku yang disyukuri oleh banyak orang.
Mulai dari guru TK, guru SD, ibu rumah tangga, sampai para pemerhati
pendidikan. Karena buku ini adalah Totto Chan karya Tetsuko Kuroyanagi.

Dari buku ini, saya belajar bahwa anak-anak adalah para makhluk ajaib
yang luar biasa. Karena itulah Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi
memperlakukan mereka secara istimewa. Mengajak mereka belajar apa yang
mereka inginkan hari itu, mengajak mereka berkemah dan memasak sendiri
makanan mereka, mengajak mereka menari, berenang, dan mencintai alam.

Dari buku ini pulalah, saya belajar bahwa setiap anak kecil punya
cerita yang luar biasa. Karena itulah Pak Sosaku tahan berjam-jam
mendengarkan cerita Tetsuko di hari pertama pertemuan mereka. Dari
buku ini pulalah, saya belajar bahwa bentuk pujian "Kamu anak baik",
diskusi dan kompromi dengan anak-anak jauh lebih efektif ketimbang
hukuman fisik dan serangan verbal. Atau bahwa anak-anak bisa belajar
untuk mengenang teman yang meninggal dalam sebuah jamuan minum teh
pelepasan.

Dan dari buku ini pulalah, saya belajar untuk punya mimpi.

Let's make the world better.
***

Sebagai penggemar Oprah Winfrey Show, saya rajin mengikuti Oprah's
Book Club. Mulai dari Anna Karenina-nya Leo Tolstoy sampai Eat, Pray,
Love-nya Elizabeth Gilbert. Kali lain, buku yang direkomendasikan
Oprah—sekaligus juga buku kesembilan yang saya syukuri—adalah The
Known World karya Edward P Jones.

Buku ini menggambarkan secara luar biasa mendalam kepahitan hidup masa
perang saudara di Amerika Serikat. Saking piawainya si penulis Edward
P Jones menuliskan tentang pahit getir hidup, sampai-sampai saya tak
pernah sanggup menyelesaikan 1 bab utuh dalam sekali baca.

Setiap kali itu terjadi, maka saya akan menutup buku itu, menandainya
dengan selembar pembatas buku, menghela napas panjang, lalu menangis.
Berhari-hari kemudian setelah kognisi saya cukup stabil—atau cukup
stabil untuk masokis tepatnya, barulah saya mulai merogoh kembali buku
yang terselip di bagian terdalam rak buku saya itu. Yang mana,
lagi-lagi berakhir dengan ritual saya-menutup
buku-menghela-napas-panjang-menangis. Tak heran, kan jika saya butuh
waktu nyaris 6 bulan untuk menyelesaikan buku setebal 653 halaman ini?

Well ternyata—tanpa bermaksud defensif—saya bukan satu-satunya yang
merasa begitu setelah membaca buku ini. Oprah Winfrey juga. Seriously.

Dan tebak apa yang dilakukan Oprah Winfrey?

Dia menelpon si Edward P Jones AJA LOH. "Usai baca buku ini dan merasa
sedih, saya nangis di kamar mandi sendirian. Saya tahu, saya perlu
bicara dengan seseorang. Karena nggak tau mau ngomong sama siapa, ya
saya telpon penulisnya aja deh," komentar Oprah ringan.
Yang mana—sebagai pegawai pajak yang sudah bekerja selama nyaris 5
tahun dan di-PHK—Edward justru tak mengenali Oprah. "Are you selling
something or what?" begitu jawabnya by phone.

Anyway, dalam salah satu review dari Koran Tempo, buku ini digambarkan
bak orang yang sedang melantur ke sana kemari. Well, iya, sih, tapi
"lanturan" novel perdana Edward yang langsung menyabet Pulitzer 2004
ini, memang punya kombinasi kalimat jenius yang sungguh-sungguh tak
pernah terpikirkan sebelumnya. Well, setidaknya bagi kami—para
mahasiswa yang kuliah menulis. Yang mana, berakhir dengan kesimpulan
dodol yang dihasilkan dari IQ jongkok: "Mungkin, kita kudu di-PHK dulu
kali, ya, Neng. Baru bisa nulis dan dapet Pulitzer."

Ealaaah, hosh.
***

Siapapun setuju, bahwa judul buku adalah salah satu komponen
pertimbangan terpenting untuk memilih buku. Karena kerap kali–sebagai
calon pembeli—kita tak diizinkan untuk membuka sampul plastik
pembungkus buku. Yang membuat kita terpaksa puas meramal mutu dan
kualitas sebuah buku dengan hanya berdasarkan selembar kulit luar,
secuplik resensi, dan –jika beruntung—sejumlah endorsement.

Buku kesepuluh ini adalah salah satu contohnya.

Beberapa tahun lalu, saya pernah membaca karya Fatima Mernissi
berjudul Teras Terlarang. Terkesan dengan buku itu, maka saya pun
berharap banyak saat membeli buku berjudul—yang saya pikir—agak
sensasional ini.

Dodolnya, saya baru ngeh, bahwa buku ini ternyata merupakan buku yang
sama dengan yang saya baca beberapa tahun lalu. Bedanya, kini buku itu
dicetak ulang dengan judul yang berbeda. Dan sambil bernostalgia di
setiap lembarnya, saya tersadar, bahwa judul baru ini ternyata juga
sama cantik dan indahnya. Dan yang terpenting, sama pasnya.
Betapa sebagai seorang feminis muslim, Fatima bisa menuliskan buku
kumpulan esai ini dalam rangkaian kata yang halus. Membaca buku ini
rasanya seperti mendengarkan seorang guru wanita yang bertutur lemah
lembut di setiap katanya.

Dan bahwa, harem bukanlah terbatas pada sebuah ruang teras. Harem
adalah sebuah bentuk pemahaman yang lebih dari itu."Kamu ada di harem,
jika dunia tidak membutuhkanmu. Kamu ada di harem, jika apa yang kamu
berikan tidak memberi nuansa yang berbeda. Kamu ada di harem, ketika
apa yang kamu lakukan sia-sia," (Bibi Habiba).
***

Sebagai hadiah ulangtahun dari Ain, buku kesebelas yang saya syukuri
ini sekaligus juga buku yang jarang saya baca. Buku ini berjudul
Kafka: The Complete Stories, karya Franz Kafka.

Nama penulis hebat ini mulai mengisi list google search saya, sekitar
tahun 2003. Kala itu, saya baru mengirimkan salah satu cerpen surealis
saya pada Bang Ade—saat mengirimkannya, saya bahkan belum tahu
definisi dari kata 'surealis'. Sampai Bang Ade menyebutkannya. "Iya,
aku baru baca, tuh, cerpen surealis-mu. Kaya' Kafka, deh. You should
read it," ujarnya dalam perjalanan kami menuju Takor, kantin Fisip.

Anyway, karya Kafka yang pertama saya baca adalah The Metamorphosis.
Itupun sudah berupa komik yang diadaptasi oleh Alex Kuper. Merasa
penasaran, saya pun mulai membaca teks asli The Metamorphosis.
Dilanjutkan dengan membaca karya Kafka lainnya—A Hunger Artist. Dan
selama 3 tahun berikutnya, hanya 2 karya itulah yang sanggup saya
baca. Bukan karena vocab Inggrisnya yang sulit—yang membuat saya harus
membuka kamus mini Oxford Inggris-inggris saya setiap 2 baris sekali.
Bukan pula karena tulisan-tulisan Kafka yang demikian panjangnya.
Bukan itu.

Tapi lebih karena emosi tak menyenangkan yang saya rasa setelahnya.
"Nyesek," begitu pendapat Citra setiap kali ia usai membaca Kafka.
Sepakat.

Namun siapa sangka bahwa di bulan Mei tahun 2007, saya malah mendapat
buku ini sebagai kado ulangtahun yang ke-23. Dari sanalah, saya mulai
(mencoba) melihat karya Kafka sebagai salah satu buku pelajaran
menulis. Mencoba membedahnya, seperti layaknya Thesaurus Bahasa
Indonesia, dan tak lagi menelan seluruh emosinya bulat-bulat sebagai
penikmat.

Dan dari sanalah saya mulai (mencoba) memahami bahwa Kafka punya
kegelisahan akan banyak hal. Tentang hukum, tentang hidup, tentang
popularitas, tentang pekerjaan, tentang penderitaan, tentang kesepian,
tentang sakit. Betapa dalam Metamorphosis ia menuliskan tentang tokoh
Gregor Samsa—seorang sales door to door yang tak mencintai
pekerjaannya, yang bermetamorfosis menjadi seekor kecoa raksasa (dalam
banyak karyanya, Kafka menggunakan "kecoa" dan "cacing" untuk
mendeskripsikan sesuatu yang demikian rendahnya). Banyak para kritikus
yang menilai bahwa Gregor Samsa adalah gambaran Kafka tentang dirinya
sendiri—mengingat kata Samsa berima sama dengan Kafka.

Atau betapa dalam A Hunger Artist, ia menuliskan tokoh seniman yang
beratraksi di depan warga kota, atas kebolehannya menahan lapar—karya
ini ditulis Kafka saat ia menderita TBC, dan tak dapat menerima asupan
makanan selain melalui selang-selang infus.

Lambat laun saya pun mulai melihat pola dalam tulisan Kafka. Dan
shockingly, saya menemukan bahwa sedikit banyak pola tulisan fiksi
saya ternyata memang mirip pola tulisannya. Pernahkah saat membaca
buku, kamu berpikir "Kalo gua yang nulis cerita ini, gua akan
membuatnya..bla, bla, bla."? Well, saat membaca Kafka, nyaris semua
tebakan saya benar—tentu saja, ini di luar vocab, ya, karena
keterbatasan glossary vocab Inggris saya.

Dan meski saya belum juga tuntas membaca buku ini—namun toh saya
bersyukur sahabat Kafka urung membakar karya-karya Kafka seperti yang
diwasiatkan Kafka padanya sebelum ia meninggal.
Karena alhamdulillah, kini kita bisa mencecapnya. Dan belajar dari sana.
***

Buku keduabelas yang saya syukuri adalah buku terakhir yang juga
dipilih Ain. My Point and I Do Have One, karya Ellen DeGeneres.
Mengutip tulisan Ain "My friends and I were sharing her motto
"Icanarod, iditarod, iwinarod, iwillarod" to get ourselves through
thesis writing (tough, yet fun times!). Also, put another yell
"LALALALALALA….I DON'T HEAR YOU" if we don't want to hear something
bothers us. Well, that also makes her a person who is responsible for
our madness."

Bagi kami, buku yang seratus kali lebih lucu dari Jomblo atau Gege
Mengejar Cinta-nya Adhitya Mulya ini memang sangat sangat membantu
membuat hari menjadi lebih indah, matahari menjadi lebih terang, dan
seekor biawak menjadi lebih tampan (halah, berlebihan). Tak heran,
kalau karya Ellen yang pernah menyabet "The Most Funniest People in
America" inipun sudah travelling Kopro-Depok-Bintaro-Korea-Kreo
(saya-Citra-Ain-Nta-Nta lagi).

Berminat menambah jalur travelling buku ini? &#61514;
***
Well, seperti layaknya orang jatuh cinta yang senang menuliskan nama
kekasihnya dimana-mana, maka saya pun dengan sukacita menuliskan
(kembali) daftar selusin buku yang saya syukuri (pembaca dilarang
protes). Bagi pembaca yang berminat bisa mencarinya di toko buku
terdekat.

Atau jika ada pembaca yang berniat membarter pinjaman buku ini dengan
seloyang blueberry cheesecake, tiga porsi mi ayam bangka pangsit
goreng pangsit rebus, lima bungkus keripik Sanjai (yang asli dari
Padang, merk Christine Hakim, ukuran sekilo) atau minimal sebungkus
Momogi jagung bakar—hubungi saya:

1. Serial Drakula Cilik: Angela Sommer Bodenburg
2. Serial Asterix: Uderzo dan Goscinny
3. The Joy Luck Club: Amy Tan
4. Interpreter of Maladies: Jhumpa Lahiri
5. Tuesdays with Morrie (yang bisa diteruskan dengan Five People You
Meet in Heaven): Mitch Albom
6. Orang-orang Bloomingtoon: Budi Darma
7. The House on Mango Street: Sandra Cisneros
8. Totto Chan: Tetsuko Kuroyanagi
9. The Known World: Edward P Jones
10. Perempuan-perempuan Haremku (versi baru Teras Terlarang): Fatima
Mernissi
11. Kafka, The Complete Stories: Franz Kafka
12. My Point and I Do Have One: Ellen DeGeneres

10b.

