Jumat, 02 Januari 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2449

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (25 Messages)

1a.
Re: [kelana] Bandung I'm Back From: ukhti hazimah
1b.
Re: [kelana] Bandung I'm Back From: listyarisanti
2a.
Re: [Paket Malam Tahun Baru]: What is Life? From: listyarisanti
2b.
Re: [Paket Malam Tahun Baru]: What is Life? From: Nia Robie'
3a.
Re: [Inspirasi] Manajemen Stress dan Waktu [Copas] From: teha
4.
Mengeluh (Complainerholic) From: caliyan
5a.
[Ruang Baca] You Belong to Me From: Rini Agus Hadiyono
5b.
Re: [Ruang Baca] You Belong to Me From: Bu CaturCatriks
5c.
Re: [Ruang Baca] You Belong to Me From: Rini Agus Hadiyono
6.
[Ruang Baca] Perempuan Kedua From: Rini Agus Hadiyono
7a.
(bahasa-cerpen) sebuah jalan yang jarang ditapaki From: Bu CaturCatriks
7b.
Re: (bahasa-cerpen) sebuah jalan yang jarang ditapaki From: Lia Octavia
7c.
Re: (bahasa-cerpen) sebuah jalan yang jarang ditapaki From: Bu CaturCatriks
8.
(CERPEN) PITA JANJI YANG TERLEPAS From: Divin Nahb
9a.
[Ruang Tamu] Salam Kenal :-) From: soft_iana
9b.
Re: [Ruang Tamu] Salam Kenal :-) From: Bu CaturCatriks
9c.
Re: [Ruang Tamu] Salam Kenal :-) From: teha
10.
[Catatan kaki] [Solidaritas] PENULIS SENIOR BUTUH BANTUAN KITA From: rah_ma18
11a.
Re: (catcil) masakan pertama saya From: Bu CaturCatriks
11b.
Re: (catcil) masakan pertama saya From: Bu CaturCatriks
12a.
Re: (bahasa-cerpen surealis) mimpi-mimpi sunyi From: Bu CaturCatriks
13a.
Re: (bahasa-cerpen) hari-hari nn.grey From: Bu CaturCatriks
14a.
Re: (Inspirasi) Cuci Gudang From: Bu CaturCatriks
15.
MASA KALAH SAMA ANAK KECIL? (CATATAN KAKI) From: arya noor amarsyah arya
16.
koreksi judul From: arya noor amarsyah arya

Messages

1a.

Re: [kelana] Bandung I'm Back

Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com   ukhtihazimah

Thu Jan 1, 2009 4:48 am (PST)

Masalah "dua istri" tadi sempet bikin heboh Mr. "Agus" loh hehehe...

Well, ditungguuuuuuuu kelanjutannya dan semoga gak ada perebutan laptop antara Naiba dan abinya, ntar gak kelar-kelar dah sambungannya.

:sinta:

"Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
BloG aKu & buKu
http://jendelakumenatapdunia.blogspot.com
BloG RaMe-RaMe
http://sinthionk.multiply.com ; http://sinthionk.rezaervani.com
YM : SINTHIONK

--- On Thu, 1/1/09, Hadian Febrianto <hadianf@gmail.com> wrote:
From: Hadian Febrianto <hadianf@gmail.com>
Subject: [sekolah-kehidupan] [kelana] Bandung I'm Back
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Thursday, January 1, 2009, 3:14 AM

Bandung... I'm Back

Nantikan:

1. Kelana - Sengata... Aku datang (kisah perjalanan ke Sengata).

2. Kelana - Sengata oh Sengata (kisah 10 hari di Sengata).

--

Regards,

Hadian Febrianto, S.Si

PT SAGA VISI PARIPURNA

Jl. Rereng Barong no.53 Bandung 40123

Ph/fax: (+6222) 2507537











1b.

Re: [kelana] Bandung I'm Back

Posted by: "listyarisanti" listyarisanti@yahoo.com   listyarisanti

Thu Jan 1, 2009 8:12 am (PST)

Di tunggu kang Hadiaaaaaaaaaannnnnnnn!!!!!!!

2a.

Re: [Paket Malam Tahun Baru]: What is Life?

Posted by: "listyarisanti" listyarisanti@yahoo.com   listyarisanti

Thu Jan 1, 2009 5:37 am (PST)

Life is Roller Coaster!

Berawal pada satu titik
Kita dibiarkan berjalan lambat, perlahan..

tiba di ujung bukit rel, kereta menanjak perlahan..
kemudian kita sudah berada di puncak rel

lalu tanpa ampun kembali jatuh hingga ke lembah rel
belum sempat bernafas, tiba-tiba

kepala di bawah, kaki diatas!
kereta kehidupan melewati rel sentrifugal!

berteriak
minta ampunn..
menangis..
pontang-panting..
terbanting-banting..
senang..
marah..

begitu terus, berkali-kali..

tapi pada akhirnya permainan roller coaster selesai

kita kembali di titik semula.
titik Illahi..

~ Listya Arisanti ~

2b.

Re: [Paket Malam Tahun Baru]: What is Life?

Posted by: "Nia Robie'" musimbunga@gmail.com

Fri Jan 2, 2009 2:01 am (PST)

merinding bacanya...

2009/1/1 listyarisanti <listyarisanti@yahoo.com>

> Life is Roller Coaster!
>
> Berawal pada satu titik
> Kita dibiarkan berjalan lambat, perlahan..
>
> tiba di ujung bukit rel, kereta menanjak perlahan..
> kemudian kita sudah berada di puncak rel
>
> lalu tanpa ampun kembali jatuh hingga ke lembah rel
> belum sempat bernafas, tiba-tiba
>
> kepala di bawah, kaki diatas!
> kereta kehidupan melewati rel sentrifugal!
>
> berteriak
> minta ampunn..
> menangis..
> pontang-panting..
> terbanting-banting..
> senang..
> marah..
>
> begitu terus, berkali-kali..
>
> tapi pada akhirnya permainan roller coaster selesai
>
> kita kembali di titik semula.
> titik Illahi..
>
> ~ Listya Arisanti ~
>
>
>
3a.

Re: [Inspirasi] Manajemen Stress dan Waktu [Copas]

Posted by: "teha" teha.sugiyo@toserbayogya.com

Thu Jan 1, 2009 5:28 pm (PST)

terima kasih novi. itu memang pelajaran standar dari 7 habits covey. di
samping mengelola stres, juga menentukan skala prioritas, mendahulukan
yang utama, yang merupakan habit ke-3 dari 7 habits. lengkapnya 7 habits
itu adalah: (1) jadilah proaktif, (2) mulailah dengan merujuk pada
tujuan akhir, (3) dahulukan yang utama, (4) berpikir menang-menang, (5)
berusahalah mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti, (6) wujudkan
sinergi, dan (7) asahlah gergaji.
sekali lagi terima kasih telah menyegarkan ingatan saya atas pelajaran
covey 12 tahun silam. hwahwahwa... tetap semangat di tahun 2009!

novi khansa' wrote:
> *Semangaaaaaaaaaat ;)
> Manajemen Stress*
> Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat
> lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah
> dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan bawa
> pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada di
> pundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa.
>
> *Manajemen Waktu*
> JIKA BUKAN BATU BESAR YANG PERTAMA KALI KAMU MASUKKAN, MAKA KAMU TIDAK
> AKAN
> PERNAH DAPAT MEMASUKKAN BATU BESAR ITU KE DALAM TOPLES TERSEBUT.
>
> "Apakah batu-batu besar dalam hidupmu? Mungkin anak-anakmu,
> suami/istrimu, orang-orang yg kamu sayangi, persahabatanmu,
> kesehatanmu, mimpi-mimpimu. Hal-hal yg kamu anggap paling berharga
> dalam hidupmu. Ingatlah untuk selalu meletakkan batu-batu besar
> tersebut sebagai yg pertama, atau kamu tidak akan pernah punya waktu
> untuk memperhatikannya. Jika kamu mendahulukan hal-hal yang kecil
> dalam prioritas waktumu, maka kamu hanya memenuhi hidupmu dengan
> hal-hal yang kecil, kamu tidak akan punya waktu untuk melakukan hal
> yang besar dan berharga dalam hidupmu".
>
> Selamat mengisi hidup
>
>
> s to easy recipes - join the Group from Kraft Foods
> <http://us.ard.yahoo.com/SIG=13rmtnabl/M=493064.12016295.13271503.10835568/D=groups/S=1707531505:MKP1/Y=YAHOO/EXP=1230800464/L=/B=XflMZ0LaX.A-/J=1230793264604550/A=5530388/R=0/SIG=11nuutlas/*http://explore.yahoo.com/groups/kraftmealsmadesimple/>
>
> Yahoo! Groups
> <http://groups.yahoo.com/;_ylc=X3oDMTJlaXRjbmtlBF9TAzk3NDc2NTkwBGdycElkAzE4MjUzNTg0BGdycHNwSWQDMTcwNzUzMTUwNQRzZWMDZnRyBHNsawNnZnAEc3RpbWUDMTIzMDc5MzI2NA-->
>
> Change settings via the Web
> <http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan/join;_ylc=X3oDMTJnaDNoZ2Y5BF9TAzk3NDc2NTkwBGdycElkAzE4MjUzNTg0BGdycHNwSWQDMTcwNzUzMTUwNQRzZWMDZnRyBHNsawNzdG5ncwRzdGltZQMxMjMwNzkzMjY0>
> (Yahoo! ID required)
> Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest
> <mailto:sekolah-kehidupan-digest@yahoogroups.com?subject=Email%20Delivery:%20Digest>
> | Switch format to Traditional
> <mailto:sekolah-kehidupan-traditional@yahoogroups.com?subject=Change%20Delivery%20Format:%20Traditional>
>
> Visit Your Group
> <http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan;_ylc=X3oDMTJldmNhNTZqBF9TAzk3NDc2NTkwBGdycElkAzE4MjUzNTg0BGdycHNwSWQDMTcwNzUzMTUwNQRzZWMDZnRyBHNsawNocGYEc3RpbWUDMTIzMDc5MzI2NA-->
> | Yahoo! Groups Terms of Use <http://docs.yahoo.com/info/terms/> |
> Unsubscribe
> <mailto:sekolah-kehidupan-unsubscribe@yahoogroups.com?subject=>
> Recent Activity
>
> *
> 62
> New Members
> <http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan/members;_ylc=X3oDMTJnczQwNGF2BF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzE4MjUzNTg0BGdycHNwSWQDMTcwNzUzMTUwNQRzZWMDdnRsBHNsawN2bWJycwRzdGltZQMxMjMwNzkzMjY0>
>
> Visit Your Group
> <http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan;_ylc=X3oDMTJmNXQ4cHJhBF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzE4MjUzNTg0BGdycHNwSWQDMTcwNzUzMTUwNQRzZWMDdnRsBHNsawN2Z2hwBHN0aW1lAzEyMzA3OTMyNjQ->
>
> Y! Messenger
>
> PC-to-PC calls
> <http://us.ard.yahoo.com/SIG=13oqu0t1q/M=493064.12016274.12445679.8674578/D=groups/S=1707531505:NC/Y=YAHOO/EXP=1230800464/L=/B=XvlMZ0LaX.A-/J=1230793264604550/A=3848586/R=0/SIG=12dds2hov/*http://us.rd.yahoo.com/evt=42403/*http://messenger.yahoo.com/feat_voice.php>
>
> Call your friends
>
> worldwide - free!
>
> Yahoo! Groups
>
> Going Green Zone
> <http://us.ard.yahoo.com/SIG=13o193m19/M=493064.12016272.13280354.8674578/D=groups/S=1707531505:NC/Y=YAHOO/EXP=1230800464/L=/B=X_lMZ0LaX.A-/J=1230793264604550/A=5541753/R=0/SIG=11ckn2mo6/*http://advision.webevents.yahoo.com/green/>
>
> Resources for a greener planet.
>
> Resources for a greener you.
>
> All-Bran
>
> Day 10 Club
> <http://us.ard.yahoo.com/SIG=13o0enk53/M=493064.12016283.12445687.8674578/D=groups/S=1707531505:NC/Y=YAHOO/EXP=1230800464/L=/B=YPlMZ0LaX.A-/J=1230793264604550/A=5202317/R=0/SIG=11aijbghb/*http://new.groups.yahoo.com/allbrangroup>
>
> on Yahoo! Groups
>
> Feel better with fiber.
>
> .
>
>

4.

Mengeluh (Complainerholic)

Posted by: "caliyan" yayan_unj@yahoo.com   c_al_iyan

Thu Jan 1, 2009 5:54 pm (PST)

"Kenapa sih begini, kenapa tidak begitu saja…!??"

Suatu hari seekor ikan di lautan berenang ke tepian pantai. Ikan yang
telah malang melintang di dunia laut. Kucoba terka umurnya, sekitar 10
tahun. Berenang tak tentu arah dan tak tahu sudah berada dimana.
Sehingga ia memutuskan untuk mengikuti perahu nelayan yang akan pulang
menuju pantai. Dalam hatinya ikan berkata, "saatnya tiba menuju pantai
dan sebuah tempat yang kurindukan sejak dahulu `daratan'." Ikan begitu
excited menuju daratan. Tak sedetikpun pandangannya lepas dari
mengikuti arah perahu nelayan. Semakin lama semakin mendekat. "Pantai,
daratan, ah indahnya, aku akan berjalan di tepian pantai menghilangkan
bosan berada di lautan berenang tanpa arah". Ikan mulai mendekat. Di
pantai itu air makin dangkal. Ikan telah mengeluh selama 10 tahun
kenapa ia berada di laut tidak di darat saja agar bisa berjalan-jalan.
Tak dihiraukannya juga pantai yang hanya berisi sapuan air laut.
Sekuat tenaga berenang hingga ikan terjebak dan mati kelelahan. Di
penghujung ajalnya ia tersadar bahwa ia terlalu banyak mengeluh. Ikan
telah sadar bahwa semua telah di takdirkan untuknya berada di lautan,
berenang bukan berjalan. Ikan mati tanpa manfaat. Memperjuangkan
sebuah keluhan tak berdasar, "Kenapa sih begini, kenapa tidak begitu
saja…!??".

Kawan, pernahkah menghitung intensitas mengeluh kita setiap hari.
Membuatnya dalam sebuah buku register. Dalam buku register tersebut
terdapat menu seperti: topic mengeluh, tanggal, tahun, jam, bahkan
kepada siapa kita mengeluh. Semuanya tentang keluhan benar-benar
tertulis didalamnya. "Fiyuhhhh, pasti kita tak akan sanggup membacanya
kembali setelah menuliskannya karena terlalu banyaknya intensitas
mengeluh yang dilakukan.

Mengeluh, kawan adalah sebuah kata sederhana yang dapat timbul akibat
dari: ketika masih kecil dia merasa tertolak, merasa jelek, merasa
tidak berharga, merasa disingkirkan, sehingga ada keinginan sangat
mendalam seakan tidak dapat terpuaskan buat diterima, ingin berharga,
ingin disayang. Buat mendapatkan kembali suatu yang hilang tersebut,
dia harus menjelekkan, menghina, dan mengkritik habis orang, system di
sekitarnya agar dirinya tampak lebih berharga, lebih patut diterima,
lebih disayang.

Lalu apa akibat dari mengeluh?. Kawan satu hal yang pasti tentu
mengeluh amat dibenci orang sekitarnya. Tetapi mungkin kalau si
pengeluh berada dalam sebuah kumpulan pengeluh. Maksudnya yang
dikeluhkan topiknya sama antara si pengeluh satu, pengeluh dua,
pengeluh tiga, he he he banyak juga ya pengeluhnya. Yang pasti kawan,
tak ada yang suka saat mendengar sebuah keluhan.

Bagaimana solusi untuk mengurangi intensitas mengeluh kita? Begini
kawan, sepertinya harus menuliskan sebuah referensi ilmiah dari
seorang psikolog yang telah berpengalaman. Menurut Leila Ch Budiman
(psikolog)mengatakan bagaimana mengurangi intensitas mengeluh kita, yaitu:
1. Ganti topik percakapan.
Kalau kita sudah mulai kumat lagi dengan berbagai keluhan, gantilah
topik pembicaraan. Misalnya, "Pegawai baru tuh sok ambil hati,
cengar-cengir melulu, enggak kenal juga sok tahu." Alihkan saja jadi,
"Sekarang kita mau ke mana nih?"
2. Beri arah yang tepat.
Kalau kita mulai mengeluh tentang kantor, toko swalayan, atau kos,
bilang saja, "Salah alamat nih, coba deh complain ke direktunya,
jangan sama gue."
3. Katakan batas.
Complainerholic ini selalu mencari sampai batas maksimal daya tahan
perut Anda. Katakan sebelumnya ada batas pembicaraan, kalau terus
mengeluh aku emoh. Jangan sungkan untuk mengatakan "Sudah ah, bosan."
4. Buat gurauan.
Yang diinginkan para pengeluh kronis ini adalah agar para pendengarnya
bersimpati dan ikut pandangannya. Padahal, jika sikap ini terus
didapatnya, maka dia akan tambah menggebu-gebu keluhannya. Buatlah
gurauan agar dia mengerti pandangannya itu tidak simpatik. Misalnya
kalau dia mulai mengeluh lagi, bisa dikomentari, "Wah mulai mendung
lagi nih. Ganti arah deh."
5. Gunakan keahlian.
Tukang keluh ini bisa digunakan jadi tukang kritik di kantor,
pemerintahan, atau perusahaan bagian kontrol kualitas. Saran-sarannya
dapat dipertimbangkan, asal jangan bulat-bulat percaya, nanti pegawai
pada bubar, atau sang direktur tambah stres.
6. Perluas wawasan.
Pengeluh kronis sangat self centered, terlalu sibuk dengan pikirannya
sendiri. Perlu diperluas wawasannya dengan meminta agar dia membaca
berbagai koran dan majalah. Jadi, kita dapat melihat bahwa banyak
derita dunia jauh lebih hebat ketimbang urusan WC kosnya dan soal
ajakan ke toko swalayan.
7. Suruh mengaca.
Kalau kita sedang sewot, dapat perlihatkan kaca agar kita dapat
melihat wajahnya yang sangar di kaca, boleh juga divideo kalau ada.
8. Pergi.
Kawan, tentu saja kita tidak mau nasib kisah ikan yang selalu mengeluh
karena di berikan kehidupan di laut. Lalu mengeluh dan ingin berada di
daratan berjalan hingga akhirnya mati. Padahal boleh jadi, kawan si
ikan akan banyak manfaatnya bagi sekitarnya apabila selalu mencari
manfaat dari hidup yang telah digariskan padanya yang telah berada di
laut. So, bukankan bersyukur, sabar dan sholat sebagai penolong kita
umat muslim. Dan beruntunglah orang yang mampu mengendalikan nafsu
amarahnya yang di keluarkan lewat keluahan. Mulai sekarang! Kurangi
yuk intensitas mengeluh kita. Agar hidup penuh berkah dan makna. Amin.
Wallahu'alam

http://ya2nya2n.multiply.com

5a.

[Ruang Baca] You Belong to Me

Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Thu Jan 1, 2009 6:01 pm (PST)

Judul terjemahan: Kau Milikku

Penulis: Mary Higgins Clark

Penerjemah: Rina Buntaran

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 400 halaman

Cetakan: ke-2, Agustus 2000

Beli di: bukubagus.com

Harga: 30 ribuan (second)

Skor: 8,25

Beberapa komentar dari member Goodreads:

First of Mary Higgins Clark's book I ever read. She had me hooked
from the beginning. (Amanda, bintang 4)

This was a fun read. I've only read one other MHC book. I like the
suspense and mystery.
I appreciate that although the book contains murders, it is not
graphic. I can read about these horrific events but not have
disturbing images haunt my mind (unlike Law & Order and CSI shows - I
have a hard time getting those images out of my head).
(Laura, bintang 3)

Mary Higgins Clark never disappoints. But this book hit a little
close to home, because it involves a man who seduces women traveling
alone and then kills them. I'll definitely think twice if I meet a
guy while traveling alone.

(Jessica, bintang 4)

Berhati-hatilah jika Anda seorang wanita dan bepergian sendirian ke
tempat yang jauh, khususnya naik kapal layar. Demikian pesan Mary
Higgins Clark dalam novel ini. Anda mungkin bertemu seorang pria yang
menarik, tetapi ternyata identitasnya palsu dan mengincar Anda untuk
menjadikan korban..sesuai lirik lagu You Belong to Me sebagai pedoman
lokasi penyimpanan mayatnya.

Susan Chandler mengangkat kematian misterius Regina Clausen pasca
pelayaran di kapal Gabrielle melalui siaran radionya. Psikolog ini
mengundang psikolog lain yang menulis buku berjudul Wanita-wanita
yang Hilang, Donald Richards. Ditengarai Don menyimpan duka selama
empat tahun karena istrinya meninggal dalam kecelakaan dan terus
menyalahkan dirinya sendiri, terlebih Kathy ternyata sedang hamil.

Karakter Susan mengingatkan saya pada wanita-wanita kuat dan elok
rupawan dalam novel Sidney Sheldon. Dengan bahasa yang cair,
problematika rumit terhidang lancar tanpa hambatan. Tak ada yang
menjemukan, tak ada yang ingin saya lewatkan dari halaman demi
halaman. Susan sangat mengasihi ibunya, bahkan rasa frustrasi sang
ibu setelah dikhianati ayahnya itulah yang membuat ia meninggalkan
posisi asisten jaksa wilayah dan beralih menjadi doktor psikologi
klinis.

"Tapi lalu aku menangani kasus di mana seorang wanita membunuh suami
yang akan meninggalkannya. Dia divonis lima belas tahun penjara. Aku
takkan pernah melupakan mimik tidak percaya di wajahnya ketika dia
mendengar hukumannya. Aku hanya dapat berpikir seandainya dia
tertangkap sebelum terlanjur membunuh, lalu mendapat bantuan
psikolog, dan bisa melepaskan kemarahannya sebelum hal itu
menghancurkannya.." (hal. 212)

Dialog dua pikolog ini menambah daya pikat novel MHC yang baru
pertama saya akrabi. Aroma thriller menguar kental, tanpa membuat
bulu kuduk merinding atau mimpi buruk segala. Cukup dengan kalimat
seperti ini.

"Aku akan mendatangimu diterangi sinar bulan, meski neraka
menghalangi sekalipun." (hal. 204)

MHC juga tidak berlebihan mengumbar karakteristik sempurna dalam
penampilan fisik seseorang. Semua berpotensi menjadi tersangka. Semua
punya sisi kelam. Saya menikmati sekali cara Susan mendekatkan diri
lagi dengan ayahnya, yang ternyata masih sangat menyayanginya,
sedangkan ibu tirinya berkaok-kaok dengan muka dua. Problem Susan
dengan Dee, yang manipulatif dan pernah memikat lelaki yang dekat
dengan adiknya itu. Renungan Susan ketika merasa tak nyaman mencari-
cari petunjuk di antara barang pribadi Carolyn Wells, meski
disaksikan Justin suaminya dan Pam, sahabatnya, tak kalah menarik. Ia
berpikir, bagaimana jika dirinya yang digeledah begitu rupa dan apa
yang harus disingkirkannya.

Tiga perempat buku, saya tergoda untuk mengintip akhirnya. Tapi
setelah bersabar mengurai pecahan teka-teki ini, ternyata sang pelaku
sangat di luar dugaan dan sesuai selera saya..mempunyai motif yang
tak terbayangkan pula. Suspense yang kuat dengan nuansa psikologis.
Sungguh hebat Jeng Dedew bisa menerka minat baca saya sehingga
merekomendasikan Mary Higgins. Makasih, Dew.

5b.

Re: [Ruang Baca] You Belong to Me

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Thu Jan 1, 2009 10:57 pm (PST)

wah, aku juga suka baca mary higgins, mbak.
thanks ya reviewnya.
oya, aku baru tau, ternyata bukan cuma aku ya, yg pensaran intip
endingpas baca novel thriller, hehehe. biasanya aku gitu di agatha
christie (keburu pingin tahu, bener nggak tebakanku, bhw pembunuhnya
si anu) atau conan, hehehe.