Re: (ruang baca) for the (a dozen) good books that fly into my hands

Posted by: "Ain Nisa" jurnalcahaya@yahoo.com   jurnalcahaya

Wed Aug 20, 2008 6:14 pm (PDT)

iyaaa...ellen paling T O B deh (he3x norak ya, ABG banget)
kutipan tersohor nya:
in the beginning of the world there was nothing
THEN THERE WAS A LIGHT!
well, there was still nothing, but you can see a whole lot better...

SHE'S CRAZILY FUNNY!!! I LOVE HER.

----- Original Message ----
From: Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Thursday, August 21, 2008 7:59:04 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] (ruang baca) for the (a dozen) good books that fly into my hands

For the (a Dozen) Good Books that Fly into My Hands
Oleh Retnadi Nur'aini

Judul di atas ialah judul yang saya temukan dalam salah satu esai
sahabat saya, Ain. Terinspirasi salah satu kutipan dalam Oprah
Magazine edisi Desember 2000 yang berbunyi "I'm grateful for every
good book that fly into my hands," Ain pun menuliskan versinya. Yang
terdiri atas: Harry Potter (JK Rowling), serial komik Peppermint Age
(Etsuko Maeda), The Confession of An Economic Hit Man (John Perkins),
Perempuan di Titik Nol (Nawal el Sadawi), The Alchemist (Paulo
Coelho), My Point and I Do Have One (Ellen DeGeneres).

Terinspirasi dari Ain, inilah 'for the (a dozen) good books that fly
into my hands' versi saya. Read on &#61514;.
***
Buku pertama yang saya syukuri adalah serial Drakula Cilik karya
Angela Sommer Bodenburg. Buku yang saya baca saat duduk di bangku SD
ini terdiri dari banyak seri—Si Drakula Cilik, Si Drakula Cilik
Ngungsi, Si Drakula Cilik di Perjalanan, Si Drakula Cilik di Desa, Si
Drakula Cilik Jatuh Cinta, dan dua seri lagi yang gagal saya koleksi.
Serial ini mengisahkan tentang persahabatan antara seorang drakula
cilik bernama Pangeran Rudi Batugoyah dengan seorang anak manusia
bernama Anton. Bersama-sama, mereka menjalani berbagai petualangan
seru—seperti ikut Anton liburan di desa (dimana Rudi terpaksa makan
telur mentah karena gagal menemukan darah), menyamarkan peti mati Rudi
dengan dibungkus kertas kado, ngungsi di gudang bawah apartemen Anton,
merayakan ulang tahun Anna—adik Rudi, menyamarkan Anton agar bisa ikut
pesta tahunan drakula, sampai petak umpet dari buruan Nasar
Nyamar—petugas pemakaman yang terobsesi untuk memusnahkan drakula. Ia
selalu saja membawa-bawa pasak kayu dan mengantongi seikat bawang putih.

Yang membuat cerita ini menarik adalah bahwa Angela bisa mengemasnya
dengan demikian kocak dan serunya, sehingga tak mengerikan bagi
anak-anak. Ditambah lagi dengan ilustrasi sosok Rudi yang awut-awutan
dan berantakan, seperti layaknya anak manusia biasa.

Saat tengah makan siang, saya paling suka membaca bagian ibu Anton
membuat spageti—yang menurut Anton terasa menggelikan. Atau saat kakek
nenek Anton datang berkunjung untuk makan siang bersama berlaukkan
ayam goreng. Mmm, yummy! Atau saat tengah minum susu, saya paling suka
membaca bagian Anton yang tengah berpura-pura menyedot susu kotak
kadaluarsa di ulang tahun Anna. Sambil terus mengulang-ulang kalimat
yang sama, sruuut, segelas susu putih hangat di tangan saya pun licin
tandas!
***

Buku kedua yang saya syukuri adalah serial Asterix karya Goscinny dan
Uderzo, hasil terjemahan Ibu Rahartati Bambang Haryo. Karena nenek
yang punya pigura berisi sketsa hasil coretan tangan Uderzo di ruang
tamunya ini, memang sungguh-sungguh piawai menerjemahkan secara
kontekstual.

Saya paling ingat dalam serial Asterix dan Panci Sup Bawang, saat
Asterix bermaksud untuk menjual babi hutan di pasar. Seperti layaknya
pedagang asongan di bus dan KRL di Indonesia, Asterix pun berteriak
"Yang bagus, yang bagus! Yang celeng, yang celeng!". Dan—seperti
layaknya di Indonesia—penjual di los samping Asterix pun berteriak
tak mau kalah "YANG BUAGUS, YANG BUAGUS! YANG CUELENG, YANG
CUELENG!"—setelah membaca bagian ini, Citra sering meledek saya dengan
"Yang dodol, yang dodol! Yang Retno, yang Retno". Oh well.

Anyway—di luar kreativitas Citra untuk merendahkan saya yang lemah dan
tak berdaya ini (halah)—saya dan Citra sepakat bahwa Bu Rahartati
Bambang Haryo adalah seorang jenius. Tak heran jika setelah seri
Asterix dan Gladiator, ia pun langsung dikontrak Indira untuk
menerjemahkan seluruh sisa serial Asterix.

Salut.
***

Buku-buku berikutnya yang saya syukuri—dan sudah pernah saya tulis
reviewnya—adalah The Joy Luck Club karya Amy Tan, Interpreter of
Maladies-nya Jhumpa Lahiri, Tuesdays with Morrie-nya Mitch Albom.
Saking gandrungnya dengan ketiga buku ini, saya sampai tak segan
mereweli nyaris setiap orang yang saya temui—seriously.
Seperti misalnya, membacakan kutipan favorit saya "Air matamu tidak
menghapus kesedihanmu. Mereka hanya memberi makan kepada kebahagiaan
orang lain. Dan itulah sebabnya mengapa kamu harus menelan air matamu
sendiri" (bab Burung Gelatik hal 359) di kost-an Kang Dani dan Mbak
Endah di daerah Radio Dalam.

Padahal itulah kali pertama saya berkunjung ke sana. Untung saja, Kang
Dani, Mbak Endah, Mbak Lia, dan Mpok Nia punya telinga-telinga yang
sabar luar biasa untuk mendengarkan racauan saya. Yang mana, hal sama
juga terjadi pada Mbak Lia, kala saya dengan bawelnya bercerita
tentang Jhumpa Lahiri di foodcourt Blok M.

Para teman-teman yang sabar dan baik hati, terima kasih, ya &#61514;.
***

Di kala butuh penguatan, saya juga kerap membaca karya-karya Mitch Albom.

Dalam buku yang terinspirasi dari kisah nyata ini, Morrie yang lumpuh
karena serangan penyakit Lou Gehrig atau ALS ini membiasakan dirinya
untuk menangis selama 5 menit setiap pagi.

"Hanya 5 menit?" tanya Mitch.

"Well Mitch, aku memberi kesempatan kepada diriku untuk menangis kalau
perlu. Tapi setelah itu aku memusatkan perhatianku pada segala hal yg
masih baik dalam hidupku. Kepada orang-orang yang datang menjengukku,
pada kisah-kisah yang kudengar, juga padamu. Aku tidak mau membiarkan
diriku hanyut dalam rasa kasihan berlebihan kepada diriku sendiri.
Setiap pagi kubiarkan diriku menangis sedikit, tapi hanya itu," jelas
Morrie.

Fuh.

Well, sebagai kolumnis olahraga, Mitch ternyata memang sangat sangat
pandai menulis, ya. Betapa dalam Tuesdays with Morrie, ia mengemas
setiap babnya menjadi pelajaran tentang kehidupan yang dibahasnya
setiap Selasa bersama Morrie. Atau betapa dalam Five People You Meet
in Heaven, ia menuliskan tentang lima orang yang ditemui almarhum
Eddie. Dimana setiap orang membawa setiap pelajaran buat Eddie,
diselingi perayaan hari-hari ulang tahun semasa Eddie masih hidup.

Dalam salah satu obrolan bersama Citra yang bertemakan
kalo-lo-bisa- nulis-lo- pingin-nulis- kaya-siapa, sontak saya pun memilih
nama Mitch Albom. "Gua pingin bisa nulis kaya Mitch Albom. Simple,
menyentuh, orisinil, ngalir, humble, dalem."

Doakan saya ya, Teman-teman! &#61514;
***

Puji syukur saya haturkan atas kehadiran buku keenam ini.

Itu adalah Orang-orang Bloomingtoon karya Budi Darma. Karena Budi
Darma sungguh-sungguh bisa mengobrak-abrik emosi pembacanya—termasuk
saya, yang membaca karya-karya Budi Darma sebagai katarsis. Saya ingat
obrolan by phone berjam-jam lamanya dengan Citra membahas kalimat demi
kalimat Budi Darma, yang berakhir dengan kesimpulan. "Kalo Budi Darma
lebih banyak nulis, mungkin psikiater dan psikolog pada gulung tikar
kali, ya." &#61514;

Betapa Budi Darma bisa mendeskripsikan secara mendetil setiap emosi
tokohnya—dendam, dengki, cinta, iri, acuh, jijik, benci, amarah—dengan
penggunaan kata-kata yang sangat lugas. Betapa seorang Budi Darma bisa
menumpahkan semua isi kepala dan jiwanya, sekaligus menjaga jarak
emosi pribadinya dengan si tokoh.

Dari Paman saya di Surabaya yang kebetulan kenal dengan Budi Darma,
saya dapatkan informasi bahwa ternyata Pak Budi Darma ini adalah sosok
yang sangat santun. "Iya, lho, No, dia kalo ngomong aja selalu pakai
bahasa Jawa halus. Cara ngomongnya juga tertata. Beda banget kan sama
tulisannya yang liar," ujar Paman saya.

Wow.
***

Buku ketujuh ini adalah buku yang membuat saya sangat mensyukuri
keberadaan toko buku bekas. Karena tempat itulah yang mempertemukan
saya dengan salah satu buku tercantik di dunia—The House on Mango
Street-nya Sandra Cisneros.

Betapa seorang Sandra bisa menuliskan kalimatnya secara sederhana,
berima, puitis, namun sekaligus juga "dalem" dan "ngalir" (Saya akan
menulis satu review khusus tentang buku ini. Karena kecantikan buku
ini tak cukup digambarkan hanya dalam beberapa paragraf. Sabar ya
Teman-teman &#61514;)

Anyway, langsung jatuh cinta dengan buku ini, saya pun segera melacak
www.sandracisneros. com. Disitulah saya dapatkan kontak alamat imel
penerbitnya, Susan Bergholz. Dengan semangat 45, saya pun segera
mengirim imel ke Susan untuk diteruskan ke Sandra.

Beberapa hari kemudian, masuklah imel "re: to sandra cineros" di inbox
saya. Dengan berdebar-debar seperti membuka surat cinta, saya pun
mulai membaca kata per kata imel yang sangat singkat itu.
"Dear Retno. I'm sorry, Sandra is quite busy writing her book right
now. But I have forwarded your email to her. Regards, Susan."

Hiks &#61516;
***

Buku kedelapan ini pastilah buku yang disyukuri oleh banyak orang.
Mulai dari guru TK, guru SD, ibu rumah tangga, sampai para pemerhati
pendidikan. Karena buku ini adalah Totto Chan karya Tetsuko Kuroyanagi.

Dari buku ini, saya belajar bahwa anak-anak adalah para makhluk ajaib
yang luar biasa. Karena itulah Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi
memperlakukan mereka secara istimewa. Mengajak mereka belajar apa yang
mereka inginkan hari itu, mengajak mereka berkemah dan memasak sendiri
makanan mereka, mengajak mereka menari, berenang, dan mencintai alam.

Dari buku ini pulalah, saya belajar bahwa setiap anak kecil punya
cerita yang luar biasa. Karena itulah Pak Sosaku tahan berjam-jam
mendengarkan cerita Tetsuko di hari pertama pertemuan mereka. Dari
buku ini pulalah, saya belajar bahwa bentuk pujian "Kamu anak baik",
diskusi dan kompromi dengan anak-anak jauh lebih efektif ketimbang
hukuman fisik dan serangan verbal. Atau bahwa anak-anak bisa belajar
untuk mengenang teman yang meninggal dalam sebuah jamuan minum teh
pelepasan.

Dan dari buku ini pulalah, saya belajar untuk punya mimpi.

Let's make the world better.
***

Sebagai penggemar Oprah Winfrey Show, saya rajin mengikuti Oprah's
Book Club. Mulai dari Anna Karenina-nya Leo Tolstoy sampai Eat, Pray,
Love-nya Elizabeth Gilbert. Kali lain, buku yang direkomendasikan
Oprah—sekaligus juga buku kesembilan yang saya syukuri—adalah The
Known World karya Edward P Jones.