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Rini Agus Hadiyono"
<rinurbad@...> wrote:
>
> Judul terjemahan: Kau Milikku
>
> Penulis: Mary Higgins Clark
>
> Penerjemah: Rina Buntaran
>
> Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
>
> Tebal: 400 halaman
>
> Cetakan: ke-2, Agustus 2000
>
> Beli di: bukubagus.com
>
> Harga: 30 ribuan (second)
>
> Skor: 8,25
>
>
>
> Beberapa komentar dari member Goodreads:
>
> First of Mary Higgins Clark's book I ever read. She had me hooked
> from the beginning. (Amanda, bintang 4)
>
> This was a fun read. I've only read one other MHC book. I like the
> suspense and mystery.
> I appreciate that although the book contains murders, it is not
> graphic. I can read about these horrific events but not have
> disturbing images haunt my mind (unlike Law & Order and CSI shows - I
> have a hard time getting those images out of my head).
> (Laura, bintang 3)
>
> Mary Higgins Clark never disappoints. But this book hit a little
> close to home, because it involves a man who seduces women traveling
> alone and then kills them. I'll definitely think twice if I meet a
> guy while traveling alone.
>
> (Jessica, bintang 4)
>
> Berhati-hatilah jika Anda seorang wanita dan bepergian sendirian ke
> tempat yang jauh, khususnya naik kapal layar. Demikian pesan Mary
> Higgins Clark dalam novel ini. Anda mungkin bertemu seorang pria yang
> menarik, tetapi ternyata identitasnya palsu dan mengincar Anda untuk
> menjadikan korban..sesuai lirik lagu You Belong to Me sebagai pedoman
> lokasi penyimpanan mayatnya.
>
> Susan Chandler mengangkat kematian misterius Regina Clausen pasca
> pelayaran di kapal Gabrielle melalui siaran radionya. Psikolog ini
> mengundang psikolog lain yang menulis buku berjudul Wanita-wanita
> yang Hilang, Donald Richards. Ditengarai Don menyimpan duka selama
> empat tahun karena istrinya meninggal dalam kecelakaan dan terus
> menyalahkan dirinya sendiri, terlebih Kathy ternyata sedang hamil.
>
> Karakter Susan mengingatkan saya pada wanita-wanita kuat dan elok
> rupawan dalam novel Sidney Sheldon. Dengan bahasa yang cair,
> problematika rumit terhidang lancar tanpa hambatan. Tak ada yang
> menjemukan, tak ada yang ingin saya lewatkan dari halaman demi
> halaman. Susan sangat mengasihi ibunya, bahkan rasa frustrasi sang
> ibu setelah dikhianati ayahnya itulah yang membuat ia meninggalkan
> posisi asisten jaksa wilayah dan beralih menjadi doktor psikologi
> klinis.
>
> "Tapi lalu aku menangani kasus di mana seorang wanita membunuh suami
> yang akan meninggalkannya. Dia divonis lima belas tahun penjara. Aku
> takkan pernah melupakan mimik tidak percaya di wajahnya ketika dia
> mendengar hukumannya. Aku hanya dapat berpikir seandainya dia
> tertangkap sebelum terlanjur membunuh, lalu mendapat bantuan
> psikolog, dan bisa melepaskan kemarahannya sebelum hal itu
> menghancurkannya.." (hal. 212)
>
> Dialog dua pikolog ini menambah daya pikat novel MHC yang baru
> pertama saya akrabi. Aroma thriller menguar kental, tanpa membuat
> bulu kuduk merinding atau mimpi buruk segala. Cukup dengan kalimat
> seperti ini.
>
> "Aku akan mendatangimu diterangi sinar bulan, meski neraka
> menghalangi sekalipun." (hal. 204)
>
> MHC juga tidak berlebihan mengumbar karakteristik sempurna dalam
> penampilan fisik seseorang. Semua berpotensi menjadi tersangka. Semua
> punya sisi kelam. Saya menikmati sekali cara Susan mendekatkan diri
> lagi dengan ayahnya, yang ternyata masih sangat menyayanginya,
> sedangkan ibu tirinya berkaok-kaok dengan muka dua. Problem Susan
> dengan Dee, yang manipulatif dan pernah memikat lelaki yang dekat
> dengan adiknya itu. Renungan Susan ketika merasa tak nyaman mencari-
> cari petunjuk di antara barang pribadi Carolyn Wells, meski
> disaksikan Justin suaminya dan Pam, sahabatnya, tak kalah menarik. Ia
> berpikir, bagaimana jika dirinya yang digeledah begitu rupa dan apa
> yang harus disingkirkannya.
>
> Tiga perempat buku, saya tergoda untuk mengintip akhirnya. Tapi
> setelah bersabar mengurai pecahan teka-teki ini, ternyata sang pelaku
> sangat di luar dugaan dan sesuai selera saya..mempunyai motif yang
> tak terbayangkan pula. Suspense yang kuat dengan nuansa psikologis.
> Sungguh hebat Jeng Dedew bisa menerka minat baca saya sehingga
> merekomendasikan Mary Higgins. Makasih, Dew.
>

5c.

Re: [Ruang Baca] You Belong to Me

Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Fri Jan 2, 2009 12:17 am (PST)

Sama-sama, Retno.
Sejauh ini baru Sheldon yang sanggup menahanku untuk nggak lompat ke
ending. Nanti kejutannya berkurang, dong:)
Kalau Agatha, aku baru baca dua buku. Kayaknya nggak begitu suka
cerita detektif, walaupun masih mau coba baca Holmes dan Poirot (jika
dia jadi tokoh utama).
Terus membaca dan menulis ya:)

salam,
Rinurbad

6.

[Ruang Baca] Perempuan Kedua

Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Thu Jan 1, 2009 6:23 pm (PST)

Penulis: Labibah Zain

Penerbit: Jalasutra

Tebal: xii + 127 halaman

Cetakan: I, Agustus 2008

Skor: 8,25

Jangan pandang remeh penampilan fisiknya yang tipis. Dengan tatanan
huruf rapi, Labibah Zain menggulirkan buah pikiran melalui keragaman
karakter dan sudut pandang. Karena semua cerpennya bagus, saya akan
berikan nilai satu demi satu.

Aina: 8

Kisah tentang perkawinan wanita keturunan Arab yang seyogyanya
dipasangkan dengan sesama berdarah Arab. Endingnya memikat.

Perempuan Kedua: 8,5

Meminjam sudut pandang lelaki, dengan bahasa yang tidak vulgar
kendati ada adegan intim di salah satu halaman. Endingnya keren
banget.

Sepotong Wajah: 8

DIjodohkan tidak selalu menimbulkan kesengsaraan. Di sini suami
pilihan orangtua digambarkan baik dan tampan. Satu kutipan
mengesankan: "Komunikasi antara dua orang yang masih saling cinta
tetapi gagal bersatu karena tadkir akan jadi hubungan tidak sehat.:
(hal. 27)

Fragmen Musim Gugur: 8

Mengajak perempuan tetap melek dan realistis, secinta-cintanya dia
pada seorang lelaki.

Perempuan Pencari Dada Ibu: 8,25

Sangat mengharu biru. Bahasa puitis sejak awal paragraf sudah
membetot mata untuk terus membaca. "Kata-katanya nyanyian malaikat.
Wajahnya pancaran pelangi." (hal. 46)

Celana Dalam: 8,25

Berwarna mistis dan menyiratkan takhyul, yang masih mendekam di
kalangan masyarakat kita. Merinding karena membacanya pas malam hari.
Cerpen ini mengukuhkan alasan judul Perempuan Kedua di kaver buku,
sebab karakternya pun seorang istri kedua.

Kamar Berlumut: 8

Penyesalan tak pernah datang di muka. Meski khilaf sejenak, dampaknya
bisa sepanjang masa. Demikian pesan dari cerpen ini.

Layli: 8

Kisah tragis seorang wanita berpendidikan tinggi yang menyusun tesis
mengenai kekerasan terhadap perempuan, tapi ia sendiri tak kuasa
menyingkirkan amukan suaminya.

Mak'e: 8

Cerpen ini sedikit mengingatkan saya pada kampung halaman Mas Agus.
Akhirnya agak bisa diterka, namun saya tetap tersentak ketika tebakan
itu benar.

Perempuan Cahaya: 8

Dengan latar belakang tsunami dipadukan persahabatan, kisah ini
terasa menyentuh. Tanpa bersendu-sendu secara over dosis tentunya.

Rumah di Seberang Kuburan: 8,5

Teguran keras bahwa kita jangan berani-berani berpikir pendek,
menggampangkan utang, karena tidak pernah tahu apa yang terjadi hari
esok. Dengan permainan metafora, Labibah Zain menegaskan hal itu.

Awan Menangkap Rembulan: 8,5

Lagi-lagi penulis membuat saya ternganga dengan gaya tuturnya dan
penutup yang tak disangka-sangka. Potret pahit para TKW yang mengadu
nasib demi kesehatan ekonomi keluarga.

Hari Ini Ada yang Mati Lagi: 8,5

Judulnya saja sudah membuat saya jatuh cinta. Cerpen yang sangat
membumi, menunjukkan kepekaan Labibah pada peristiwa-peristiwa aktual
di tanah air kendati beliau nun jauh di Kanada sana. Kasus yang
terkesan 'remeh' tapi kerap terabaikan oleh mata hati kita, bunuh
diri di kalangan pelajar kurang mampu.

Singkatnya, ending semua cerpen adalah pesona utama buku ini. Luar
biasa, Labibah tak hanya dapat menuturkan memoar singkatnya dengan
nada gurauan penuh semangat seperti yang pernah saya baca di The Real
Dezperate Housewives.

Terima kasih, Kang Iwok, yang telah menghadiahkan kumpulan cerpen
ini. Saya banyak sekali belajar dari isinya.

7a.

(bahasa-cerpen) sebuah jalan yang jarang ditapaki

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Thu Jan 1, 2009 6:23 pm (PST)

SEBUAH JALAN YANG JARANG DITAPAKI
oleh retnadi nur'aini

Ada sebuah jalan yang jarang ditapaki. Begitu jarangnya kaki-kaki
menjejak, sampai-sampai tak ada tangan yang cukup peduli untuk
membabati rerumputan yang tumbuh di sampingnya. Yang membuat semak
belukar dan alang-alang setinggi dada tumbuh liar melebar sampai
menutupi bahu jalan dan membuat tubuh jalan gatal-gatal. Tanpa punya
kemampuan untuk menggaruk, ataupun menaburkan bedak.

Tidak seperti jalan lain yang dipenuhi lampu-lampu hias yang
berkelap-kelip, di jalan ini bahkan tak ada satupun juga alat
penerang. Yang membuat jalan ini berwarna hitam pekat saat malam
menjelang. Dan membuat orang makin enggan untuk datang.

Karena di jalan ini, juga tak tersedia satupun juga rambu-rambu
petunjuk jalan. Padahal, jalinan anak-anak jalannya bercabang-cabang
dengan demikian rumitnya. Salah langkah sedikit saja, akan segera
terdengar desis marah ular berbisa mematikan. Yang meski sarangnya
tersebar di seluruh tubuh jalan seperti jebakan, namun sepanjang
harinya tetap bersikap tak ramah pada tubuh jalan tempatnya menumpang.
Tambahkan dengan banyaknya anak jalan yang buntu, maka jalan ini pun
terkenal sebagai satu rangkai labirin yang sukses menyesatkan.

Sayangnya, meski terkenal, jalan ini tak pernah punya teman. Tak ada
satupun orang yang sudi ambil resiko untuk membangun pondok permanen
di dekatnya, dan menjadi temannya bicara ataupun bercerita. Sesekali,
memang ada beberapa mobil caravan yang transit. Itupun hanya karena
mobil-mobil yang malang ini tersesat. Yang membuat mereka terpaksa
bermalam satu dua hari dengan pintu mobil tertutup rapat, untuk
kemudian esoknya segera tancap gas tanpa pamit. "Jalan ini kelewat
melelahkan untuk kami," begitulah alasan mereka.

Alasan yang saat sampai ke telinga Matahari, membuatnya makin enggan
untuk menyinari jalan ini. Pun seluruh tubuh jalan telah dipenuhi
jamur akibat lembabnya cuaca dan guyuran hujan, tetap saja Matahari
jarang datang. "Toh disana juga sangat sedikit ada bentuk kehidupan,"
begitulah Matahari beralasan.

Alasan-alasan yang akan selalu dipermaklumkan orang-orang.
Bahkan juga alasan mengapa di jalan ini tak ditemukan sepotong pun
papan nama. "Toh jalan itu juga jarang ditapaki orang. Buat apa
repot-repot pasang papan nama?" demikian orang-orang beralasan, untuk
kemudian kembali meneruskan kesibukan.

Jadi begitulah, malam demi malam yang tak berujung dilewati jalan ini.
Sementara tetesan hujan setajam jarum menusuki dan melubangi kulitnya
tanpa henti. Membuat tulang-tulangnya yang ngilu bergemeletukan dua
menit sekali.

Tergugu menggigit bibir menahan getirnya sepi dan nyeri hati, jalan
yang jarang ditapaki ini pun pada akhirnya, hanya bisa meringkuk
sendirian.

Dan menghela satu napas panjang.

7b.

Re: (bahasa-cerpen) sebuah jalan yang jarang ditapaki

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Thu Jan 1, 2009 9:28 pm (PST)

Jalan yang jarang ditapaki ini sendiri mungkin tidak tahu bahwa bila
orang-orang melaluinya, mereka akan melihat pelangi yang membusur dan
berpendar di ujung labirinnya. Pelangi yang takkan pernah tenggelam
karena Matahari pun tidak mau menjadi saingannya. ^_^

such a nice & deeply meaning short story, mbak retno ^_^
thanks for sharing with us

Salam
Lia

On 1/2/09, Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com> wrote:
>
> SEBUAH JALAN YANG JARANG DITAPAKI
> oleh retnadi nur'aini
>
> Ada sebuah jalan yang jarang ditapaki. Begitu jarangnya kaki-kaki
> menjejak, sampai-sampai tak ada tangan yang cukup peduli untuk
> membabati rerumputan yang tumbuh di sampingnya. Yang membuat semak
> belukar dan alang-alang setinggi dada tumbuh liar melebar sampai
> menutupi bahu jalan dan membuat tubuh jalan gatal-gatal. Tanpa punya
> kemampuan untuk menggaruk, ataupun menaburkan bedak.
>
> Tidak seperti jalan lain yang dipenuhi lampu-lampu hias yang
> berkelap-kelip, di jalan ini bahkan tak ada satupun juga alat
> penerang. Yang membuat jalan ini berwarna hitam pekat saat malam
> menjelang. Dan membuat orang makin enggan untuk datang.
>
> Karena di jalan ini, juga tak tersedia satupun juga rambu-rambu
> petunjuk jalan. Padahal, jalinan anak-anak jalannya bercabang-cabang
> dengan demikian rumitnya. Salah langkah sedikit saja, akan segera
> terdengar desis marah ular berbisa mematikan. Yang meski sarangnya
> tersebar di seluruh tubuh jalan seperti jebakan, namun sepanjang
> harinya tetap bersikap tak ramah pada tubuh jalan tempatnya menumpang.
> Tambahkan dengan banyaknya anak jalan yang buntu, maka jalan ini pun
> terkenal sebagai satu rangkai labirin yang sukses menyesatkan.
>
> Sayangnya, meski terkenal, jalan ini tak pernah punya teman. Tak ada
> satupun orang yang sudi ambil resiko untuk membangun pondok permanen
> di dekatnya, dan menjadi temannya bicara ataupun bercerita. Sesekali,
> memang ada beberapa mobil caravan yang transit. Itupun hanya karena
> mobil-mobil yang malang ini tersesat. Yang membuat mereka terpaksa
> bermalam satu dua hari dengan pintu mobil tertutup rapat, untuk
> kemudian esoknya segera tancap gas tanpa pamit. "Jalan ini kelewat
> melelahkan untuk kami," begitulah alasan mereka.
>
> Alasan yang saat sampai ke telinga Matahari, membuatnya makin enggan
> untuk menyinari jalan ini. Pun seluruh tubuh jalan telah dipenuhi
> jamur akibat lembabnya cuaca dan guyuran hujan, tetap saja Matahari
> jarang datang. "Toh disana juga sangat sedikit ada bentuk kehidupan,"
> begitulah Matahari beralasan.
>
> Alasan-alasan yang akan selalu dipermaklumkan orang-orang.
> Bahkan juga alasan mengapa di jalan ini tak ditemukan sepotong pun
> papan nama. "Toh jalan itu juga jarang ditapaki orang. Buat apa
> repot-repot pasang papan nama?" demikian orang-orang beralasan, untuk
> kemudian kembali meneruskan kesibukan.
>
> Jadi begitulah, malam demi malam yang tak berujung dilewati jalan ini.
> Sementara tetesan hujan setajam jarum menusuki dan melubangi kulitnya
> tanpa henti. Membuat tulang-tulangnya yang ngilu bergemeletukan dua
> menit sekali.
>
> Tergugu menggigit bibir menahan getirnya sepi dan nyeri hati, jalan
> yang jarang ditapaki ini pun pada akhirnya, hanya bisa meringkuk
> sendirian.
>
> Dan menghela satu napas panjang.
>
>
>
7c.

Re: (bahasa-cerpen) sebuah jalan yang jarang ditapaki

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Thu Jan 1, 2009 10:40 pm (PST)

:) thanks for reading, mbak lia
and many thanks for everything :)

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Lia Octavia"
<liaoctavia@...> wrote:
>
> Jalan yang jarang ditapaki ini sendiri mungkin tidak tahu bahwa bila
> orang-orang melaluinya, mereka akan melihat pelangi yang membusur dan
> berpendar di ujung labirinnya. Pelangi yang takkan pernah tenggelam
> karena Matahari pun tidak mau menjadi saingannya. ^_^
>
> such a nice & deeply meaning short story, mbak retno ^_^
> thanks for sharing with us
>
> Salam
> Lia
>
>
> On 1/2/09, Bu CaturCatriks <punya_retno@...> wrote:
> >
> > SEBUAH JALAN YANG JARANG DITAPAKI
> > oleh retnadi nur'aini
> >
> > Ada sebuah jalan yang jarang ditapaki. Begitu jarangnya kaki-kaki
> > menjejak, sampai-sampai tak ada tangan yang cukup peduli untuk
> > membabati rerumputan yang tumbuh di sampingnya. Yang membuat semak
> > belukar dan alang-alang setinggi dada tumbuh liar melebar sampai
> > menutupi bahu jalan dan membuat tubuh jalan gatal-gatal. Tanpa punya
> > kemampuan untuk menggaruk, ataupun menaburkan bedak.
> >
> > Tidak seperti jalan lain yang dipenuhi lampu-lampu hias yang
> > berkelap-kelip, di jalan ini bahkan tak ada satupun juga alat
> > penerang. Yang membuat jalan ini berwarna hitam pekat saat malam
> > menjelang. Dan membuat orang makin enggan untuk datang.
> >
> > Karena di jalan ini, juga tak tersedia satupun juga rambu-rambu
> > petunjuk jalan. Padahal, jalinan anak-anak jalannya bercabang-cabang
> > dengan demikian rumitnya. Salah langkah sedikit saja, akan segera
> > terdengar desis marah ular berbisa mematikan. Yang meski sarangnya
> > tersebar di seluruh tubuh jalan seperti jebakan, namun sepanjang
> > harinya tetap bersikap tak ramah pada tubuh jalan tempatnya menumpang.
> > Tambahkan dengan banyaknya anak jalan yang buntu, maka jalan ini pun
> > terkenal sebagai satu rangkai labirin yang sukses menyesatkan.
> >
> > Sayangnya, meski terkenal, jalan ini tak pernah punya teman. Tak ada
> > satupun orang yang sudi ambil resiko untuk membangun pondok permanen
> > di dekatnya, dan menjadi temannya bicara ataupun bercerita. Sesekali,
> > memang ada beberapa mobil caravan yang transit. Itupun hanya karena
> > mobil-mobil yang malang ini tersesat. Yang membuat mereka terpaksa
> > bermalam satu dua hari dengan pintu mobil tertutup rapat, untuk
> > kemudian esoknya segera tancap gas tanpa pamit. "Jalan ini kelewat
> > melelahkan untuk kami," begitulah alasan mereka.
> >
> > Alasan yang saat sampai ke telinga Matahari, membuatnya makin enggan
> > untuk menyinari jalan ini. Pun seluruh tubuh jalan telah dipenuhi
> > jamur akibat lembabnya cuaca dan guyuran hujan, tetap saja Matahari
> > jarang datang. "Toh disana juga sangat sedikit ada bentuk kehidupan,"
> > begitulah Matahari beralasan.
> >
> > Alasan-alasan yang akan selalu dipermaklumkan orang-orang.
> > Bahkan juga alasan mengapa di jalan ini tak ditemukan sepotong pun
> > papan nama. "Toh jalan itu juga jarang ditapaki orang. Buat apa
> > repot-repot pasang papan nama?" demikian orang-orang beralasan, untuk
> > kemudian kembali meneruskan kesibukan.
> >
> > Jadi begitulah, malam demi malam yang tak berujung dilewati jalan ini.
> > Sementara tetesan hujan setajam jarum menusuki dan melubangi kulitnya
> > tanpa henti. Membuat tulang-tulangnya yang ngilu bergemeletukan dua
> > menit sekali.
> >
> > Tergugu menggigit bibir menahan getirnya sepi dan nyeri hati, jalan
> > yang jarang ditapaki ini pun pada akhirnya, hanya bisa meringkuk
> > sendirian.
> >
> > Dan menghela satu napas panjang.
> >
> >
> >
>

8.

(CERPEN) PITA JANJI YANG TERLEPAS

Posted by: "Divin Nahb" divin_nahb_dn@yahoo.com   divin_nahb_dn

Thu Jan 1, 2009 8:32 pm (PST)