Buku ini menggambarkan secara luar biasa mendalam kepahitan hidup masa
perang saudara di Amerika Serikat. Saking piawainya si penulis Edward
P Jones menuliskan tentang pahit getir hidup, sampai-sampai saya tak
pernah sanggup menyelesaikan 1 bab utuh dalam sekali baca.

Setiap kali itu terjadi, maka saya akan menutup buku itu, menandainya
dengan selembar pembatas buku, menghela napas panjang, lalu menangis.
Berhari-hari kemudian setelah kognisi saya cukup stabil—atau cukup
stabil untuk masokis tepatnya, barulah saya mulai merogoh kembali buku
yang terselip di bagian terdalam rak buku saya itu. Yang mana,
lagi-lagi berakhir dengan ritual saya-menutup
buku-menghela- napas-panjang- menangis. Tak heran, kan jika saya butuh
waktu nyaris 6 bulan untuk menyelesaikan buku setebal 653 halaman ini?

Well ternyata—tanpa bermaksud defensif—saya bukan satu-satunya yang
merasa begitu setelah membaca buku ini. Oprah Winfrey juga. Seriously.

Dan tebak apa yang dilakukan Oprah Winfrey?

Dia menelpon si Edward P Jones AJA LOH. "Usai baca buku ini dan merasa
sedih, saya nangis di kamar mandi sendirian. Saya tahu, saya perlu
bicara dengan seseorang. Karena nggak tau mau ngomong sama siapa, ya
saya telpon penulisnya aja deh," komentar Oprah ringan.
Yang mana—sebagai pegawai pajak yang sudah bekerja selama nyaris 5
tahun dan di-PHK—Edward justru tak mengenali Oprah. "Are you selling
something or what?" begitu jawabnya by phone.

Anyway, dalam salah satu review dari Koran Tempo, buku ini digambarkan
bak orang yang sedang melantur ke sana kemari. Well, iya, sih, tapi
"lanturan" novel perdana Edward yang langsung menyabet Pulitzer 2004
ini, memang punya kombinasi kalimat jenius yang sungguh-sungguh tak
pernah terpikirkan sebelumnya. Well, setidaknya bagi kami—para
mahasiswa yang kuliah menulis. Yang mana, berakhir dengan kesimpulan
dodol yang dihasilkan dari IQ jongkok: "Mungkin, kita kudu di-PHK dulu
kali, ya, Neng. Baru bisa nulis dan dapet Pulitzer."

Ealaaah, hosh.
***

Siapapun setuju, bahwa judul buku adalah salah satu komponen
pertimbangan terpenting untuk memilih buku. Karena kerap kali–sebagai
calon pembeli—kita tak diizinkan untuk membuka sampul plastik
pembungkus buku. Yang membuat kita terpaksa puas meramal mutu dan
kualitas sebuah buku dengan hanya berdasarkan selembar kulit luar,
secuplik resensi, dan –jika beruntung—sejumlah endorsement.

Buku kesepuluh ini adalah salah satu contohnya.

Beberapa tahun lalu, saya pernah membaca karya Fatima Mernissi
berjudul Teras Terlarang. Terkesan dengan buku itu, maka saya pun
berharap banyak saat membeli buku berjudul—yang saya pikir—agak
sensasional ini.

Dodolnya, saya baru ngeh, bahwa buku ini ternyata merupakan buku yang
sama dengan yang saya baca beberapa tahun lalu. Bedanya, kini buku itu
dicetak ulang dengan judul yang berbeda. Dan sambil bernostalgia di
setiap lembarnya, saya tersadar, bahwa judul baru ini ternyata juga
sama cantik dan indahnya. Dan yang terpenting, sama pasnya.
Betapa sebagai seorang feminis muslim, Fatima bisa menuliskan buku
kumpulan esai ini dalam rangkaian kata yang halus. Membaca buku ini
rasanya seperti mendengarkan seorang guru wanita yang bertutur lemah
lembut di setiap katanya.

Dan bahwa, harem bukanlah terbatas pada sebuah ruang teras. Harem
adalah sebuah bentuk pemahaman yang lebih dari itu."Kamu ada di harem,
jika dunia tidak membutuhkanmu. Kamu ada di harem, jika apa yang kamu
berikan tidak memberi nuansa yang berbeda. Kamu ada di harem, ketika
apa yang kamu lakukan sia-sia," (Bibi Habiba).
***

Sebagai hadiah ulangtahun dari Ain, buku kesebelas yang saya syukuri
ini sekaligus juga buku yang jarang saya baca. Buku ini berjudul
Kafka: The Complete Stories, karya Franz Kafka.

Nama penulis hebat ini mulai mengisi list google search saya, sekitar
tahun 2003. Kala itu, saya baru mengirimkan salah satu cerpen surealis
saya pada Bang Ade—saat mengirimkannya, saya bahkan belum tahu
definisi dari kata 'surealis'. Sampai Bang Ade menyebutkannya. "Iya,
aku baru baca, tuh, cerpen surealis-mu. Kaya' Kafka, deh. You should
read it," ujarnya dalam perjalanan kami menuju Takor, kantin Fisip.

Anyway, karya Kafka yang pertama saya baca adalah The Metamorphosis.
Itupun sudah berupa komik yang diadaptasi oleh Alex Kuper. Merasa
penasaran, saya pun mulai membaca teks asli The Metamorphosis.
Dilanjutkan dengan membaca karya Kafka lainnya—A Hunger Artist. Dan
selama 3 tahun berikutnya, hanya 2 karya itulah yang sanggup saya
baca. Bukan karena vocab Inggrisnya yang sulit—yang membuat saya harus
membuka kamus mini Oxford Inggris-inggris saya setiap 2 baris sekali.
Bukan pula karena tulisan-tulisan Kafka yang demikian panjangnya.
Bukan itu.

Tapi lebih karena emosi tak menyenangkan yang saya rasa setelahnya.
"Nyesek," begitu pendapat Citra setiap kali ia usai membaca Kafka.
Sepakat.

Namun siapa sangka bahwa di bulan Mei tahun 2007, saya malah mendapat
buku ini sebagai kado ulangtahun yang ke-23. Dari sanalah, saya mulai
(mencoba) melihat karya Kafka sebagai salah satu buku pelajaran
menulis. Mencoba membedahnya, seperti layaknya Thesaurus Bahasa
Indonesia, dan tak lagi menelan seluruh emosinya bulat-bulat sebagai
penikmat.

Dan dari sanalah saya mulai (mencoba) memahami bahwa Kafka punya
kegelisahan akan banyak hal. Tentang hukum, tentang hidup, tentang
popularitas, tentang pekerjaan, tentang penderitaan, tentang kesepian,
tentang sakit. Betapa dalam Metamorphosis ia menuliskan tentang tokoh
Gregor Samsa—seorang sales door to door yang tak mencintai
pekerjaannya, yang bermetamorfosis menjadi seekor kecoa raksasa (dalam
banyak karyanya, Kafka menggunakan "kecoa" dan "cacing" untuk
mendeskripsikan sesuatu yang demikian rendahnya). Banyak para kritikus
yang menilai bahwa Gregor Samsa adalah gambaran Kafka tentang dirinya
sendiri—mengingat kata Samsa berima sama dengan Kafka.

Atau betapa dalam A Hunger Artist, ia menuliskan tokoh seniman yang
beratraksi di depan warga kota, atas kebolehannya menahan lapar—karya
ini ditulis Kafka saat ia menderita TBC, dan tak dapat menerima asupan
makanan selain melalui selang-selang infus.

Lambat laun saya pun mulai melihat pola dalam tulisan Kafka. Dan
shockingly, saya menemukan bahwa sedikit banyak pola tulisan fiksi
saya ternyata memang mirip pola tulisannya. Pernahkah saat membaca
buku, kamu berpikir "Kalo gua yang nulis cerita ini, gua akan
membuatnya.. bla, bla, bla."? Well, saat membaca Kafka, nyaris semua
tebakan saya benar—tentu saja, ini di luar vocab, ya, karena
keterbatasan glossary vocab Inggris saya.

Dan meski saya belum juga tuntas membaca buku ini—namun toh saya
bersyukur sahabat Kafka urung membakar karya-karya Kafka seperti yang
diwasiatkan Kafka padanya sebelum ia meninggal.
Karena alhamdulillah, kini kita bisa mencecapnya. Dan belajar dari sana.
***

Buku keduabelas yang saya syukuri adalah buku terakhir yang juga
dipilih Ain. My Point and I Do Have One, karya Ellen DeGeneres.
Mengutip tulisan Ain "My friends and I were sharing her motto
"Icanarod, iditarod, iwinarod, iwillarod" to get ourselves through
thesis writing (tough, yet fun times!). Also, put another yell
"LALALALALALA… .I DON'T HEAR YOU" if we don't want to hear something
bothers us. Well, that also makes her a person who is responsible for
our madness."

Bagi kami, buku yang seratus kali lebih lucu dari Jomblo atau Gege
Mengejar Cinta-nya Adhitya Mulya ini memang sangat sangat membantu
membuat hari menjadi lebih indah, matahari menjadi lebih terang, dan
seekor biawak menjadi lebih tampan (halah, berlebihan). Tak heran,
kalau karya Ellen yang pernah menyabet "The Most Funniest People in
America" inipun sudah travelling Kopro-Depok- Bintaro-Korea- Kreo
(saya-Citra- Ain-Nta-Nta lagi).

Berminat menambah jalur travelling buku ini? &#61514;
***
Well, seperti layaknya orang jatuh cinta yang senang menuliskan nama
kekasihnya dimana-mana, maka saya pun dengan sukacita menuliskan
(kembali) daftar selusin buku yang saya syukuri (pembaca dilarang
protes). Bagi pembaca yang berminat bisa mencarinya di toko buku
terdekat.

Atau jika ada pembaca yang berniat membarter pinjaman buku ini dengan
seloyang blueberry cheesecake, tiga porsi mi ayam bangka pangsit
goreng pangsit rebus, lima bungkus keripik Sanjai (yang asli dari
Padang, merk Christine Hakim, ukuran sekilo) atau minimal sebungkus
Momogi jagung bakar—hubungi saya:

1. Serial Drakula Cilik: Angela Sommer Bodenburg
2. Serial Asterix: Uderzo dan Goscinny
3. The Joy Luck Club: Amy Tan
4. Interpreter of Maladies: Jhumpa Lahiri
5. Tuesdays with Morrie (yang bisa diteruskan dengan Five People You
Meet in Heaven): Mitch Albom
6. Orang-orang Bloomingtoon: Budi Darma
7. The House on Mango Street: Sandra Cisneros
8. Totto Chan: Tetsuko Kuroyanagi
9. The Known World: Edward P Jones
10. Perempuan-perempuan Haremku (versi baru Teras Terlarang): Fatima
Mernissi
11. Kafka, The Complete Stories: Franz Kafka
12. My Point and I Do Have One: Ellen DeGeneres

10c.

Re: (ruang baca) for the (a dozen) good books that fly into my hands

Posted by: "Ain Nisa" jurnalcahaya@yahoo.com   jurnalcahaya

Wed Aug 20, 2008 6:15 pm (PDT)

oya neng, buka www.goodreads.com deh, disitu bisa list buku2 yang kita suka dan share ke temen-temen. bisa juga di embed ke multiply atau situs lain.
(hmm, jadi pengen update buku favorit...)

selamat mencoba

----- Original Message ----
From: Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Thursday, August 21, 2008 7:59:04 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] (ruang baca) for the (a dozen) good books that fly into my hands

For the (a Dozen) Good Books that Fly into My Hands
Oleh Retnadi Nur'aini

Judul di atas ialah judul yang saya temukan dalam salah satu esai
sahabat saya, Ain. Terinspirasi salah satu kutipan dalam Oprah
Magazine edisi Desember 2000 yang berbunyi "I'm grateful for every
good book that fly into my hands," Ain pun menuliskan versinya. Yang
terdiri atas: Harry Potter (JK Rowling), serial komik Peppermint Age
(Etsuko Maeda), The Confession of An Economic Hit Man (John Perkins),
Perempuan di Titik Nol (Nawal el Sadawi), The Alchemist (Paulo
Coelho), My Point and I Do Have One (Ellen DeGeneres).

Terinspirasi dari Ain, inilah 'for the (a dozen) good books that fly
into my hands' versi saya. Read on &#61514;.
***
Buku pertama yang saya syukuri adalah serial Drakula Cilik karya
Angela Sommer Bodenburg. Buku yang saya baca saat duduk di bangku SD
ini terdiri dari banyak seri—Si Drakula Cilik, Si Drakula Cilik
Ngungsi, Si Drakula Cilik di Perjalanan, Si Drakula Cilik di Desa, Si
Drakula Cilik Jatuh Cinta, dan dua seri lagi yang gagal saya koleksi.
Serial ini mengisahkan tentang persahabatan antara seorang drakula
cilik bernama Pangeran Rudi Batugoyah dengan seorang anak manusia
bernama Anton. Bersama-sama, mereka menjalani berbagai petualangan
seru—seperti ikut Anton liburan di desa (dimana Rudi terpaksa makan
telur mentah karena gagal menemukan darah), menyamarkan peti mati Rudi
dengan dibungkus kertas kado, ngungsi di gudang bawah apartemen Anton,
merayakan ulang tahun Anna—adik Rudi, menyamarkan Anton agar bisa ikut
pesta tahunan drakula, sampai petak umpet dari buruan Nasar
Nyamar—petugas pemakaman yang terobsesi untuk memusnahkan drakula. Ia
selalu saja membawa-bawa pasak kayu dan mengantongi seikat bawang putih.

Yang membuat cerita ini menarik adalah bahwa Angela bisa mengemasnya
dengan demikian kocak dan serunya, sehingga tak mengerikan bagi
anak-anak. Ditambah lagi dengan ilustrasi sosok Rudi yang awut-awutan
dan berantakan, seperti layaknya anak manusia biasa.

Saat tengah makan siang, saya paling suka membaca bagian ibu Anton
membuat spageti—yang menurut Anton terasa menggelikan. Atau saat kakek
nenek Anton datang berkunjung untuk makan siang bersama berlaukkan
ayam goreng. Mmm, yummy! Atau saat tengah minum susu, saya paling suka
membaca bagian Anton yang tengah berpura-pura menyedot susu kotak
kadaluarsa di ulang tahun Anna. Sambil terus mengulang-ulang kalimat
yang sama, sruuut, segelas susu putih hangat di tangan saya pun licin
tandas!
***

Buku kedua yang saya syukuri adalah serial Asterix karya Goscinny dan
Uderzo, hasil terjemahan Ibu Rahartati Bambang Haryo. Karena nenek
yang punya pigura berisi sketsa hasil coretan tangan Uderzo di ruang
tamunya ini, memang sungguh-sungguh piawai menerjemahkan secara
kontekstual.

Saya paling ingat dalam serial Asterix dan Panci Sup Bawang, saat
Asterix bermaksud untuk menjual babi hutan di pasar. Seperti layaknya
pedagang asongan di bus dan KRL di Indonesia, Asterix pun berteriak
"Yang bagus, yang bagus! Yang celeng, yang celeng!". Dan—seperti
layaknya di Indonesia—penjual di los samping Asterix pun berteriak
tak mau kalah "YANG BUAGUS, YANG BUAGUS! YANG CUELENG, YANG
CUELENG!"—setelah membaca bagian ini, Citra sering meledek saya dengan
"Yang dodol, yang dodol! Yang Retno, yang Retno". Oh well.

Anyway—di luar kreativitas Citra untuk merendahkan saya yang lemah dan
tak berdaya ini (halah)—saya dan Citra sepakat bahwa Bu Rahartati
Bambang Haryo adalah seorang jenius. Tak heran jika setelah seri
Asterix dan Gladiator, ia pun langsung dikontrak Indira untuk
menerjemahkan seluruh sisa serial Asterix.

Salut.
***

Buku-buku berikutnya yang saya syukuri—dan sudah pernah saya tulis
reviewnya—adalah The Joy Luck Club karya Amy Tan, Interpreter of
Maladies-nya Jhumpa Lahiri, Tuesdays with Morrie-nya Mitch Albom.
Saking gandrungnya dengan ketiga buku ini, saya sampai tak segan
mereweli nyaris setiap orang yang saya temui—seriously.
Seperti misalnya, membacakan kutipan favorit saya "Air matamu tidak
menghapus kesedihanmu. Mereka hanya memberi makan kepada kebahagiaan
orang lain. Dan itulah sebabnya mengapa kamu harus menelan air matamu
sendiri" (bab Burung Gelatik hal 359) di kost-an Kang Dani dan Mbak
Endah di daerah Radio Dalam.

Padahal itulah kali pertama saya berkunjung ke sana. Untung saja, Kang
Dani, Mbak Endah, Mbak Lia, dan Mpok Nia punya telinga-telinga yang
sabar luar biasa untuk mendengarkan racauan saya. Yang mana, hal sama
juga terjadi pada Mbak Lia, kala saya dengan bawelnya bercerita
tentang Jhumpa Lahiri di foodcourt Blok M.

Para teman-teman yang sabar dan baik hati, terima kasih, ya &#61514;.
***

Di kala butuh penguatan, saya juga kerap membaca karya-karya Mitch Albom.

Dalam buku yang terinspirasi dari kisah nyata ini, Morrie yang lumpuh
karena serangan penyakit Lou Gehrig atau ALS ini membiasakan dirinya
untuk menangis selama 5 menit setiap pagi.

"Hanya 5 menit?" tanya Mitch.

"Well Mitch, aku memberi kesempatan kepada diriku untuk menangis kalau
perlu. Tapi setelah itu aku memusatkan perhatianku pada segala hal yg
masih baik dalam hidupku. Kepada orang-orang yang datang menjengukku,
pada kisah-kisah yang kudengar, juga padamu. Aku tidak mau membiarkan
diriku hanyut dalam rasa kasihan berlebihan kepada diriku sendiri.
Setiap pagi kubiarkan diriku menangis sedikit, tapi hanya itu," jelas
Morrie.

Fuh.

Well, sebagai kolumnis olahraga, Mitch ternyata memang sangat sangat
pandai menulis, ya. Betapa dalam Tuesdays with Morrie, ia mengemas
setiap babnya menjadi pelajaran tentang kehidupan yang dibahasnya
setiap Selasa bersama Morrie. Atau betapa dalam Five People You Meet
in Heaven, ia menuliskan tentang lima orang yang ditemui almarhum
Eddie. Dimana setiap orang membawa setiap pelajaran buat Eddie,
diselingi perayaan hari-hari ulang tahun semasa Eddie masih hidup.

Dalam salah satu obrolan bersama Citra yang bertemakan
kalo-lo-bisa- nulis-lo- pingin-nulis- kaya-siapa, sontak saya pun memilih
nama Mitch Albom. "Gua pingin bisa nulis kaya Mitch Albom. Simple,
menyentuh, orisinil, ngalir, humble, dalem."

Doakan saya ya, Teman-teman! &#61514;
***

Puji syukur saya haturkan atas kehadiran buku keenam ini.

Itu adalah Orang-orang Bloomingtoon karya Budi Darma. Karena Budi
Darma sungguh-sungguh bisa mengobrak-abrik emosi pembacanya—termasuk
saya, yang membaca karya-karya Budi Darma sebagai katarsis. Saya ingat
obrolan by phone berjam-jam lamanya dengan Citra membahas kalimat demi
kalimat Budi Darma, yang berakhir dengan kesimpulan. "Kalo Budi Darma
lebih banyak nulis, mungkin psikiater dan psikolog pada gulung tikar
kali, ya." &#61514;

Betapa Budi Darma bisa mendeskripsikan secara mendetil setiap emosi
tokohnya—dendam, dengki, cinta, iri, acuh, jijik, benci, amarah—dengan
penggunaan kata-kata yang sangat lugas. Betapa seorang Budi Darma bisa
menumpahkan semua isi kepala dan jiwanya, sekaligus menjaga jarak
emosi pribadinya dengan si tokoh.

Dari Paman saya di Surabaya yang kebetulan kenal dengan Budi Darma,
saya dapatkan informasi bahwa ternyata Pak Budi Darma ini adalah sosok
yang sangat santun. "Iya, lho, No, dia kalo ngomong aja selalu pakai
bahasa Jawa halus. Cara ngomongnya juga tertata. Beda banget kan sama
tulisannya yang liar," ujar Paman saya.

Wow.
***

Buku ketujuh ini adalah buku yang membuat saya sangat mensyukuri
keberadaan toko buku bekas. Karena tempat itulah yang mempertemukan
saya dengan salah satu buku tercantik di dunia—The House on Mango
Street-nya Sandra Cisneros.

Betapa seorang Sandra bisa menuliskan kalimatnya secara sederhana,
berima, puitis, namun sekaligus juga "dalem" dan "ngalir" (Saya akan
menulis satu review khusus tentang buku ini. Karena kecantikan buku
ini tak cukup digambarkan hanya dalam beberapa paragraf. Sabar ya
Teman-teman &#61514;)

Anyway, langsung jatuh cinta dengan buku ini, saya pun segera melacak
www.sandracisneros. com. Disitulah saya dapatkan kontak alamat imel
penerbitnya, Susan Bergholz. Dengan semangat 45, saya pun segera
mengirim imel ke Susan untuk diteruskan ke Sandra.

Beberapa hari kemudian, masuklah imel "re: to sandra cineros" di inbox
saya. Dengan berdebar-debar seperti membuka surat cinta, saya pun
mulai membaca kata per kata imel yang sangat singkat itu.
"Dear Retno. I'm sorry, Sandra is quite busy writing her book right
now. But I have forwarded your email to her. Regards, Susan."

Hiks &#61516;
***

Buku kedelapan ini pastilah buku yang disyukuri oleh banyak orang.
Mulai dari guru TK, guru SD, ibu rumah tangga, sampai para pemerhati
pendidikan. Karena buku ini adalah Totto Chan karya Tetsuko Kuroyanagi.

Dari buku ini, saya belajar bahwa anak-anak adalah para makhluk ajaib
yang luar biasa. Karena itulah Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi
memperlakukan mereka secara istimewa. Mengajak mereka belajar apa yang
mereka inginkan hari itu, mengajak mereka berkemah dan memasak sendiri
makanan mereka, mengajak mereka menari, berenang, dan mencintai alam.

Dari buku ini pulalah, saya belajar bahwa setiap anak kecil punya
cerita yang luar biasa. Karena itulah Pak Sosaku tahan berjam-jam
mendengarkan cerita Tetsuko di hari pertama pertemuan mereka. Dari
buku ini pulalah, saya belajar bahwa bentuk pujian "Kamu anak baik",
diskusi dan kompromi dengan anak-anak jauh lebih efektif ketimbang
hukuman fisik dan serangan verbal. Atau bahwa anak-anak bisa belajar
untuk mengenang teman yang meninggal dalam sebuah jamuan minum teh
pelepasan.

Dan dari buku ini pulalah, saya belajar untuk punya mimpi.

Let's make the world better.
***

Sebagai penggemar Oprah Winfrey Show, saya rajin mengikuti Oprah's
Book Club. Mulai dari Anna Karenina-nya Leo Tolstoy sampai Eat, Pray,
Love-nya Elizabeth Gilbert. Kali lain, buku yang direkomendasikan
Oprah—sekaligus juga buku kesembilan yang saya syukuri—adalah The
Known World karya Edward P Jones.

Buku ini menggambarkan secara luar biasa mendalam kepahitan hidup masa
perang saudara di Amerika Serikat. Saking piawainya si penulis Edward
P Jones menuliskan tentang pahit getir hidup, sampai-sampai saya tak
pernah sanggup menyelesaikan 1 bab utuh dalam sekali baca.

Setiap kali itu terjadi, maka saya akan menutup buku itu, menandainya
dengan selembar pembatas buku, menghela napas panjang, lalu menangis.
Berhari-hari kemudian setelah kognisi saya cukup stabil—atau cukup
stabil untuk masokis tepatnya, barulah saya mulai merogoh kembali buku
yang terselip di bagian terdalam rak buku saya itu. Yang mana,
lagi-lagi berakhir dengan ritual saya-menutup
buku-menghela- napas-panjang- menangis. Tak heran, kan jika saya butuh
waktu nyaris 6 bulan untuk menyelesaikan buku setebal 653 halaman ini?

Well ternyata—tanpa bermaksud defensif—saya bukan satu-satunya yang
merasa begitu setelah membaca buku ini. Oprah Winfrey juga. Seriously.

Dan tebak apa yang dilakukan Oprah Winfrey?

Dia menelpon si Edward P Jones AJA LOH. "Usai baca buku ini dan merasa
sedih, saya nangis di kamar mandi sendirian. Saya tahu, saya perlu
bicara dengan seseorang. Karena nggak tau mau ngomong sama siapa, ya
saya telpon penulisnya aja deh," komentar Oprah ringan.
Yang mana—sebagai pegawai pajak yang sudah bekerja selama nyaris 5
tahun dan di-PHK—Edward justru tak mengenali Oprah. "Are you selling
something or what?" begitu jawabnya by phone.