PITA JANJI YANG TERLEPAS
by Divin Nahb
"Janji!"
"Kan kuikat janjimu!" aku ikat ujung dua untas pita, yang kedua ujung lainnya kuikat pada dua batang tiang saling berhadapan, berjarak dua puluh senti meter.
Figura puncak terpampang di hadapanku. Begitu indah seperti sebuah lukisan di atas kanvas terbesar. Dedaunan saling meliuk-liuk, melambaikan ucapan selamat pagi. Aku hanya memandang di sini. Duduk dengan lipatan kaki menyilang. Kutopangkan dagu pada kedua lutut. Tubuh ini sedikit menggigil, sesekali gigiku gemeretak.
Tiga tahun aku menunggu kepastian. Tiga tahun pula telah membuatku menjadi seseorang yang senang dalam kesendirian. Aku tak peduli apa pendapat orang tentangku. Mereka selalu berbisik membicarakanku tentang semua hal. Aku gadis teraneh yang pendiam dan dingin. Aku tidak sopan, karena aku tidak pernah menyapa bahkan berbasa-basi. Tiga tahun, aku semakin membatu. Ya, bukan gadis seperti dulu! Mungkin benar aku semakin parah bersosialisasi. Tapi bagiku, membatu itu laksana dunia damai.
"Bukankah hari itu menyakitkan untukmu?"
"Ya. Tapi itu adalah hadiah yang kuterima untuk hari ini karena telah menyakitimu!" kamu tersenyum. Entah tulus ataukah tidak, karena seakan aku menunggu hari itu, di mana kamu akan terluka.
Aku berdiri dan melangkah pelan. Bergerak ke arah mobil jip biru tua. Aku nyalakan mesin mobil, menderu lalu melaju. Jalanan masih berpusat lurus. Pada kedua sisi, pepohonan besar berdiri tegak sambil melambaikan daunnya. Sinar matahari mencuri-curi melihatku. Udara dingin pegunungan mengecup wajah dan tubuhku yang telah hangat dengan sweter. Hanya dua kendaraan yang saling menyapa di jalan ini. Beberapa pekerja pengkakas teh lalu-lalang dengan keranjang berikut alat-alatnya, yang dibawa di belakang tubuh. Sepatu bot menghiasi kaki-kaki pekerja itu.
Aku ingin sampai tempat Nadia tepat pukul sembilan. Nadia salah satu temanku yang masih membiarkan namaku tertera pada kamus pertemanannya. Sedikit heran, karena banyak temanku yang menghapus namaku begitu tahu bahwa aku sudah menjadi seperti batu. Nadia mengundangku ke rumahnya. Katanya ada moment khusus untukku, dan aku tidak boleh melewatkannya.
Dulu, sebelum tiga tahun terakhir, aku masih dapat tertawa lepas, walau hanya sesekali. Tapi setelah itu teman-teman memprotes tentang sikapku yang semakin kaku. Aku hanya menyendiri di teras samping pendopo Nadia, duduk terpaku menatap kebun tehnya yang tertata rapih di atas ratusan hektar tanah, disekitar kediamannya. Biasanya hanya segelas kopi hangat yang menemaniku menatap perkebunan itu, karena semuanya akan bosan berbicara dengan orang dingin sepertiku.
"Sampai kapan?"
"Saat rasa suka itu memudar. Dan kamu dapat meminta apa saja." Kamu membelai rambutku yang panjang, seperti menghiburku yang merasakan sakit di hati.
Rambutku tergurai. Angin memainkannya. Kedua tanganku tetap pada stir mobil yang bulat hitam. Tape tidak kunyalakan. Aku hanya ingin ditemani suara-suara alam.
"Kenapa harus dia? Tak tahukah bagaimana aku tidak menyukainya?" aku seka air mata di pelupuk.
"Aku suka dia" pelan dengan nada seperti tak enak kamu katakan.
Aku bersandar. Pikiranku banyak menyimpan memori, saat pertemuan terakhir kita. Tiga tahun aku tunggu kedatanganmu, walau sebenarnya kamu tak pernah memberitahuku kapan kita akan berjumpa. Tahun itu membuat diriku terus murung. Aku banyak melamun. Hanya memikirkan kamu dalam angan-angan imajiku. Haripun terus berdatangan, tapi yang aku lakukan cuma memikirkan kamu. Mulutku semakin bungkam, langkahku terpaut pada hati, dan lidah ini seakan semakin kelu untuk mengucapkan sesuatu selain namamu. Aku seakan menjadi gila di bawah prasasti namamu. Aku tak peduli dengan diriku. Aku hanya peduli dengan cinta. Sebuah cinta yang membuatku tak pernah lepas dari jeratannya. Dalam sudut-sudut tatapanku, selalu terpancar wajahmu.
Aku tersiksa dalam kebahagiaan yang menyesakkan. Aku mencintaimu. Kamu hanya milikku. Tak seorang pun akan mencintaimu sebesar cintaku ini. Tak seorang pun akan memahami dirimu kecuali aku. Kamu akan selalu jadi jantung hatiku, belahan jiwaku, sandaran hidupku, walau aku harus mengukirnya dengan belati tepat di dadaku.
"Siapa?"
"Audrey!" aku benci mendengar namanya. Gadis pirang keturunan negara yang entah dari mana itu, selalu membuat hidupku teramat muak. Dia pikir hanya dia yang paling pandai menaklukkan hati laki-laki. Yang selalu hebat dapat mericuhkan suasana dengan suara manja dan liukan jalannya.
Aku benci Audrey! Dan perasaan itu semakin hebat tatkala kamu mencintainya! Tapi yang kamu tahu bahwa aku membencinya, hanya itu. Tanpa tahu bahwa aku sungguh mencintaimu! Dan kau hanya menatapku dalam kasih sayang seorang sahabat. Kau hanya merasa bahwa sakitnya hatiku karena telah memilih cinta dengan seorang Audrey! Muak aku, membayangkan kau bersamanya!
***
Mobil berhenti disekitar taman rumah Nadia. Aku mematikan mesin. Berjalan menuju pendopo, di sebelah rumah tinggalnya. Tempat itu sudah ramai. Teman-teman yang seperti biasanya, datang lebih awal dariku. Kakiku naik undakan tangga setelah kulewati tiga buah mobil dan beberapa motor.
"Halo Nad!" sapaku datar.
"Akhirnya Nay, kupikir....."
"Jangan banyak berpikir," kuambil satu kopi panas di antara teh hangat dan air putih, di dekatnya.
"Ada kejutan untukmu. Pasti kau senang!" Nadia sedikit membisik.
Kedua alisku terangkat. Kejutan? Apa ada sebuah kejutan yang akan membuatku begitu terpanah? Aku diam, tak menjawabnya.
"Aku di samping Nad!" kakiku pun terhuyung menuju tempat kesukaanku.
Udara masih dingin. Para pekerja perkebunan Nadia sibuk dengan alat-alat mereka memangkas daun-daun teh. Keluarga Nadia memang tersohor sebagai juragan teh terkaya di daerah ini. Aku terus menatap mereka yang asik bekerja. Sesekali kumenyeruput kopi panas yang sudah mulai hangat. Oya, kejutan? Apa yang Nadia maksud kejutan? Apa dia pikir aku seperti gadis yang lainnya, yang meledak begitu diberikan boneka terbesar berikut cokelat bermerk ternama? Tak kupikirkan lebih dalam.
Kusapu rambut yang menghalangi mata. Kaki mulai kunaikkan dan menjajarkan dengan tempat dudukku pada bangku di depan. Jam semakin naik, begitu pula matahari di langit. Sesekali kuperhatikan ada teman-teman di sudut ujung sebelahku saling bincang. Mereka lebih asik ngobrol di sana, dari pada menemaniku di sini, yang bagi mereka mungkin percuma bicara denganku.
Detik kian hampa. Silih berganti di ujung sebelahku, teman-teman lalu lalang memandang perkebunan teh Nadia. Mereka tertawa lepas. Bahagia. Hah...aku hampir lupa bagaimana rasa bahagia itu. Suatu rasa yang membuat diri ini nyaman. Kebahagiaan yang tulus datang dari lubuk terdalam. Lamunanku menghampar begitu saja. Pikiranku seakan tenang.
Ternyata kesendirianku mengusik seseorang. Dari samping mataku, satu sosok samar mendekati. Aku tidak perduli, mungkin hanya teman-temanku yang iseng untuk menyapa. Karena memang hampir tak ada orang yang akan berlama-lama bicara denganku. Lalu untuk apa aku harus terusik oleh sosok samar yang kian mendekat?
Dia duduk, aku bergeming, "halo, Nay! Apa kabar?"
Seakan aku merasa petir menyambar di langit yang tidak mendung ini. Seakan jantungku mendadak memompa darah. Aku lemas mendengar suara itu. Suara yang sudah lama tak kudengar lagi terngiang-ngiang sampai ujung telingaku, memasuki seluruh tubuh, menggolak darah yang hampir mencuat keluar dari pori-pori kulit. Aku terpaku, memegang erat segelas kopi hangat yang seakan membeku berikut tanganku. Aku perlahan membalikkan wajah, berusaha menatapnya.....
"Re..Reza?" gugup, mataku begitu cepat berkaca.
"Nay."
"Ke mana saja?" air mataku pun jatuh.
"Aku...aku di sini. Di sini dengan kamu Nay. Nayla Pasya, gadis manis yang baru manja setelah kau tau siapa dia." Aku hanya tertawa kecil. Air mata yang sudah diseka, hanya memancarkan sinar mata yang berbinar. Sungguh, aku harus teriak ataukah harus memeluknya erat?
"Dengan siapa kamu ke sini?" tanyaku setelah sekian detik memandangnya, "Audrey?" nadaku pun merendah.
"Masa lalu Nay." Terdiam kembali. Lalu tersenyum.
Terusik. Satu sosok wanita berparas lebih cantik dari Audrey datang menghampiri, "hah...rupanya di sini Re!"
Reza, kamu menatapnya dan begitu hangat tersenyum padanya. Memanggilnya sayang. Mengenalkan dirinya padaku sebagai pengganti Audrey. Dia tersenyum lepas, begitu bahagia. Kamu katakan sangat jelas, ya...bahwa kau mencintainya melebihi apapun juga. Bibirmu mengecup jari-jemarinya di depan mataku. Bagaimana kamu begitu tenang? Bagaimana kamu membiarkan hatiku menangis? Apa kau pikir air mata hari ini untukmu tidak ada artinya? Sungguh, kamu telah menancapkan belati tepat di jantungku lalu mengoyaknya.
"Aku ingin bicara, berdua!" aku tatap tajam wanita itu, "bolehkan?"
Dia seperti menimang-nimang. Wajahnya melengos ke arahmu, setelah kamu mengiyakan, ia pun mengangguk dan pergi.
"Aku ingin menagih janjimu!" nada dingin suaraku, menyelimutiku kembali.
"Janji?" dahimu berkerut.
"Kau sudah tidak bersama Audrey lagi!" kamu hanya menatapku, lalu mengiyakan.
Aku tarik tanganmu. Memegangnya erat, seakan tak akan pernah aku lepaskan lagi. Kita berdua pun pergi.
***
Kamu membuka janji yang terucap tanpa ada pikiran apapun. Aku katakan cinta yang tak pernah aku katakan. Aku katakan bahwa aku selalu setia menunggumu. Aku katakan hanya aku yang pantas untuk cintamu. Kamu melonjak, terkaget! Aku ingin kamu sekarang!
"Tapi Nay, aku mencintai kekasihku."
"Putuskan dia! Aku ingin kamu menepati janji!" gertakku dengan wajah hanya beberapa senti di depanmu.
Kamu terdiam memandangku, "maaf Nay, aku tidak bisa!" kamu bangun menjauhiku, "permintaanmu terlalu berat. Janjiku bukan seperti itu!"
"Tapi kamu bilang apapun yang aku inginkan. Apapun!" nadaku meninggi.
"Kamu gila! Ada apa denganmu Nay? Kamu bukan orang seperti itu sebelumnya."
"Kamu yang membuatku seperti ini!" suaraku melantang.
"Gila...."
Langkahmu meninggalkanku sendiri. Seperti tiga tahun lalu, hanya ini lebih menyakitiku. Kamu yang berjanji, tapi kamu pun yang menjilat kembali. Munafik! Aku benci orang munafik! Tak ada kata-kata manis untukku dalam bibirmu, semua telah habis. Tak ada sisa, yang ada hanya kepahitan yang kau ukirkan dengan janji manismu selama tiga tahun ini.
"Reza!" sapaku dingin, sekejap kamu berbalik. Dan pisau yang tadi hanya tertancap di atas buah-buahan telah meluncur lurus dan cepat ke arah jantungmu. Tertancap tepat. Sesaat kulihat mulutmu membuka lebar menahan sakit, itulah rasa sakit yang kualami.
"Aku ingin kamu memberikan janji itu. Kamu milikku!" seperti anak yang telah dipenuhi janji oleh orang tuanya, aku pun bahagia. Tersenyum melihat kematianmu di bawah atap rumahku. Rumah yang selalu kau kunjungi sebelum kau terjerat cinta.
Di sana, pita yang kuikatkan pada ke dua tiang, tiga tahun silam pun putus. Janjimu telah kau bayar, Re!

Tangerang, Januari 2006

9a.

[Ruang Tamu] Salam Kenal :-)

Posted by: "soft_iana" soft_iana@yahoo.com   soft_iana

Thu Jan 1, 2009 8:35 pm (PST)

Assalam ,

Saya Efa Sofiana , dari Bandung. Saya baru saja bergabung di milis
ini, mudah-mudahan ada hikmah dan manfaat yang bisa saya ambil. Amiin. :-)

Wassalam .

9b.

Re: [Ruang Tamu] Salam Kenal :-)

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Thu Jan 1, 2009 10:42 pm (PST)

waalaikumsalam mbak efa,

silakan masuk.
saya punya secangkir kopi, mau? :)
pakai gula dan susu?

-retno-

-- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "soft_iana" <soft_iana@...>
wrote:
>
> Assalam ,
>
> Saya Efa Sofiana , dari Bandung. Saya baru saja bergabung di milis
> ini, mudah-mudahan ada hikmah dan manfaat yang bisa saya ambil.
Amiin. :-)
>
> Wassalam .
>

9c.

Re: [Ruang Tamu] Salam Kenal :-)

Posted by: "teha" teha.sugiyo@toserbayogya.com

Fri Jan 2, 2009 1:32 am (PST)

selamat datang di komunitas bandung sofi. teman-teman di bandung pasti
akan senang bin gumbira menyambut sofi. ada kang hadian yang penggemuk
(bukan pengurus), ada budi-magni yang menangani rumah yatim, ada bunda
ammy yang penggerak home-schooling, ada levi kru perancang extravaganza,
ada sinta dan ella, anggota arema yang hijrah ke bandung ... glodak!
masih ada teteh ayuk (yukni) dan iin di beranda buku, yang sering
ngumpet di balik buku, ada kang chandra penjaga gawang di sebuah
penerbit di cipadung, ada mbak rini sang pakar resensi yang mencerahkan
wawasan kita dengan resensi-resensi ciamiknya, ada asma sembiring yang
bertapa di pltsa lembang. dari cimahi masih ada satu kakang yang halah,
sori, saya lupa namanya. abis jarang posting sih... hehehe... dan
diharapkan dengan masuknya sofi, eska bandung, makin jreng... hwahwahwa...

soft_iana wrote:
>
> Assalam ,
>
> Saya Efa Sofiana , dari Bandung. Saya baru saja bergabung di milis
> ini, mudah-mudahan ada hikmah dan manfaat yang bisa saya ambil. Amiin. :-)
>
> Wassalam .
>
>

10.

[Catatan kaki] [Solidaritas] PENULIS SENIOR BUTUH BANTUAN KITA

Posted by: "rah_ma18" rah_ma18@yahoo.co.id   rah_ma18

Thu Jan 1, 2009 8:35 pm (PST)

Blog Entry Solidaritas untuk NH Dini Dec 17, '08 1:19 AM
for everyone

Dari diskusi goodreads, solidaritas untuk NH. Dini.

============ ========= ========= =========

Sebuah email mampir kepadaku pagi ini:

Kamu ingat wanita pengarang "Hiroko", NH Dini? Di usia senja, beliau
kini tinggal di Wisma Langen Werdhasih, Ungaran (Rumah Lansia) dan
sedang mengalami kesulitan dana untuk membiayai kesehatannya. Oleh
karena itu, beliau hendak menjual lukisannya yang bergaya dekoratif
Tionghoa seharga 3-7 juta.

Nah, jika kamu berminat, silakan hubungi Ariany Isnamurti di
08179883592. Jika belum berminat, tolong bantu sebarkan informasi ini
saja. Terima kasih.

Salam,
Fifi Juljel

SIAPA tak kenal NH. Dini? Pengarang perempuan yang menulis Pada Sebuah
Kapal (1972), La Barka (1975), Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran
(1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1998). Nama
sebenarnya Nurhayati Hardini, tapi orang kemudian mengenalnya NH. Dini.

Menjadi pengarang di usia tua tidaklah mudah. Baru di umurnya yang
lanjut, ia menerima royalti honorarium yang hanya cukup menutupi biaya
hidup sehari-hari. Tahun-tahun sebelumnya ia mengaku masih menjadi
parasit. Ia banyak dibantu oleh teman-temannya untuk menutupi biaya
makan dan pengobatan.

Tahun 1996-2000, ia sempat menjual-jual barang. Dulu, sewaktu masih di
Prancis, ia sering dititipi tanaman, kucing, hamster, kalau pemiliknya
pergi liburan. Ketika mereka pulang, ia mendapat jam tangan dan giwang
emas sebagai upah menjaga hewan peliharaan mereka. Barang-barang
inilah yang ia jual untuk hidup sampai tahun 2000.

Dini kemudian sakit keras hepatitis-B selama 14 hari. Biaya
pengobatannya dibantu oleh Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto. Karena ia
sakit, ia juga menjalani USG, yang hasilnya menyatakan ada batu di
empedunya. Biaya operasi sebesar tujuh juta rupiah serta biaya
lain-lain memaksa ia harus membayar biaya total sebesar 11 juta.

Aku speechless.. .

Yuk, kita berbuat sesuatu untuknya dan juga kepada pengarang-pengarang
lanjut usia lainnya. Aku pikir mereka pasti akan senang dikunjungi
oleh para pembacanya.. .

salam,
Amang Suramang

============ =

sumber: http://udoyamin. multiply. com/journal/ item/124/
PENULIS_SENIOR_ BUTUH_BANTUAN_ KITA

11a.