Anyway, dalam salah satu review dari Koran Tempo, buku ini digambarkan
bak orang yang sedang melantur ke sana kemari. Well, iya, sih, tapi
"lanturan" novel perdana Edward yang langsung menyabet Pulitzer 2004
ini, memang punya kombinasi kalimat jenius yang sungguh-sungguh tak
pernah terpikirkan sebelumnya. Well, setidaknya bagi kami—para
mahasiswa yang kuliah menulis. Yang mana, berakhir dengan kesimpulan
dodol yang dihasilkan dari IQ jongkok: "Mungkin, kita kudu di-PHK dulu
kali, ya, Neng. Baru bisa nulis dan dapet Pulitzer."

Ealaaah, hosh.
***

Siapapun setuju, bahwa judul buku adalah salah satu komponen
pertimbangan terpenting untuk memilih buku. Karena kerap kali–sebagai
calon pembeli—kita tak diizinkan untuk membuka sampul plastik
pembungkus buku. Yang membuat kita terpaksa puas meramal mutu dan
kualitas sebuah buku dengan hanya berdasarkan selembar kulit luar,
secuplik resensi, dan –jika beruntung—sejumlah endorsement.

Buku kesepuluh ini adalah salah satu contohnya.

Beberapa tahun lalu, saya pernah membaca karya Fatima Mernissi
berjudul Teras Terlarang. Terkesan dengan buku itu, maka saya pun
berharap banyak saat membeli buku berjudul—yang saya pikir—agak
sensasional ini.

Dodolnya, saya baru ngeh, bahwa buku ini ternyata merupakan buku yang
sama dengan yang saya baca beberapa tahun lalu. Bedanya, kini buku itu
dicetak ulang dengan judul yang berbeda. Dan sambil bernostalgia di
setiap lembarnya, saya tersadar, bahwa judul baru ini ternyata juga
sama cantik dan indahnya. Dan yang terpenting, sama pasnya.
Betapa sebagai seorang feminis muslim, Fatima bisa menuliskan buku
kumpulan esai ini dalam rangkaian kata yang halus. Membaca buku ini
rasanya seperti mendengarkan seorang guru wanita yang bertutur lemah
lembut di setiap katanya.

Dan bahwa, harem bukanlah terbatas pada sebuah ruang teras. Harem
adalah sebuah bentuk pemahaman yang lebih dari itu."Kamu ada di harem,
jika dunia tidak membutuhkanmu. Kamu ada di harem, jika apa yang kamu
berikan tidak memberi nuansa yang berbeda. Kamu ada di harem, ketika
apa yang kamu lakukan sia-sia," (Bibi Habiba).
***

Sebagai hadiah ulangtahun dari Ain, buku kesebelas yang saya syukuri
ini sekaligus juga buku yang jarang saya baca. Buku ini berjudul
Kafka: The Complete Stories, karya Franz Kafka.

Nama penulis hebat ini mulai mengisi list google search saya, sekitar
tahun 2003. Kala itu, saya baru mengirimkan salah satu cerpen surealis
saya pada Bang Ade—saat mengirimkannya, saya bahkan belum tahu
definisi dari kata 'surealis'. Sampai Bang Ade menyebutkannya. "Iya,
aku baru baca, tuh, cerpen surealis-mu. Kaya' Kafka, deh. You should
read it," ujarnya dalam perjalanan kami menuju Takor, kantin Fisip.

Anyway, karya Kafka yang pertama saya baca adalah The Metamorphosis.
Itupun sudah berupa komik yang diadaptasi oleh Alex Kuper. Merasa
penasaran, saya pun mulai membaca teks asli The Metamorphosis.
Dilanjutkan dengan membaca karya Kafka lainnya—A Hunger Artist. Dan
selama 3 tahun berikutnya, hanya 2 karya itulah yang sanggup saya
baca. Bukan karena vocab Inggrisnya yang sulit—yang membuat saya harus
membuka kamus mini Oxford Inggris-inggris saya setiap 2 baris sekali.
Bukan pula karena tulisan-tulisan Kafka yang demikian panjangnya.
Bukan itu.

Tapi lebih karena emosi tak menyenangkan yang saya rasa setelahnya.
"Nyesek," begitu pendapat Citra setiap kali ia usai membaca Kafka.
Sepakat.

Namun siapa sangka bahwa di bulan Mei tahun 2007, saya malah mendapat
buku ini sebagai kado ulangtahun yang ke-23. Dari sanalah, saya mulai
(mencoba) melihat karya Kafka sebagai salah satu buku pelajaran
menulis. Mencoba membedahnya, seperti layaknya Thesaurus Bahasa
Indonesia, dan tak lagi menelan seluruh emosinya bulat-bulat sebagai
penikmat.

Dan dari sanalah saya mulai (mencoba) memahami bahwa Kafka punya
kegelisahan akan banyak hal. Tentang hukum, tentang hidup, tentang
popularitas, tentang pekerjaan, tentang penderitaan, tentang kesepian,
tentang sakit. Betapa dalam Metamorphosis ia menuliskan tentang tokoh
Gregor Samsa—seorang sales door to door yang tak mencintai
pekerjaannya, yang bermetamorfosis menjadi seekor kecoa raksasa (dalam
banyak karyanya, Kafka menggunakan "kecoa" dan "cacing" untuk
mendeskripsikan sesuatu yang demikian rendahnya). Banyak para kritikus
yang menilai bahwa Gregor Samsa adalah gambaran Kafka tentang dirinya
sendiri—mengingat kata Samsa berima sama dengan Kafka.

Atau betapa dalam A Hunger Artist, ia menuliskan tokoh seniman yang
beratraksi di depan warga kota, atas kebolehannya menahan lapar—karya
ini ditulis Kafka saat ia menderita TBC, dan tak dapat menerima asupan
makanan selain melalui selang-selang infus.

Lambat laun saya pun mulai melihat pola dalam tulisan Kafka. Dan
shockingly, saya menemukan bahwa sedikit banyak pola tulisan fiksi
saya ternyata memang mirip pola tulisannya. Pernahkah saat membaca
buku, kamu berpikir "Kalo gua yang nulis cerita ini, gua akan
membuatnya.. bla, bla, bla."? Well, saat membaca Kafka, nyaris semua
tebakan saya benar—tentu saja, ini di luar vocab, ya, karena
keterbatasan glossary vocab Inggris saya.

Dan meski saya belum juga tuntas membaca buku ini—namun toh saya
bersyukur sahabat Kafka urung membakar karya-karya Kafka seperti yang
diwasiatkan Kafka padanya sebelum ia meninggal.
Karena alhamdulillah, kini kita bisa mencecapnya. Dan belajar dari sana.
***

Buku keduabelas yang saya syukuri adalah buku terakhir yang juga
dipilih Ain. My Point and I Do Have One, karya Ellen DeGeneres.
Mengutip tulisan Ain "My friends and I were sharing her motto
"Icanarod, iditarod, iwinarod, iwillarod" to get ourselves through
thesis writing (tough, yet fun times!). Also, put another yell
"LALALALALALA… .I DON'T HEAR YOU" if we don't want to hear something
bothers us. Well, that also makes her a person who is responsible for
our madness."

Bagi kami, buku yang seratus kali lebih lucu dari Jomblo atau Gege
Mengejar Cinta-nya Adhitya Mulya ini memang sangat sangat membantu
membuat hari menjadi lebih indah, matahari menjadi lebih terang, dan
seekor biawak menjadi lebih tampan (halah, berlebihan). Tak heran,
kalau karya Ellen yang pernah menyabet "The Most Funniest People in
America" inipun sudah travelling Kopro-Depok- Bintaro-Korea- Kreo
(saya-Citra- Ain-Nta-Nta lagi).

Berminat menambah jalur travelling buku ini? &#61514;
***
Well, seperti layaknya orang jatuh cinta yang senang menuliskan nama
kekasihnya dimana-mana, maka saya pun dengan sukacita menuliskan
(kembali) daftar selusin buku yang saya syukuri (pembaca dilarang
protes). Bagi pembaca yang berminat bisa mencarinya di toko buku
terdekat.

Atau jika ada pembaca yang berniat membarter pinjaman buku ini dengan
seloyang blueberry cheesecake, tiga porsi mi ayam bangka pangsit
goreng pangsit rebus, lima bungkus keripik Sanjai (yang asli dari
Padang, merk Christine Hakim, ukuran sekilo) atau minimal sebungkus
Momogi jagung bakar—hubungi saya:

1. Serial Drakula Cilik: Angela Sommer Bodenburg
2. Serial Asterix: Uderzo dan Goscinny
3. The Joy Luck Club: Amy Tan
4. Interpreter of Maladies: Jhumpa Lahiri
5. Tuesdays with Morrie (yang bisa diteruskan dengan Five People You
Meet in Heaven): Mitch Albom
6. Orang-orang Bloomingtoon: Budi Darma
7. The House on Mango Street: Sandra Cisneros
8. Totto Chan: Tetsuko Kuroyanagi
9. The Known World: Edward P Jones
10. Perempuan-perempuan Haremku (versi baru Teras Terlarang): Fatima
Mernissi
11. Kafka, The Complete Stories: Franz Kafka
12. My Point and I Do Have One: Ellen DeGeneres

10d.

Re: (ruang baca) for the (a dozen) good books that fly into my hands

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Wed Aug 20, 2008 8:08 pm (PDT)

Hehehe... ternyata emang minat dan selera buku bacaan kita emang mirip, ya
Mbak...
Makasih banyak Tuesdays With Morrie-nya. Such a simple story that was
written amazingly ^_^
Makasih juga atas waktu-waktunya, Mbak, yang dihabiskan denganku untuk
berdiskusi sastra, puisi, surealis, dunia... I really feel that I got a
friend of my own world with you. A friend who I can talk to in my own way of
thought which is most of the people cannot handle and comprehend ^_^

Really, I thought that dozen good books do not just fly into your hands, but
also stay in your heart and mind ^_^

Thanks a lot for everything...

- Lia

On Thu, Aug 21, 2008 at 7:59 AM, Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com>wrote:

> For the (a Dozen) Good Books that Fly into My Hands
> Oleh Retnadi Nur'aini
>
> Judul di atas ialah judul yang saya temukan dalam salah satu esai
> sahabat saya, Ain. Terinspirasi salah satu kutipan dalam Oprah
> Magazine edisi Desember 2000 yang berbunyi "I'm grateful for every
> good book that fly into my hands," Ain pun menuliskan versinya. Yang
> terdiri atas: Harry Potter (JK Rowling), serial komik Peppermint Age
> (Etsuko Maeda), The Confession of An Economic Hit Man (John Perkins),
> Perempuan di Titik Nol (Nawal el Sadawi), The Alchemist (Paulo
> Coelho), My Point and I Do Have One (Ellen DeGeneres).
>
> Terinspirasi dari Ain, inilah 'for the (a dozen) good books that fly
> into my hands' versi saya. Read on &#61514;.
> ***
> Buku pertama yang saya syukuri adalah serial Drakula Cilik karya
> Angela Sommer Bodenburg. Buku yang saya baca saat duduk di bangku SD
> ini terdiri dari banyak seri—Si Drakula Cilik, Si Drakula Cilik
> Ngungsi, Si Drakula Cilik di Perjalanan, Si Drakula Cilik di Desa, Si
> Drakula Cilik Jatuh Cinta, dan dua seri lagi yang gagal saya koleksi.
> Serial ini mengisahkan tentang persahabatan antara seorang drakula
> cilik bernama Pangeran Rudi Batugoyah dengan seorang anak manusia
> bernama Anton. Bersama-sama, mereka menjalani berbagai petualangan
> seru—seperti ikut Anton liburan di desa (dimana Rudi terpaksa makan
> telur mentah karena gagal menemukan darah), menyamarkan peti mati Rudi
> dengan dibungkus kertas kado, ngungsi di gudang bawah apartemen Anton,
> merayakan ulang tahun Anna—adik Rudi, menyamarkan Anton agar bisa ikut
> pesta tahunan drakula, sampai petak umpet dari buruan Nasar
> Nyamar—petugas pemakaman yang terobsesi untuk memusnahkan drakula. Ia
> selalu saja membawa-bawa pasak kayu dan mengantongi seikat bawang putih.
>
> Yang membuat cerita ini menarik adalah bahwa Angela bisa mengemasnya
> dengan demikian kocak dan serunya, sehingga tak mengerikan bagi
> anak-anak. Ditambah lagi dengan ilustrasi sosok Rudi yang awut-awutan
> dan berantakan, seperti layaknya anak manusia biasa.
>
> Saat tengah makan siang, saya paling suka membaca bagian ibu Anton
> membuat spageti—yang menurut Anton terasa menggelikan. Atau saat kakek
> nenek Anton datang berkunjung untuk makan siang bersama berlaukkan
> ayam goreng. Mmm, yummy! Atau saat tengah minum susu, saya paling suka
> membaca bagian Anton yang tengah berpura-pura menyedot susu kotak
> kadaluarsa di ulang tahun Anna. Sambil terus mengulang-ulang kalimat
> yang sama, sruuut, segelas susu putih hangat di tangan saya pun licin
> tandas!
> ***
>
> Buku kedua yang saya syukuri adalah serial Asterix karya Goscinny dan
> Uderzo, hasil terjemahan Ibu Rahartati Bambang Haryo. Karena nenek
> yang punya pigura berisi sketsa hasil coretan tangan Uderzo di ruang
> tamunya ini, memang sungguh-sungguh piawai menerjemahkan secara
> kontekstual.
>
> Saya paling ingat dalam serial Asterix dan Panci Sup Bawang, saat
> Asterix bermaksud untuk menjual babi hutan di pasar. Seperti layaknya
> pedagang asongan di bus dan KRL di Indonesia, Asterix pun berteriak
> "Yang bagus, yang bagus! Yang celeng, yang celeng!". Dan—seperti
> layaknya di Indonesia—penjual di los samping Asterix pun berteriak
> tak mau kalah "YANG BUAGUS, YANG BUAGUS! YANG CUELENG, YANG
> CUELENG!"—setelah membaca bagian ini, Citra sering meledek saya dengan
> "Yang dodol, yang dodol! Yang Retno, yang Retno". Oh well.
>
> Anyway—di luar kreativitas Citra untuk merendahkan saya yang lemah dan
> tak berdaya ini (halah)—saya dan Citra sepakat bahwa Bu Rahartati
> Bambang Haryo adalah seorang jenius. Tak heran jika setelah seri
> Asterix dan Gladiator, ia pun langsung dikontrak Indira untuk
> menerjemahkan seluruh sisa serial Asterix.
>
> Salut.
> ***
>
> Buku-buku berikutnya yang saya syukuri—dan sudah pernah saya tulis
> reviewnya—adalah The Joy Luck Club karya Amy Tan, Interpreter of
> Maladies-nya Jhumpa Lahiri, Tuesdays with Morrie-nya Mitch Albom.
> Saking gandrungnya dengan ketiga buku ini, saya sampai tak segan
> mereweli nyaris setiap orang yang saya temui—seriously.
> Seperti misalnya, membacakan kutipan favorit saya "Air matamu tidak
> menghapus kesedihanmu. Mereka hanya memberi makan kepada kebahagiaan
> orang lain. Dan itulah sebabnya mengapa kamu harus menelan air matamu
> sendiri" (bab Burung Gelatik hal 359) di kost-an Kang Dani dan Mbak
> Endah di daerah Radio Dalam.
>
> Padahal itulah kali pertama saya berkunjung ke sana. Untung saja, Kang
> Dani, Mbak Endah, Mbak Lia, dan Mpok Nia punya telinga-telinga yang
> sabar luar biasa untuk mendengarkan racauan saya. Yang mana, hal sama
> juga terjadi pada Mbak Lia, kala saya dengan bawelnya bercerita
> tentang Jhumpa Lahiri di foodcourt Blok M.
>
> Para teman-teman yang sabar dan baik hati, terima kasih, ya &#61514;.
> ***
>
> Di kala butuh penguatan, saya juga kerap membaca karya-karya Mitch Albom.
>
> Dalam buku yang terinspirasi dari kisah nyata ini, Morrie yang lumpuh
> karena serangan penyakit Lou Gehrig atau ALS ini membiasakan dirinya
> untuk menangis selama 5 menit setiap pagi.
>
> "Hanya 5 menit?" tanya Mitch.
>
> "Well Mitch, aku memberi kesempatan kepada diriku untuk menangis kalau
> perlu. Tapi setelah itu aku memusatkan perhatianku pada segala hal yg
> masih baik dalam hidupku. Kepada orang-orang yang datang menjengukku,
> pada kisah-kisah yang kudengar, juga padamu. Aku tidak mau membiarkan
> diriku hanyut dalam rasa kasihan berlebihan kepada diriku sendiri.
> Setiap pagi kubiarkan diriku menangis sedikit, tapi hanya itu," jelas
> Morrie.
>
> Fuh.
>
> Well, sebagai kolumnis olahraga, Mitch ternyata memang sangat sangat
> pandai menulis, ya. Betapa dalam Tuesdays with Morrie, ia mengemas
> setiap babnya menjadi pelajaran tentang kehidupan yang dibahasnya
> setiap Selasa bersama Morrie. Atau betapa dalam Five People You Meet
> in Heaven, ia menuliskan tentang lima orang yang ditemui almarhum
> Eddie. Dimana setiap orang membawa setiap pelajaran buat Eddie,
> diselingi perayaan hari-hari ulang tahun semasa Eddie masih hidup.
>
> Dalam salah satu obrolan bersama Citra yang bertemakan
> kalo-lo-bisa-nulis-lo-pingin-nulis-kaya-siapa, sontak saya pun memilih
> nama Mitch Albom. "Gua pingin bisa nulis kaya Mitch Albom. Simple,
> menyentuh, orisinil, ngalir, humble, dalem."
>
> Doakan saya ya, Teman-teman! &#61514;
> ***
>
> Puji syukur saya haturkan atas kehadiran buku keenam ini.
>
> Itu adalah Orang-orang Bloomingtoon karya Budi Darma. Karena Budi
> Darma sungguh-sungguh bisa mengobrak-abrik emosi pembacanya—termasuk
> saya, yang membaca karya-karya Budi Darma sebagai katarsis. Saya ingat
> obrolan by phone berjam-jam lamanya dengan Citra membahas kalimat demi
> kalimat Budi Darma, yang berakhir dengan kesimpulan. "Kalo Budi Darma
> lebih banyak nulis, mungkin psikiater dan psikolog pada gulung tikar
> kali, ya." &#61514;
>
> Betapa Budi Darma bisa mendeskripsikan secara mendetil setiap emosi
> tokohnya—dendam, dengki, cinta, iri, acuh, jijik, benci, amarah—dengan
> penggunaan kata-kata yang sangat lugas. Betapa seorang Budi Darma bisa
> menumpahkan semua isi kepala dan jiwanya, sekaligus menjaga jarak
> emosi pribadinya dengan si tokoh.
>
> Dari Paman saya di Surabaya yang kebetulan kenal dengan Budi Darma,
> saya dapatkan informasi bahwa ternyata Pak Budi Darma ini adalah sosok
> yang sangat santun. "Iya, lho, No, dia kalo ngomong aja selalu pakai
> bahasa Jawa halus. Cara ngomongnya juga tertata. Beda banget kan sama
> tulisannya yang liar," ujar Paman saya.
>
> Wow.
> ***
>
> Buku ketujuh ini adalah buku yang membuat saya sangat mensyukuri
> keberadaan toko buku bekas. Karena tempat itulah yang mempertemukan
> saya dengan salah satu buku tercantik di dunia—The House on Mango
> Street-nya Sandra Cisneros.
>
> Betapa seorang Sandra bisa menuliskan kalimatnya secara sederhana,
> berima, puitis, namun sekaligus juga "dalem" dan "ngalir" (Saya akan
> menulis satu review khusus tentang buku ini. Karena kecantikan buku
> ini tak cukup digambarkan hanya dalam beberapa paragraf. Sabar ya
> Teman-teman &#61514;)
>
> Anyway, langsung jatuh cinta dengan buku ini, saya pun segera melacak
> www.sandracisneros.com. Disitulah saya dapatkan kontak alamat imel
> penerbitnya, Susan Bergholz. Dengan semangat 45, saya pun segera
> mengirim imel ke Susan untuk diteruskan ke Sandra.
>
> Beberapa hari kemudian, masuklah imel "re: to sandra cineros" di inbox
> saya. Dengan berdebar-debar seperti membuka surat cinta, saya pun
> mulai membaca kata per kata imel yang sangat singkat itu.
> "Dear Retno. I'm sorry, Sandra is quite busy writing her book right
> now. But I have forwarded your email to her. Regards, Susan."
>
> Hiks &#61516;
> ***
>
> Buku kedelapan ini pastilah buku yang disyukuri oleh banyak orang.
> Mulai dari guru TK, guru SD, ibu rumah tangga, sampai para pemerhati
> pendidikan. Karena buku ini adalah Totto Chan karya Tetsuko Kuroyanagi.
>
> Dari buku ini, saya belajar bahwa anak-anak adalah para makhluk ajaib
> yang luar biasa. Karena itulah Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi
> memperlakukan mereka secara istimewa. Mengajak mereka belajar apa yang
> mereka inginkan hari itu, mengajak mereka berkemah dan memasak sendiri
> makanan mereka, mengajak mereka menari, berenang, dan mencintai alam.
>
> Dari buku ini pulalah, saya belajar bahwa setiap anak kecil punya
> cerita yang luar biasa. Karena itulah Pak Sosaku tahan berjam-jam
> mendengarkan cerita Tetsuko di hari pertama pertemuan mereka. Dari
> buku ini pulalah, saya belajar bahwa bentuk pujian "Kamu anak baik",
> diskusi dan kompromi dengan anak-anak jauh lebih efektif ketimbang
> hukuman fisik dan serangan verbal. Atau bahwa anak-anak bisa belajar
> untuk mengenang teman yang meninggal dalam sebuah jamuan minum teh
> pelepasan.
>
> Dan dari buku ini pulalah, saya belajar untuk punya mimpi.
>
> Let's make the world better.
> ***
>
> Sebagai penggemar Oprah Winfrey Show, saya rajin mengikuti Oprah's
> Book Club. Mulai dari Anna Karenina-nya Leo Tolstoy sampai Eat, Pray,
> Love-nya Elizabeth Gilbert. Kali lain, buku yang direkomendasikan
> Oprah—sekaligus juga buku kesembilan yang saya syukuri—adalah The
> Known World karya Edward P Jones.
>
> Buku ini menggambarkan secara luar biasa mendalam kepahitan hidup masa
> perang saudara di Amerika Serikat. Saking piawainya si penulis Edward
> P Jones menuliskan tentang pahit getir hidup, sampai-sampai saya tak
> pernah sanggup menyelesaikan 1 bab utuh dalam sekali baca.
>
> Setiap kali itu terjadi, maka saya akan menutup buku itu, menandainya
> dengan selembar pembatas buku, menghela napas panjang, lalu menangis.
> Berhari-hari kemudian setelah kognisi saya cukup stabil—atau cukup
> stabil untuk masokis tepatnya, barulah saya mulai merogoh kembali buku
> yang terselip di bagian terdalam rak buku saya itu. Yang mana,
> lagi-lagi berakhir dengan ritual saya-menutup
> buku-menghela-napas-panjang-menangis. Tak heran, kan jika saya butuh
> waktu nyaris 6 bulan untuk menyelesaikan buku setebal 653 halaman ini?
>
> Well ternyata—tanpa bermaksud defensif—saya bukan satu-satunya yang
> merasa begitu setelah membaca buku ini. Oprah Winfrey juga. Seriously.
>
> Dan tebak apa yang dilakukan Oprah Winfrey?
>
> Dia menelpon si Edward P Jones AJA LOH. "Usai baca buku ini dan merasa
> sedih, saya nangis di kamar mandi sendirian. Saya tahu, saya perlu
> bicara dengan seseorang. Karena nggak tau mau ngomong sama siapa, ya
> saya telpon penulisnya aja deh," komentar Oprah ringan.
> Yang mana—sebagai pegawai pajak yang sudah bekerja selama nyaris 5
> tahun dan di-PHK—Edward justru tak mengenali Oprah. "Are you selling
> something or what?" begitu jawabnya by phone.
>
> Anyway, dalam salah satu review dari Koran Tempo, buku ini digambarkan
> bak orang yang sedang melantur ke sana kemari. Well, iya, sih, tapi
> "lanturan" novel perdana Edward yang langsung menyabet Pulitzer 2004
> ini, memang punya kombinasi kalimat jenius yang sungguh-sungguh tak
> pernah terpikirkan sebelumnya. Well, setidaknya bagi kami—para
> mahasiswa yang kuliah menulis. Yang mana, berakhir dengan kesimpulan
> dodol yang dihasilkan dari IQ jongkok: "Mungkin, kita kudu di-PHK dulu
> kali, ya, Neng. Baru bisa nulis dan dapet Pulitzer."
>
> Ealaaah, hosh.
> ***
>
> Siapapun setuju, bahwa judul buku adalah salah satu komponen
> pertimbangan terpenting untuk memilih buku. Karena kerap kali–sebagai
> calon pembeli—kita tak diizinkan untuk membuka sampul plastik
> pembungkus buku. Yang membuat kita terpaksa puas meramal mutu dan
> kualitas sebuah buku dengan hanya berdasarkan selembar kulit luar,
> secuplik resensi, dan –jika beruntung—sejumlah endorsement.
>
> Buku kesepuluh ini adalah salah satu contohnya.
>
> Beberapa tahun lalu, saya pernah membaca karya Fatima Mernissi
> berjudul Teras Terlarang. Terkesan dengan buku itu, maka saya pun
> berharap banyak saat membeli buku berjudul—yang saya pikir—agak
> sensasional ini.
>
> Dodolnya, saya baru ngeh, bahwa buku ini ternyata merupakan buku yang
> sama dengan yang saya baca beberapa tahun lalu. Bedanya, kini buku itu
> dicetak ulang dengan judul yang berbeda. Dan sambil bernostalgia di
> setiap lembarnya, saya tersadar, bahwa judul baru ini ternyata juga
> sama cantik dan indahnya. Dan yang terpenting, sama pasnya.
> Betapa sebagai seorang feminis muslim, Fatima bisa menuliskan buku
> kumpulan esai ini dalam rangkaian kata yang halus. Membaca buku ini
> rasanya seperti mendengarkan seorang guru wanita yang bertutur lemah
> lembut di setiap katanya.
>
> Dan bahwa, harem bukanlah terbatas pada sebuah ruang teras. Harem
> adalah sebuah bentuk pemahaman yang lebih dari itu."Kamu ada di harem,
> jika dunia tidak membutuhkanmu. Kamu ada di harem, jika apa yang kamu
> berikan tidak memberi nuansa yang berbeda. Kamu ada di harem, ketika
> apa yang kamu lakukan sia-sia," (Bibi Habiba).
> ***
>
> Sebagai hadiah ulangtahun dari Ain, buku kesebelas yang saya syukuri
> ini sekaligus juga buku yang jarang saya baca. Buku ini berjudul
> Kafka: The Complete Stories, karya Franz Kafka.
>
> Nama penulis hebat ini mulai mengisi list google search saya, sekitar
> tahun 2003. Kala itu, saya baru mengirimkan salah satu cerpen surealis
> saya pada Bang Ade—saat mengirimkannya, saya bahkan belum tahu
> definisi dari kata 'surealis'. Sampai Bang Ade menyebutkannya. "Iya,
> aku baru baca, tuh, cerpen surealis-mu. Kaya' Kafka, deh. You should
> read it," ujarnya dalam perjalanan kami menuju Takor, kantin Fisip.
>
> Anyway, karya Kafka yang pertama saya baca adalah The Metamorphosis.
> Itupun sudah berupa komik yang diadaptasi oleh Alex Kuper. Merasa
> penasaran, saya pun mulai membaca teks asli The Metamorphosis.
> Dilanjutkan dengan membaca karya Kafka lainnya—A Hunger Artist. Dan
> selama 3 tahun berikutnya, hanya 2 karya itulah yang sanggup saya
> baca. Bukan karena vocab Inggrisnya yang sulit—yang membuat saya harus
> membuka kamus mini Oxford Inggris-inggris saya setiap 2 baris sekali.
> Bukan pula karena tulisan-tulisan Kafka yang demikian panjangnya.
> Bukan itu.
>
> Tapi lebih karena emosi tak menyenangkan yang saya rasa setelahnya.
> "Nyesek," begitu pendapat Citra setiap kali ia usai membaca Kafka.
> Sepakat.
>
> Namun siapa sangka bahwa di bulan Mei tahun 2007, saya malah mendapat
> buku ini sebagai kado ulangtahun yang ke-23. Dari sanalah, saya mulai
> (mencoba) melihat karya Kafka sebagai salah satu buku pelajaran
> menulis. Mencoba membedahnya, seperti layaknya Thesaurus Bahasa
> Indonesia, dan tak lagi menelan seluruh emosinya bulat-bulat sebagai
> penikmat.
>
> Dan dari sanalah saya mulai (mencoba) memahami bahwa Kafka punya
> kegelisahan akan banyak hal. Tentang hukum, tentang hidup, tentang
> popularitas, tentang pekerjaan, tentang penderitaan, tentang kesepian,
> tentang sakit. Betapa dalam Metamorphosis ia menuliskan tentang tokoh
> Gregor Samsa—seorang sales door to door yang tak mencintai
> pekerjaannya, yang bermetamorfosis menjadi seekor kecoa raksasa (dalam
> banyak karyanya, Kafka menggunakan "kecoa" dan "cacing" untuk
> mendeskripsikan sesuatu yang demikian rendahnya). Banyak para kritikus
> yang menilai bahwa Gregor Samsa adalah gambaran Kafka tentang dirinya
> sendiri—mengingat kata Samsa berima sama dengan Kafka.
>
> Atau betapa dalam A Hunger Artist, ia menuliskan tokoh seniman yang
> beratraksi di depan warga kota, atas kebolehannya menahan lapar—karya
> ini ditulis Kafka saat ia menderita TBC, dan tak dapat menerima asupan
> makanan selain melalui selang-selang infus.
>
> Lambat laun saya pun mulai melihat pola dalam tulisan Kafka. Dan
> shockingly, saya menemukan bahwa sedikit banyak pola tulisan fiksi
> saya ternyata memang mirip pola tulisannya. Pernahkah saat membaca
> buku, kamu berpikir "Kalo gua yang nulis cerita ini, gua akan
> membuatnya..bla, bla, bla."? Well, saat membaca Kafka, nyaris semua
> tebakan saya benar—tentu saja, ini di luar vocab, ya, karena
> keterbatasan glossary vocab Inggris saya.
>
> Dan meski saya belum juga tuntas membaca buku ini—namun toh saya
> bersyukur sahabat Kafka urung membakar karya-karya Kafka seperti yang
> diwasiatkan Kafka padanya sebelum ia meninggal.
> Karena alhamdulillah, kini kita bisa mencecapnya. Dan belajar dari sana.
> ***
>
> Buku keduabelas yang saya syukuri adalah buku terakhir yang juga
> dipilih Ain. My Point and I Do Have One, karya Ellen DeGeneres.
> Mengutip tulisan Ain "My friends and I were sharing her motto
> "Icanarod, iditarod, iwinarod, iwillarod" to get ourselves through
> thesis writing (tough, yet fun times!). Also, put another yell
> "LALALALALALA….I DON'T HEAR YOU" if we don't want to hear something
> bothers us. Well, that also makes her a person who is responsible for
> our madness."
>
> Bagi kami, buku yang seratus kali lebih lucu dari Jomblo atau Gege
> Mengejar Cinta-nya Adhitya Mulya ini memang sangat sangat membantu
> membuat hari menjadi lebih indah, matahari menjadi lebih terang, dan
> seekor biawak menjadi lebih tampan (halah, berlebihan). Tak heran,
> kalau karya Ellen yang pernah menyabet "The Most Funniest People in
> America" inipun sudah travelling Kopro-Depok-Bintaro-Korea-Kreo
> (saya-Citra-Ain-Nta-Nta lagi).
>
> Berminat menambah jalur travelling buku ini? &#61514;
> ***
> Well, seperti layaknya orang jatuh cinta yang senang menuliskan nama
> kekasihnya dimana-mana, maka saya pun dengan sukacita menuliskan
> (kembali) daftar selusin buku yang saya syukuri (pembaca dilarang
> protes). Bagi pembaca yang berminat bisa mencarinya di toko buku
> terdekat.
>
> Atau jika ada pembaca yang berniat membarter pinjaman buku ini dengan
> seloyang blueberry cheesecake, tiga porsi mi ayam bangka pangsit
> goreng pangsit rebus, lima bungkus keripik Sanjai (yang asli dari
> Padang, merk Christine Hakim, ukuran sekilo) atau minimal sebungkus
> Momogi jagung bakar—hubungi saya:
>
> 1. Serial Drakula Cilik: Angela Sommer Bodenburg
> 2. Serial Asterix: Uderzo dan Goscinny
> 3. The Joy Luck Club: Amy Tan
> 4. Interpreter of Maladies: Jhumpa Lahiri
> 5. Tuesdays with Morrie (yang bisa diteruskan dengan Five People You
> Meet in Heaven): Mitch Albom
> 6. Orang-orang Bloomingtoon: Budi Darma
> 7. The House on Mango Street: Sandra Cisneros
> 8. Totto Chan: Tetsuko Kuroyanagi
> 9. The Known World: Edward P Jones
> 10. Perempuan-perempuan Haremku (versi baru Teras Terlarang): Fatima
> Mernissi
> 11. Kafka, The Complete Stories: Franz Kafka
> 12. My Point and I Do Have One: Ellen DeGeneres
>
>
>
11a.