Re: (catcil) masakan pertama saya

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Thu Jan 1, 2009 10:48 pm (PST)

waduuh, trima kasih mbak loiy, tya, mbak ichen, dan mbak fety...
utk mbak fety: cinta memang luar biasa ya :), and yes, im happily
married :)

utk tya: maafkan pertanyaan bodoh ini. tapi seberapa buruk efek
maizena diganti kanji, ya? maaf dodol, hehehe

utk mbak ichen: mari, mari. kemarin mba lia udah mampir ke rumahku dan
nyobain oseng buncisku (dan omelet mi separo gosong) lhooo. gyaaa!

utk mbak loiy: yukyukyuk, wisata kuliner yuk! aku pernah nyusun daftar
peta makan tg.duren. oya, tks ya utk resepnya. boleh tanya? aku tuh
hampir selalu gosong kalo goreng telur (dan juga susah dibalik). knp
ya? aku gak pake minyak, sih. pake mentega aja sesendok, apinya juga
dah kecil. kata masku, mungkin minyaknya kurang. benarkah?

thanks for reading, guys.

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "listyarisanti"
<listyarisanti@...> wrote:
>
> Huehehehee...
> bisa aja si mba Loiy iniiiii!!!!
>
> masak bareng yuk mbaaaaa...
> khusus resep ini
> mba yang masak, ntar aku liatin terus aku cicipin deh! ^o^V
> nyammmm..nyammm..nyammmm...
>

11b.

Re: (catcil) masakan pertama saya

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Thu Jan 1, 2009 10:51 pm (PST)

eh buat nia sayang malah ketinggalan :)

maaf ya, sweetpea, ibu2 ini mulai pikun, hehehe
yukyukyuk, belajar masak bareng!
dapurku ada di bagian belakang rumah yg belum dibangun, jadi berasa
msak di udara bebas, sambil liat langit, sambil nyanyi2, sambil
merasakan sensasi titik2 air pas gerimis hihihi,
dan tentu saja, sambil menyampirkan cinta di jemuran :)
mampir ya, nia sayang
thanks for reading

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, jumiah nia robiatun
<n_groma@...> wrote:
>
> hoho.. mau nulis catcil tentang masak dah keburu keduluan retno
>
> hihi kemaren juga minggu & senin aku belajar masak:)
> waw masak itu menyenangkan baik untuk kesehatan dan psikologis
karena membuatku senang hoho..
> dan dalam memasak.. saya juga belajar memberi cinta..dan keingetan
film brownies.. hoho.. lebay..
> coz menu masakan hari senin kemaren adalah udang.. *nasib bagi yang
punya alergi udang..
> semangat retno!
> mungkin lain kalikita bisa belajar masak bareng gimana? kikikikik
> mantra yang terus aku ingat adalah "kalau ada kemauan pasti bisa"
begitulah menurut ibuku tercintah...
> btw.. kamu kan punya kepintaran membedakan makanan atau jajanan yang
enak dan mantab. saya yakin kamu bisa..
> karena kita belajar dari apa yang kita rasa:)
>
>
>
> ________________________________
> From: Bu CaturCatriks <punya_retno@...>
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Sent: Tuesday, December 30, 2008 8:01:30 AM
> Subject: [sekolah-kehidupan] (catcil) masakan pertama saya
>
>
> Masakan Pertama Saya
> Oleh Retnadi Nur'aini
>
> Saya hampir selalu punya pengalaman buruk saat memasak.
>
> Hasil masakan saya hampir selalu gosong, hangus, keasinan—atau yang
> terparah, berasap sampai memenuhi dapur—yang pada akhirnya membuat
> masakan saya tak pernah laku di meja makan (Meski, saya kira, ini
> juga didukung oleh banyak faktor lain, seperti ibu dan kakak ipar
> yang jago masak. Kakak ipar saya bahkan punya usaha katering).
> Berbagai faktor inilah yang membuat saya kemudian berpikir "Yah
> udahlah, toh semua orang emang punya bakat masing-masing. Dan masak,
> emang bukan bakat gua."
>
> Yang kemudian dikomentari orang-orang dengan "Ah, itu, mah lo-nya
> aja yang nggak mau!"
>
> Pun sudah berbusa mulut saya menjelaskan bahwa memasak itu
> merepotkan—harus mengulek, memotong, mencuci peralatan setelahnya,
> dll—dan bahwa saya tidak punya banyak waktu untuk itu. Atau bahwa
> untuk memasak itu perlu sense of taste—yang mana saya kira, saya
> tidak punya—tetap saja komentar orang-orang tentang pembelaan
> ketidakberbakatan saya memasak itu tak kunjung surut.
>
> Sementara orang-orang terdekat saya juga tak lelah untuk
> menyemangati. Mulai dari suami, ibu, ibu mertua—yang bahkan menawari
> saya bumbu kuning racikannya sendiri. "Jadi Retno nanti nggak usah
> buat bumbu lagi. Ini bumbu dasar untuk segala masakan,", sampai
> sahabat senasib, Ain. "Beneran, deh, Jo, dulu gua kira juga gua
> dikutuk di dapur. Tapi masak memang masalah kebiasaan. Sebulan lo
> rajin masak, lo akan tahu masakan kurang apa cuma dari aromanya,"
> ujar Ain. (Percayalah, komentar saya saat pertama kali mendengar ini
> adalah: "SUMPE LO??? LO DAH BISA GITU, NENG??? DAHSYAT!!!") .
>
> Anyway, seperti orang yang terkena terpaan iklan berulang-ulang,
> akhirnya saya tersihir dengan gelombang semangat positif memasak
> ini. Hari Minggu kemarin pun saya dan suami pergi berbelanja alat
> masak. Saat suami saya bermaksud membelikan 1 set panci dan wajan,
> serta merta saya menolak. "Duh, Yang, ntar aku jadi tekanan
> psikologis nih, kalo kamu beliin alat masak mahal-mahal, trus akunya
> tetep nggak bisa masak. Beli yang murah-murah aja, ya," ujar saya.
>
> Setelah membeli perkakas masak sederhana: 1 panci, 1 wajan, 1 sodet,
> 1 sendok sayur, 1 talenan, 1 pisau, dan 1 cobek, maka pada hari
> Senin pun saya mencoba memasak. Untuk pertama kalinya.
> ***
>
> Menu masakan pertama saya sederhana saja. Terdiri dari sayur sop,
> tempe goreng dan tahu goreng, plus sambal terasi. Dengan kehadiran
> ibu saya yang membimbing secara lisan, pertama-tama saya mulai
> dengan mencuci sayuran. Dilanjutkan dengan memotongi buncis, wortel,
> seledri, daun bawang, sawi, dan bakso. Karena tak tahu cara mengupas
> kentang, ibu saya pun terpaksa turun tangan untuk mengupas kentang—
> sebelumnya, saya pernah menonton cara mengupas kentang di komik
> Donal Bebek. Disitu, ada tokoh yang mengupas kentang dengan kupasan
> yang tak putus, hingga berbentuk melingkar-lingkar. Nah, karena saya
> kira mengupas kentang yang benar adalah demikian, maka saya serta
> merta mengaku pada ibu bahwa saya tidak bisa. Ternyata, ibu saya
> tidak mengupas kentang dengan cara demikian. Dari sana, saya
> mendapat satu pelajaran berharga: JANGAN PERNAH MENCONTOH CARA
> MEMASAK DARI KOMIK—TERUTAMA DONAL BEBEK.
>
> Anyway, setelah memotongi sayuran, saya pun mulai membuat bumbu.
> Dimulai dengan mengupasi bawang merah dan bawang putih. Untuk
> kemudian menguleknya bersama dengan garam dan lada. Bagian yang
> paling saya sebali dalam proses memasak. Karena mengulek itu makan
> waktu dan tenaga. Untunglah ibu saya yang cantik dan baik hati
> memberikan tips: "Dirajang kecil-kecil aja dulu, ya, Sayang,"—
> sehingga waktu mengulek saya pun menjadi lebih singkat, yang
> berbonus tangan saya tak kapalan.
>
> Setelah bumbu halus, saya pun meng-gongseng- nya dengan mentega.
> Untuk kemudian, dicemplungkan ke dalam panci air panas. Setelah itu,
> baru saya memasukkan potongan sayuran—dimulai dari bakso, wortel,
> kentang, dan buncis (yang butuh waktu lebih lama untuk matang), baru
> dilanjutkan dengan seledri, daun bawang, dan sawi.
>
> Setelah sayur sop matang, giliran tempe dan tahu yang menunggu
> antrian. Setelah memotonginya, saya pun kembali mengulek bumbu untuk
> menggoreng mereka. Lagi-lagi, berikutnya adalah bagian yang paling
> saya sebali nomor dua dalam proses memasak. Yaitu: menggoreng saat
> minyak sudah panas. Karena saya kerap parno terciprat minyak, Ibu
> pun lagi-lagi mengajari saya caranya melemparkan tempe dan tahu
> secara aman ke dalam wajan. Sambil tak henti-hentinya menyemangati
> saya, "Yang sabar ya, Sayang. Pelan-pelan aja," ujar beliau.
>
> Terakhir, mengulek sambal. Setelah membakar terasi dengan tusuk sate
> di api, saya pun mengulek makanan favorit saya ini. Dan hasil dari
> menu masakan pertama saya adalah: sepanci besar sop sayuran, 13
> potong tempe dan tahu goreng—tahunya 4 potong, dan selepek sambal
> terasi.
>
> Dengan deg-degan, saya pun menunggu bibir suami saya berkomentar.
> Dan saat dia tersenyum dan berujar "Enak Dhe! Sambalnya mantap,
> sayurnya seger, tempenya juga enak!" seketika, jerih payah selama 2
> jam itu pun musnah sudah. Tak saya hiraukan lagi pedihnya jari manis
> dan telunjuk kiri saya yang sempat tersayat pisau. Tak saya hiraukan
> lagi jari-jemari tangan saya yang jadi beraroma bawang. Tak saya
> hiraukan lagi pegal-pegal tangan seusai mengulek dan mencuci
> perkakas makan.
>
> Ah, semuanya lunas.
> ***
>
> Malamnya, saya pun meng-sms Ain dengan sukacita. "Neng! Gua dah bisa
> masak, lho! Kata masku, enaaak! Gyaaa!". Yang dibalas Ain dengan
> sms : "Yay! Selamat yaaa! Love you!" plus kiriman resep by e-mail
> keesokan harinya. Saking senangnya, tadi pagi bahkan saya memasak
> nasi goreng sebelum berangkat kerja. Dengan bumbu yang telah saya
> ulek dulu kemarin sore, tadi pagi saya bangun pukul 03.00 untuk
> menggoreng nasi.
>
> Dan saat saya berangkat kerja pukul 04.15, saya berujar pada
> suami "Ayang, aku tadi bangun pagi, lho! Goreng nasi buat kamu sama
> Ibu. Terus tadi aku juga dah bungkusin buat bekal kamu. Ntar kamu
> makan yaaa! Enak deh! Jadi bangga nggak kamu sama aku?"
>
> Yang dibalas suami saya dengan "Iya, saya banggaaa sekali sama kamu.
> Kamu hebat!"
>
> Gyaaa! Besok masak apa lagi yaaa?
> ***
> Ps:
> • Harusnya, untuk bikin sop yang enak itu pake kaldu ayam. Tapi
> karena ayam di warung habis, dan rumah kami jauh dari pasar, jadilah
> sop kemarin tidak pakai kaldu ayam. Hiks.
> • Oya, pagi ini saya juga bawa bekal nasi goreng yang tadi pagi saya
> masak. Saat bertemu OB saya, Mas Tio, saya meminta beliau
> mencicipinya. Dan kata Mas Tio yang pernah jualan nasi goreng di
> Senayan: "Enak, Mbak Retno!" (saat berkomentar, Mas Tio tidak berada
> di bawah tekanan atau ancaman-red) . Gyaaa!
>

12a.

Re: (bahasa-cerpen surealis) mimpi-mimpi sunyi

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Thu Jan 1, 2009 10:52 pm (PST)

iya, kan bergurunya sama suhu dewi cendika yg keren bgt!
ajari aku, suhu! osh!
thanks for reading, mbak

ps: mas catur sering kok jadi bahan tulisan.tapi tulisan pribadi, hehehe

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, dewi cendika
<candy_hepi@...> wrote:
>
>
>
> Wuihhhh....iniii cerpennnn emangggg kereennnn
>
> tulisannyaaaa  bu catur ini  emang bedaaa :)
> sekali2 Pak Caturnya dijadiin tokoh utamanya, hehehee.....:D
>  
> Ichen
> www.ichenzr.multiply.com
>  
>
>
>
>
> ________________________________
> From: bujang kumbang <bujangkumbang@...>
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Sent: Monday, December 22, 2008 13:13:55
> Subject: Re: [sekolah-kehidupan] (bahasa-cerpen surealis)
mimpi-mimpi sunyi
>
>
> neh satu perempuan dan ibu muda cuma ada satu kata:
>
> GILEEE NEH ORANG HEUBAT BGT buat  CERPENNYA
>
> dahsyat..... ...
>
> sukses selalu ya Mbak Retno!
>
> nb:
> mak kalo baca novel
> novel seperti apa seh yg sering mbak baca?
> BangFy mo tau aja kok setiap tulisanya tuh begitu beda dari yg lain
> bolehkan minta refrensinya?
> nih kalo boleh?
> makasih!
>
> --- Pada Sen, 22/12/08, Siwi LH <siuhik@yahoo. com> menulis:
>
> Dari: Siwi LH <siuhik@yahoo. com>
> Topik: Re: [sekolah-kehidupan] (bahasa-cerpen surealis) mimpi-mimpi
sunyi
> Kepada: sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com
> Tanggal: Senin, 22 Desember, 2008, 8:56 AM
>
>
> buat Nok hanya satu kata, "Dahsyat"
> Nok kadang aku mikir Nok selalu punya ide ok, kok bisa ya?
> Keep writing! terutama yang bau-bau surealis gitu....(BTW aku masih
tercatat di NFC kan?)
>
> Salam Hebat Penuh Berkah
> Siwi LH
> cahayabintang. wordpress.com
> siu-elha. blogspot.com
> YM : siuhik
>
>
>
>
> ________________________________
> From: Bu CaturCatriks <punya_retno@ yahoo.com>
> To: sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com
> Sent: Monday, December 22, 2008 8:41:18 AM
> Subject: [sekolah-kehidupan] (bahasa-cerpen surealis) mimpi-mimpi sunyi
>
>
> *MIMPI-MIMPI SUNYI
> Oleh: Retnadi Nur'aini
>
> Mimpi itu datang lagi. Tak peduli apakah Sunyi habis mabuk atau
> letih karena habis lembur, mimpi itu selalu datang lagi dan lagi.
> Mimpi tentang kematiannya.
>
> Kadang, settingnya adalah puncak gedung pencakar langit. Kadang,
> danau berair tenang. Kadang, parkiran kosong. Yang jelas, Sunyi
> tahu, ia akan mati disana.
>
> Semalam, settingnya adalah kamar tidur Sunyi. Dalam mimpi itu, ia
> sedang terlelap. Namun meski hanya mengenakan sehelai gaun tidur
> tipis, entah kenapa ia merasa kepanasan. Peluhnya membanjir. Rasanya
> seperti…terbakar. Sunyi membuka mata dan segera menyaksikan sebuah
> pemandangan yang menakjubkan.
>
> Luar biasa, kamar tidurnya yang mungil berubah menjadi lautan api.
> Buku-buku dan kertas digerogoti api sampai menghitam. Kepala boneka
> kesayangannya, Pak Beruang, telah terpisah dari tubuhnya. Dinding
> yang menghitam, sementara tirai-tirai yang menari-nari membelai
> wajah dan kulitnya yang terbuka. Sesuatu terdengar berderak-derak,
> tapi Sunyi tidak tahu itu apa. Ia melihat jendelanya terbuka,
> mengantarkan angin yang menerbangkan percikan-percikan api dan butir-
> butir abu yang masih hangat ke depan hidungnya. Ia bisa mencium
> wanginya. Ia bisa merasakan kehangatannya.
>
> Pelan, Sunyi meraba dadanya. Damai. Damai sekali. Ia bisa merasakan
> lidah-lidah api itu menjangkaunya dengan rindu. "Kemari Sunyi,
> kemari…," bisik mereka di telinganya. Suara berderak-derak makin
> keras terdengar, sepertinya makin dekat. Ia menatap langit-langit
> yang berkeretak dengan nyaring. Ah, suara yang merdu itu...
>
> Dalam hitungan lima detik, langit-langit itu akan rubuh menimpanya.
> Sunyi menghela napas. Sambil memejamkan mata, ia mulai berhitung.
> Lima..empat. .tiga..dua. .Sunyi membuka mata dan mendongak. Ia sudah
> siap. Ia merentangkan tangannya. Ia sudah siap. "Satu…," ucapnya.
>
> ********
>
> Sejak berumur 7 tahun, Sunyi telah tahu bahwa ia akan meninggal pada
> umur 23 tahun. Ia sudah membaca surat pemberitahuan kematiannya. Di
> atas selembar kertas yang kini telah menguning dan lusuh. Disitu
> tertulis jelas hari, tanggal, dan tempat kematiannya. Selasa, 20
> November 2007, jalan depan rumah. Tanpa dicantumkan penyebab
> kematian.
>
> Sunyi tidak sendirian. Setiap orang di kota Larut tahu waktu
> kematian mereka dari surat pemberitahuan kematian masing-masing.
> Ketika seorang anak dinggap telah dewasa, mereka akan menerima
> sepucuk surat tepat di hari ulang tahun mereka. Tingkat kedewasaan
> ini sendiri berbeda untuk setiap orang. Seorang teman Sunyi
> misalnya, Sinar, baru menerima suratnya di umur ke-10. Adik Sinar
> yang meninggal pada umur 3 bulan malah tak sempat menerima suratnya.
> Namun, surat itu telah dititipkan pada ibu Sinar, sejak kandungannya
> masih berumur 6 bulan.
>
> Tak seorangpun penduduk kota Larut yang tahu persis, sejak kapan
> orang-orang mulai menerima surat pemberitahuan kematian mereka.
> Mereka menerimanya begitu saja, meski di dalam surat tak pernah
> tercantum penyebab kematian. Bagi sebagian warga kota Larut, hal
> ini justru menguntungkan, karena mereka tak perlu dihantui tentang
> kematian mereka. Tapi sebagian lainnya justru bertanya-tanya. Dan
> Sunyi, adalah salah satunya.
>
> ********
>
> Sementara pertanyaan-pertanya an melintas di kepala Sunyi tanpa
> permisi. Apa ia akan mati dengan mata terbuka atau tertutup? Apa ada
> anggota tubuhnya yang terpisah? Berapa lama napasnya nanti akan
> tertahan? Bagaimana rupanya ketika mati nanti? Sedihkah? Marahkah?
> Damaikah? Siapa yang akan berada di dekatnya? Bagaimana ia akan mati
> nanti? Ya, bagaimana ia akan mati nanti?
>
> Tak kunjung hentinya kepala Sunyi bertanya. Seperti hiruk pikuk
> sebuah kota, tanpa satupun rambu peringatan. Riuh bertabrakan satu
> sama lain. Kepala Sunyi nyaris meledak karenanya. Pelan-pelan
> dikuburkannya puluhan pertanyaan itu ke dalam alam bawah sadarnya.
> Dan sejak itulah, Sunyi mulai bermimpi.
>
> Saat pagi menjelang, Sunyi terbangun dan menatap gelas air di
> samping tempat tidurnya. Bagaimana kalau ia terjatuh seperti gelas
> ini? Menyerahkan sepenuhnya pada gaya gravitasi dan terhempas dengan
> pedih tak terperi. Hancur berkeping-keping.
>
> "Prang!"
>
> Gelas itu terjatuh. Pecahannya terserak di kamar Sunyi. Perlahan
> Sunyi turun. Tangannya meraih sepotong pecahan. Membayangkan sisi
> pecahan kaca yang tajam itu menggores nadinya yang melintang biru,
> merasakan darah kentalnya meleleh keluar. Pelan-pelan. Pelan-pelan.
> Saat mencuci wajah, Sunyi bermimpi sedang menenggelamkan dirinya,
> membiarkan paru-parunya menggembung bengkak, merasakan dingin air
> membasuh kulitnya.
>
> Saat sarapan, Sunyi bermimpi untuk sarapan dengan teh dan segenggam
> Lithium dan Veronal. Mencecap rasa pahit dengan lidahnya, dan damai
> dalam lelap yang akan tercipta.
>
> Saat berada dalam lift, Sunyi bermimpi lift itu terjatuh dari lantai
> 46, membanting tubuhnya dengan suara hantaman yang menggetarkan
> tulang-tulang persendian.
>
> Saat menyeberang jalan, Sunyi bermimpi sebuah truk kontainer akan
> melindas tubuhnya, meremukkan kepalanya, dengan suara rem yang
> berdecit-decit. Lalu orang-orang akan merubungi seperti lalat
> sambil bergumam-gumam "Waktunya sudah tiba.."
>
> Dan Sunyi bermimpi, dan bermimpi, dan bermimpi….di setiap detik sisa
> hidupnya. Sampai waktunya tiba.
>
> ********
>
> Tentu saja, situasi ini juga bukan pertama kalinya terjadi. Puluhan
> orang mengamuk saat menerima surat mereka. Puluhan lagi menangis
> menjadi-jadi dan menderita depresi berkepanjangan.
>
> Dulu, pernah ada sejumlah orang yang mencoba berpikir logis dengan
> melacak alamat kantor pos pengirim. Mereka gagal. Kantor pos itu tak
> pernah ditemukan. Surat-surat terus berdatangan, dan ratusan orang
> yang menjadi gila terpaksa dikirim ke rumah sakit jiwa. Menunggu
> waktu mereka disana.
>
> Tapi seiring dengan bergulirnya waktu, orang-orang ini mulai sadar
> betapa sempitnya waktu yang mereka punya. Satu persatu mereka mulai
> pulang, menata hidup bersama orang-orang yang mereka cintai. Meminta
> maaf atas semua hal buruk yang telah mereka lakukan. Dan berterima
> kasih atas semua hal baik yang telah mereka dapatkan.
>
> Begitulah waktu berjalan dengan damai di kota Larut, hari demi
> hari....
>
> ******
>
> 20 November 2007, dini hari.
>
> Sunyi terbangun dengan perasaan segar. Hari ini adalah waktunya. Ia
> segera bersiap-siap mandi. Lalu mengenakan gaunnya yang terbaik,
> yang sudah diseterika sampai licin semalam. Sekilas ia menatap
> langit dari jendela. Ia selalu suka pagi hari.
>
> Sambil sarapan semangkuk sereal, ia menatap sekitarnya. Rumah sudah
> dirapikan. Sampah sudah dibuang. Ia sudah berdoa di gereja. Semua
> sahabat, dan teman kantor sudah menghubungi untuk mengucapkan
> selamat berpisah. Kemarin, ayah ibunya juga sudah datang. Katanya,
> mereka sudah menyiapkan sebuah nisan dan satu upacara pemakaman
> sederhana, pada keesokan harinya.
>
> Kemarin, bersama-sama, mereka juga sudah melihat peti-nya. Tempat
> tidur Sunyi yang terakhir. Untuk selama-lamanya. Peti itu sederhana,
> tanpa ukiran apapun, tapi terbuat dari kayu yang kuat. Di dalamnya,
> Ibu Sunyi sudah menyiapkan Pak Beruang kesayangannya.
> Semuanya sudah siap.
>
> Sunyi menatap jam dindingnya. 05.00. Mungkin, lebih baik kalau ia
> berjalan-jalan sebentar. Ia segera menyambar jaket dan dompetnya,
> lalu mengunci pintu. Di luar, hari masih pagi. Waktu penuh
> kedamaian.
>
> Jalanan masih lengang. Para penjual sayur dan buah sedang memilih-
> milih dagangannya yang busuk. Beberapa pria bercelana pendek sedang
> lari pagi. Tukang parkir depan rumahnya tampak terkantuk-kantuk.
> Sekilas mereka bertatapan, dan tersenyum maklum. Ia tahu. Hari ini
> adalah waktunya Sunyi.
>
> Kaki-kaki Sunyi berbelok di tikungan.
>
> Matanya masih sempat menangkap kilatan cahaya terang yang
> menyilaukan. Samar-samar telinganya mendengar suara klakson mobil.
> Dan bunyi rem yang berdecit-decit.
>
> ******
> Tikungan jalan depan rumah Sunyi banjir darah. Gaun putih Sunyi
> tampak memerah karena darah yang merembes. Orang-orang mulai
> merubungi seperti lalat. Tak seorang pun memanggil ambulans. Tak
> seorang pun memanggil polisi. Tak seorang pun menyalahkan pengemudi
> truk kontainer. Mereka cuma bergumam-gumam dengan bising. "Waktunya
> sudah tiba..."
>
> Setengah jam kemudian, orang tua Sunyi datang. Dengan sigap, mereka
> segera mengambil mayat Sunyi yang berkepala remuk, lalu membawanya
> pulang ke rumah duka. Sementara kerumunan orang mulai bubar.
>
> Pengemudi truk kontainer kembali menyalakan mesinnya. Para penjual
> sayur dan buah mulai membuka kiosnya. Beberapa pria bercelana pendek
> kembali melanjutkan lari pagi. Dan tukang parkir depan rumah yang
> masih terkantuk-kantuk, mulai menyalakan peluitnya. Semua kembali
> bertugas. Semua kembali terjaga.
>
> Di kota Larut, pagi ini masih satu pagi yang damai.
>
> ********
>
> * Dimuat di majalah Femina, edisi April 2008, dengan judul "Sunyi"
>
>
>
>
> ________________________________
> Lebih bergaul dan terhubung dengan lebih baik.
> Tambah lebih banyak teman ke Yahoo! Messenger sekarang!
>
>
> Get your preferred Email name!
> Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.
> http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/
>

13a.