Re: (Rampai)â–  gundahâ– gulana-- gula gula

Posted by: "ahmad ade" ahmadade@rocketmail.com   ade_ya

Wed Aug 20, 2008 6:08 pm (PDT)


Hambarlah tanpa gulanya

Air yang melarutkan mereka

Demikianlah mereka, sunatullah (?)

Semua bisa terjadi, bagiNYA

Jika layak, juga menurutNYA

Susah, tak menarik tanpa RidhoNYA

Padu atau cerai tetap manis jadinya,

bila air telah larutkan gulanya.

Adakah yang nihil?

Air dan gula lah yang menyegarkan kerongkongan

Benci atau suka, jika demikian adanya (?)

Dengan memaknai stimuli

Memang, tak ada yang abadi

Semoga selalu ada komunikasi

Hanya di jalan Suci

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Lily Ceria <lilyceria@...>
wrote:
>
> gundah berkawan gulana
> penyair menjodohkan mereka
> entahlah mengapa mereka berjodoh
> terlalu berani menjodohkan nya, kurasa
>
> banyak orang nurut juga
> gundah tak menarik tanpa gulana
> benci aku melihat merka bersama
> akan aku ceraikan gindah dan gulana
> atau kuganti saja nama mereka
> atau kuhapus saja keduanya
> mustahil!!
>
> gundah gulana lah sang penyeimbang!!
> mengerti suka cita, karena gundah gulana
> tadi ku membenci mereka
> kini, ku mengerti
> tak ada yang abdi!!!
>
> cikampek, 15/08/08
>
>
>
__________________________________________________________\
___
> Dapatkan alamat Email baru Anda!
> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
> http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
>

12.

[Ruang Keluarga] Istri Solehah

Posted by: "M.Arif As Salman" marif_assalman@yahoo.com   marif_assalman

Wed Aug 20, 2008 6:12 pm (PDT)