Re: (bahasa-cerpen) hari-hari nn.grey

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Thu Jan 1, 2009 10:54 pm (PST)

ah, masa komen suhu dewi cendika dianggap dudul?
enggak lah mbak :)
nn.grey ini ketemunya sama awan merah muda, mbak.
yg ajak dia pesiar ke angkasa :)
thanks for reading yaaa

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, dewi cendika
<candy_hepi@...> wrote:
>
> hehehe...........
> mungkin si nn grey mesti ketemu sama Tn. white (ups jangan..krn
..Tn White pasti pendiam ya? )
> gimana klo sama Tn. Black (ahhhh....lagi2 jangan......ntar nn Grey
jadi semisterius Tn black..kikikik)
> mending ketemu sama Tn Pelangi...yg suka pake baju warna warni yak
heheheeee......
>
> hihihi...jangan dianggep ya, jeungggg......komenku ini ....komen
dudul :D
>
> yg jelas.... baca cerpenmu, aq sll bilang : ini bener2 tulisan
 retno banget! 
>
>  
> Ichen
> www.ichenzr.multiply.com
>  
>
>
>
>
> ________________________________
> From: Bu CaturCatriks <punya_retno@...>
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Sent: Tuesday, December 30, 2008 8:10:16
> Subject: [sekolah-kehidupan] Re: (bahasa-cerpen) hari-hari nn.grey
>
>
> dear mbak novi yg baik,
>
> gyaaa! terima kasih utk komennya.
> sipsip, utk masukannya. aku masih belajar nulis, nih, mbak novi. dan
> mungkin nn.grey ditulis pas aku lagi pesimis, hehehe, jadi kebawa.
> sekali lagi, thanks lho, utk komen dan masukannya.
> bersemangat!
>
> salam kenal,
>
> -retno-
>
> --- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, novi ellnine
> <noviellnine@ ...> wrote:
> >
> > Dear Bu Retnadi Nur'aini
> >
> > Tulisan ini apik, rapih dan mengalir dengan baik. Gambaran
> kehidupan Nn.Grey mungkin mewakili, atau mungkin pasti ada yang
> merasa 'itu seperti kehidupan diriku', at least mirip. Sayangnya
> Nn.Grey bukan wanita optimis...
> >
> > Nuansa tulisan ini seperti sebuah gambaran dalam novel-novel
> western, bukan Indonesia minded. Soalnya ada sandwich tuna dan
> apartemen.
> > Kalau tulisan ibu dilanjutkan dengan perubahan Nn.Grey yang kelabu-
> -seperti namanya, menjadi wanita optimis, akan membuat hati pembaca
> bersemangat dalam menjalankan hidup mereka. 'Semangat' dalam sebuah
> tulisan dapat memacu semangat pembacanya. Kalau membaca gaya hidup
> Nn.Grey ini bikin lemes hari baru indah di penghujung Desember.
> >
> > Ditunggu tulisan berikutnya ya Bu.
> >
> > Salam, Novi de Sapporo
> >
> > --- On Tue, 12/30/08, Bu CaturCatriks <punya_retno@ ...> wrote:
> >
> > From: Bu CaturCatriks <punya_retno@ ...>
> > Subject: [sekolah-kehidupan] (bahasa-cerpen) hari-hari nn.grey
> > To: sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com
> > Date: Tuesday, December 30, 2008, 8:28 AM
> >
> > Hari-hari Nn. Grey
> > oleh Retnadi Nur'aini
> >
> > Nn. Grey adalah seorang juru ketik yang tinggal di Kota Pelangi.
> > Setiap pagi, gadis muda berwajah biasa-biasa saja ini akan
> > menggelung rambut hitamnya menjadi sebuah sanggul kecil. Kemudian
> > mengenakan setelan abu-abu yang sewarna dengan matanya. Dengan
> > sepasang kaki mungilnya terbungkus sepatu hitam yang disemir
> > mengkilap, Nn. Grey akan berjalan kaki ke kantor tempatnya telah
> > bekerja selama sepuluh tahun lamanya.
> >
> > Setibanya di tempat kerja, ia akan memasang selembar kertas polos
> di
> > mesin ketiknya. Dan mulai bekerja selama berjam-jam. Sampai tiba
> > waktunya makan siang. Itulah saat sejumlah pria dan wanita dari
> > kantor sebelah akan memasuki pintu kantornya. Mereka datang untuk
> > mengajak makan siang.
> >
>
>
>
>
> New Email addresses available on Yahoo!
> Get the Email name you&#39;ve always wanted on the new @ymail and
@rocketmail.
> Hurry before someone else does!
> http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/
>

14a.

Re: (Inspirasi) Cuci Gudang

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Thu Jan 1, 2009 11:03 pm (PST)

terima kasih utk inpirasinya, pak teha
semoga sekarang gudang kita bersih dr debu, sampah dan kotoran hati.
utk kemudian, membiarkan sinar matahari menghangatkan gudang hati dan
jiwa ini...

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, teha <teha.sugiyo@...> wrote:
>
> /*Inspirasi*/
>
> *CUCI GUDANG*
>
> /*Oleh Teha Sugiyo*/
>
> Pada detik-detik menjelang akhir tahun, hampir di setiap perempatan
> jalan, semakin marak spanduk atau baliho besar-besar yang memasang
iklan
> tentang "/Year End Sale"/ dengan diskon gede-gedean. Ada diskon lebih
> dari 20%, 30%, 50% bahkan sampai lebih dari 70%. Perang diskon, -
> umumnya produk /fashion, /- dengan aneka warna spanduk mencolok sudah
> menjadi hal lumrah dalam dunia bisnis. Iklan dalam spanduk-spanduk itu
> seolah berebut perhatian dari siapa pun yang menatapnya, sehingga
mereka
> tergiring untuk datang ke tempat belanja yang dimaksud. Kita diingatkan
> oleh David Ogilvy, "Iklan yang kreatif adalah iklan yang bisa berhasil
> menjual produk atau jasa".
>
> Mencermati produk-produk penjualan akhir tahun, ada kebiasaan yang
> dilakukan pemilik toko busana untuk senantiasa melakukan program cuci
> gudang. Setiap produk, khususnya /fashion,/ memiliki siklus hidup
> masing-masing (/product life cycle). Fashion/ sangat tergantung pada
> /trend /mode yang berlaku saat itu. Konon, ada kecenderungan bahwa
> produk /fashion /senantiasa berganti model setiap 3 bulan. Dengan
> demikian model-model yang sudah tidak ngetren, selalu diletakkan di
> bagian belakang, sedangkan pada bagian depan, yang mudah ditangkap mata
> pengunjung, senantiasa dipajang produk-produk baru. Oleh karena itulah
> jika kita memasuki sebuah toko busana, apakah itu butik, /factory
> outlet/ atau /departement store, /kita jumpai barang-barang baru yang
> dipajang pada deretan yang mudah ditangkap mata pengunjung.
>
> Bagaimana nasib barang-barang lama? Itulah yang menjadi barang diskon.
> Semakin lama usia barang tersebut, semakin besar diskon yang diberikan.
> Hal itu dimaksudkan supaya barang-barang lama cepat habis dan
digantikan
> oleh barang-barang baru. Lha kalau barang-barang itu tidak habis?
> Biasanya diputar atau disalurkan ke tempat lain yang sekiranya masih
> dapat menerima atau masih dapat menjualnya. Jika memang kondisinya
sudah
> mentok, tidak laku dijual, maka barang-barang itu akan dipilah-pilah
dan
> dipilih-pilih. Barang-barang yang masih layak pakai, akan disumbangkan
> ke panti-panti asuhan, panti sosial, korban bencana atau siapa pun yang
> memerlukannya. Barang-barang yang tidak layak pakai, dimusnahkan.
Dengan
> demikian, di gudang senantiasa ada barang baru, karena selalu ada
> pembaharuan, /renewal./
>
> Momentum akhir tahun, menggiring kenangan tentang "cuci gudang". Hidup
> kita, mirip dengan gudang itu. (Dani pernah menuliskan hal ini dengan
> begitu bagus. /Tx Abi Nibras/). Saban tahun kita coba lagi untuk
> melakukan "cuci gudang". Barang-barang lama, yang sudah tidak terpakai,
> yang usang, yang tak berguna, hal-hal negatif, yang menimbulkan
rusaknya
> relasi kita dengan sesama: dendam, iri hati, kebencian, sakit hati,
> kemarahan, kejengkelan, gosip, dan yang membuat orang lain tidak senang
> dengan kita, kita buang, kita singkirkan. Barang-barang yang masih
> bermanfaat kita rawat: cinta, kasih sayang, perhatian, kepedulian,
> kedermawanan, empati, kejujuran, kesetiaan, kerendahan hati, dan
> keramah-tamahan tetap kita pertahankan. Kita juga senantiasa perlu
> memasukkan barang-barang baru: pengetahuan, wawasan, keterampilan,
> perilaku, pengalaman, yang memungkinkan kita untuk terus menerus baru,
> segar, menyenangkan, pertanda tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik,
> lebih baik dan lebih baik lagi. /Continuous improvement! /
>
> "Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu.
> Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan",
> kata Mario Teguh dalam /Golden Ways./
>
> Mari kita belajar dari pengalaman hidup yang terpahat pada batu nisan
> dalam kuburan bawah tanah di Westminter Abbey, London, 1100 M.
>
> "/Tatkala aku masih muda serta bebas dan imajinasiku mengembara tanpa
> batas, aku bercita-cita untuk mengubah dunia. Tatkala aku semakin tua
> dan bijaksana, aku menyadari bahwa dunia tak akan berubah, dan aku agak
> memendekkan sasaranku serta memutuskan untuk mengubah negriku saja.
> Namun itu pun tampaknya tak dapat diubah. /
>
> /Tatkala aku kian jauh mengarungi masa tuaku, dalam suatu upaya yang
> nekat, aku berniat keras untuk mengubah keluargaku, namun aduh, mereka
> pun tak berbeda. Dan tatkala aku berbaring di ranjang kematianku, aku
> tiba-tiba menyadari: Andaikata dulu aku pertama kali mengubah diriku
> sendiri saja, melalui teladan barangkali aku berhasil mengubah
> keluargaku. Dari inspirasi dan dorongan mereka, aku seharusnya mampu
> memperbaiki negeriku dan, siapa tahu, aku mungkin bahkan mampu mengubah
> dunia"./
>
> Waktu, adalah rangkaian momen yang memesona. Banyak hal dan peristiwa
> yang dapat kita bagi bersama. Keindahan momen-momen yang kita alami
> bersama merupakan suatu anugerah tak terlupa.
>
> Waktu terus berlari. Tahun-tahun datang dan pergi, tetapi berkat dan
> kasih Tuhan tiada pernah berhenti.
>
> Apa yang nampaknya sebagai suatu akhir, penghabisan, bisa jadi
merupakan
> awal yang baru. /What appears to be the end, may really be a new
beginning./
>
> Selamat tinggal tahun 2008. Selamat datang harapan baru di tahun 2009!
>
>
> *PS.*
>
> Pada kesempatan akhir tahun ini, izinkanlah saya mengucapkan terima
> kasih kepada semua rekan keluarga besar Sekolah Kehidupan, khususnya
Pak
> Sinang Bulawan dan para anggota kabinet serta BPH Eska, yang selama
> tahun 2008 telah memberikan banyak pengalaman dan kesan berharga lewat
> kerjasama, suka-duka, saling berbagi dalam persahabatan, persaudaraan
> dan perdamaian.
>
> Lewat forum ini pula dari dasar hati yang paling dalam, saya mohon maaf
> atas segala tutur kata, perbuatan maupun sikap yang kurang berkenan
> kepada rekan-rekan keluarga besar eska. Mari kita songsong tahun 2009
> dengan penuh harapan dan optimisme untuk menjadi lebih baik, lebih baik
> dan lebih baik lagi! Mari kita miliki semangat /willingness to do
more./
> Sukses dan Tetap Semangat!
>
>
> l/ive as if you were to die tomorrow//
> learn as if you were to live forever
> (Mahatma Gandhi)/
>

15.

MASA KALAH SAMA ANAK KECIL? (CATATAN KAKI)

Posted by: "arya noor amarsyah arya" arnabgaizir@yahoo.co.id   arnabgaizir

Fri Jan 2, 2009 1:34 am (PST)


 
MASA KALAH SAMA PENULIS CILIK?
 
            Pernah dengar kisah Ataka, seorang penulis cilik yang menulis buku dengan judul "Misteri Pembunuhan Penggemar Harry Potter?"
Penulis cilik yang ketika menulis buku ini baru masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), berhasil menuliskannya hingga 660 hal, suatu buku yang cukup tebal.
Dalam wawancara dalam acara Kick Andy, Ataka ditanya, "Darimana datangnya ide-ide dalam tulisan?"
Ataka menjawab, "Dari mana saja, dari film atau dari buku yang dibaca. Sewaktu kecil, saya sering diceritakan dongeng oleh ibu. Begitu agak besar, saya coba membacanya sendiri. Saya mulai membaca