Istri Solehah
Oleh : M. Arif As-Salman

Setiap laki-laki yang soleh mendambakan seorang istri yang solehah, istri yang ketika dilihat menyenangkan hati, ketika diperintah ia patuh, ketika ditinggalkan ia menjaga harta dan dirinya dan ketika salah ia mau diingatkan. Istri solihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia.
Ia ibarat sebuah madrasah yang kelak didalamnya anak-anak yang lahir akan dibesarkan, di didik dan dibina. Bijak dan tepat memilih calon istri sebelum menikah adalah diantara faktor kebahagiaan rumah tangga. Salah dalam memilih akan berisiko dikemudian hari. Dengan demikian, jangan tergesa-gesa menentukan pilihan, tapi kalau sudah nampak yang cocok dengan persepsi dan idealisme hendaknya segera mengajukan lamaran… J . Karena biasanya sesuatu yang berharga dan bernilai tinggi menjadi rebutan banyak orang.
Istri solehah akan selalu menjadi sumber kekuatan, tempat bertenang ketika gelisah melanda jiwa, tempat berbagi ketika resah menghimpit hati. Istri solihah bukanlah tipe wanita materialistis, yang ketika ada uang, abang disayang, nggak ada uang abang jangan pulang atau piring melayang. Sabar disaat kesulitan melanda, qana`ah dengan apa yang ada dan bersyukur ketika mendapat kelebihan rezki. Bagi seorang istri solihah keridhaan suami adalah diatas segalanya, walau ia harus melawan keinginannya. Hidupnya seluruhnya ia abdikan untuk suami dalam rangka beribadah dan ketaatan pada Allah. Istri solehah adalah ibarat taman indah nan penuh pesona. Tak lelah mata memandang keindahan budi pekerti dan tingkah lakunya.
Istri solehah selalu dirindu dan dikenang. Rindu pada belaian lembutnya, rindu pada teguran halusnya, rindu akan senyum tulusnya, rindu pada wajahnya yang teduh, air mukanya yang jernih dan rindu pada kata-katanya yang mesra. Hati akan resah bila lama tidak berjumpa, bila jarak telah memisahkan. Hati akan gelisah bila satu hari tidak bertemu. Karena cinta yang telah tenggelam dalam samudera hati, cinta akan kebaikan dan kebagusan akhlaknya. Sungguh benar apa yang disampaikan Rasulullah saw, bahwa memilih wanita solehah akan membahagiakan seseorang didunia dan akhirat.
Untuk calon suami, pilihlah seorang calon istri yang telah dikenal baik akan akhlak dan agamanya. Utamakanlah itu atas segalanya. Dan jangan lupa untuk juga mempersiapkan diri menjadi seorang suami yang soleh. Dan bagi seorang calon istri, bila datang seorang laki-laki yang Anda kenal baik agama dan akhlaknya dan Anda memang telah siap untuk menikah, janganlah menolak, tapi terimalah niat baiknya dengan hati yang terbuka. Dan jangan lupa untuk mempersiapkan diri Anda menjadi bidadari baginya di dunia dan di akhirat.
Istri solehah adalah harta yang paling berharga dan bernilai tinggi yang tiada duanya. Sungguh beruntung dan berbahagia seseorang yang dikaruniai seorang Bidadari Dunia. Hidup akan penuh dengan kebaikan dan ketaatan. Hidup yang selalu bersemangat, penuh cinta dan cita-cita mulia.
Istri solehah adalah sebaik-baik keindahan, kata-katanya menyejukkan kalbu, ia bagaikan bidadari surga yang hadir di dunia. Ia adalah istri yang meneguhkan jihad suami, penebar rahmat bagi rumah tangga, cahaya dunia dan akhirat.

Cairo, 20 Agustus 2008
( Terkhusus for Kak Ipar-ku, moga dikaruniakan seorang istri solihah, amin, juga buat ikhwah lainnya, amin )





13.

(Catcil)  URGENTY REQUIRED lowonngan jadi kunci hati, jiwa dan dirik

Posted by: "Lily Ceria" lilyceria@yahoo.co.id   lilyceria

Wed Aug 20, 2008 6:29 pm (PDT)



hampir maghrib. tujuhbelas empatlima. Ac begitu dingin mecubiti
kulitku. seakan mengajakku segera kembali. tapi aku enggan
menurutinya, monitor, keybord tetap menarik perhatianku. soalnya ada yang ingin aku ceritakan sahabat.

tadi siang aku meeting dengan client di daerah jakarta. ada yang
menarik saat aku memasuki kantor clientku. pintu keluar masuk "
dikunci". biasanya khan ada security, nahh..kalo ada securty , aku sih
gak pernah mikir yang aneh2, karena sudah biasa.

sedikit aneh ajah, seorang wanita membawakan kunci dan membuka kan
pintu, padahal kantor tersebut cukup megah, dengan 4 lantai yang
didesaign sangat indah, berkeramik warna biru.

sambil melangkah aku senyam senyum sendiri, aku ingin bertanya pada
hatiku, apa yang kurasa hari ini, sudah melakukan apa selama ini,
hmm...2 pertanyaan itu saja membuatku ingin segera membeli "kunci"
untuk hatiku. sehingga hanya hal2 yang positif dan membuat aku bangkit
dr keterpurukan saja yang kuijinkan mengeksplore hati, jiwa dan diriku.

Benar sekali, kita,hati, diri dan jiwa kita lebih megah dr gedung itu, seharusnyalah "kunci" yang harus kita punyai harus sangat "kuat" sehingga mampu memfilter sesuatu yang membahayakan kita, yaitu pergi meninggalkanNya.

saat ini kunci yang ingin aku bagi bersama adalah 'belajar mengingat Allah", ya,,,tadi sudah kucoba, selama 5 menit mengingat Allah, saat macet, rasanya perilaku lebih sopan^^.

ya....."URGENTLY REQUIRED , kunci hati, jiwa,dan diri ", dimana ku dapatkan kunci kunci2 itu?? adakah yang tahu?? he he he he he

dan persahabatan kita pun adalah
kunci indah drNya, yang bisa membuka hatiku u/ selalu saling berbagi ,
saling mengingatkan kesyukuran , keihlasaan de el el.
jadilah kunci kunci buat hati dan hidupku, terimakasih sahabat.

cikampek, 200082008
lily - http://lilyceria.blogspot.com/


________________________________
Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. Download sekarang juga.

__________________________________________________________
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail.
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
14.

FW: Jadwal Imsakiyah Romadlon

Posted by: "Aprillia EkaSari" april_reto@yahoo.com   april_reto

Wed Aug 20, 2008 7:18 pm (PDT)



--- On Wed, 8/20/08, aprillia.ekasari@resmgr.com <aprillia.ekasari@resmgr.com> wrote:
From: aprillia.ekasari@resmgr.com <aprillia.ekasari@resmgr.com>
Subject: FW: Jadwal Imsakiyah Romadlon
To: april_reto@yahoo.com
Date: Wednesday, August 20, 2008, 7:14 PM

Original Message:
-----------------
From: Reina Deviasih Reina.Deviasih@iaodt.com
Date: Wed, 20 Aug 2008 15:54:29 +0700
To: all.iao@nwa.iao.co.id
Subject: FW: Jadwal Imsakiyah Romadlon

Ass. Wr. Wb,

Menjelang bulan Ramadhan, terlampir adalah informasi yang mudah-mudahan
bermanfaat bagi mereka yang wajib menjalankan ibadah puasa.

Wass,

RDV

----------------------------------------------------------
myhosting.com - Premium Microsoft® Windows® and Linux web and application
hosting - http://link.myhosting.com/myhosting

15a.

[maklumat] Daftar sahabat-sahabat SK yang akan ke Bandung

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Wed Aug 20, 2008 8:35 pm (PDT)

Dear Sahabat SK,

Berikut daftar nama sahabat-sahabat SK (dari luar Bandung) yang insya Allah
akan ke Bandung pada Sabtu 23 Agustus besok untuk menghadiri launching &
diskusi buku Menggenggam Cahaya.
Bagi yang ingin ikut serta, mohon menuliskan namanya di urutan berikutnya.

1) Dani Ardiansyah
2) Epri Tsaqib
3) Lia
4) Galih
5) ....
6) ....
7) ....
8) ....
9) ....

Konfirmasi & info lebih lanjut dapat menghubungi Kang Budi Santoso
081548037375 atau Mbak Shinta 085648485428.

Yuk rame-rame kita menghadiri acara ini, sekaligus bersilaturahim dengan
sahabat-sahabat SK yang lain. Acaranya seru dan asyik. Ada pembacaan puisi,
musikalisasi cerita, diskusi & bedah buku Menggenggam Cahaya bersama Prof.
Yakub Soemarjo (Budayawan & dosen tetap STSI Bandung), Wahyu ( Pengelola TB.
Kanisius), dan tentu saja Pak Teha Sugiyo (penulis dan trainer) yang
tentunya tak asing lagi bagi sahabat-sahabat SK ^_^

Jadi tunggu apa lagi? ikutan yaaa....

-Lia
15b.

Re: [maklumat] Daftar sahabat-sahabat SK yang akan ke Bandung

Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Wed Aug 20, 2008 8:48 pm (PDT)

Wah, mbak Lia...
Insya Allah mau ikut, tapi tunggu acc dulu :D
mbak Qq, hayuuuuuuuu

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Lia Octavia"
<liaoctavia@...> wrote:
>
> Dear Sahabat SK,
>
> Berikut daftar nama sahabat-sahabat SK (dari luar Bandung) yang
insya Allah
> akan ke Bandung pada Sabtu 23 Agustus besok untuk menghadiri launching &
> diskusi buku Menggenggam Cahaya.
> Bagi yang ingin ikut serta, mohon menuliskan namanya di urutan
berikutnya.
>
> 1) Dani Ardiansyah
> 2) Epri Tsaqib
> 3) Lia
> 4) Galih
> 5) ....
> 6) ....
> 7) ....
> 8) ....
> 9) ....
>
>
> Konfirmasi & info lebih lanjut dapat menghubungi Kang Budi Santoso
> 081548037375 atau Mbak Shinta 085648485428.
>
> Yuk rame-rame kita menghadiri acara ini, sekaligus bersilaturahim
dengan
> sahabat-sahabat SK yang lain. Acaranya seru dan asyik. Ada pembacaan
puisi,
> musikalisasi cerita, diskusi & bedah buku Menggenggam Cahaya bersama
Prof.
> Yakub Soemarjo (Budayawan & dosen tetap STSI Bandung), Wahyu (
Pengelola TB.
> Kanisius), dan tentu saja Pak Teha Sugiyo (penulis dan trainer) yang
> tentunya tak asing lagi bagi sahabat-sahabat SK ^_^
>
> Jadi tunggu apa lagi? ikutan yaaa....
>
> -Lia
>

16.

FW: Re: [sekolah-kehidupan] [tulisan kaki] secarik kabar bagi penuli

Posted by: "jun an nizami" tinta_mirah@yahoo.co.id   tinta_mirah

Wed Aug 20, 2008 10:11 pm (PDT)

Okey..neng! Kenapa ga &#39;obsesi penyair gila&#39; Yg kayak di iklan rokok itu.?
Piss..ah.

----- Original Message -----
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] [tulisan kaki] secarik kabar bagi penulismuda.
Date: Thu, 21 Aug 2008 0:08:44
From: Nia Robiatun Jumiah <musimbunga@gmail.com>
To: <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>

makasih ya kang.... infonya bermanfaat sekali.. salam 'obsesi gila pujangga' hi..hi.. nia robie' 2008/8/20 jun an nizami < tinta_mirah@ yahoo.co. id >

Ini hanya sekedar bagi-bagi kabar.bukan mengajak berpaling apalagi selingkuh.
Saya hanya di minta membagikan kabar ini dari seorang pengelola situs www.penulismuda. com
bahwa,saat ini situs yang sedang dikelolanya akan segera menerbitkan buku antologi puisi seri ke2 dan antologi cerpen seri pertama.
Maka,wahai.. barang siapa yang berniat ikutan,maka dipersilahkan mendaftarkan diri dengan memenuhi seluruh ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan.
Untuk info lebih lanjut silahkan klik link yang di atas sana!

Nb: maaf jika tulisan infonya acak-acakan. karena memang ditulis secara asal-asalan. Tapi infonya sumpah beneran..

Salam_mirah: jun nizami
http://zunannizami. multiply. com

____________ _________ _________ _________ _________ _________ _
Nama baru untuk Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail.
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail. promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/

__________________________________________________________
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
----------

makasih ya kang....
infonya bermanfaat sekali..

salam 'obsesi gila pujangga'
hi..hi..
nia robie'

2008/8/20 jun an nizami <tinta_mirah@yahoo.co.id>

> Ini hanya sekedar bagi-bagi kabar.bukan mengajak berpaling apalagi
> selingkuh.
> Saya hanya di minta membagikan kabar ini dari seorang pengelola situs
> www.penulismuda.com
> bahwa,saat ini situs yang sedang dikelolanya akan segera menerbitkan buku
> antologi puisi seri ke2 dan antologi cerpen seri pertama.
> Maka,wahai..barang siapa yang berniat ikutan,maka dipersilahkan
> mendaftarkan diri dengan memenuhi seluruh ketentuan dan persyaratan yang
> telah ditetapkan.
> Untuk info lebih lanjut silahkan klik link yang di atas sana!
>
> Nb: maaf jika tulisan infonya acak-acakan.karena memang ditulis secara
> asal-asalan. Tapi infonya sumpah beneran..
>
> Salam_mirah:jun nizami
> http://zunannizami.multiply.com
>
> __________________________________________________________
> Nama baru untuk Anda!
> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan
> @rocketmail.
> Cepat sebelum diambil orang lain!
> http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
>
>
17a.

Re: kumpulakn hp dan ID YM

Posted by: "are_dier" are_dier@yahoo.co.id   are_dier

Wed Aug 20, 2008 10:11 pm (PDT)

ikutan dong...ngumpulin id YM: are_dier
klo no HP ntar aj ya????
thank's

Recent Activity
Visit Your Group
Sell Online

Start selling with

our award-winning

e-commerce tools.

Y! Messenger

Instant hello

Chat over IM with

group members.

Real Food Group

Share recipes,

restaurant ratings

and favorite meals.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: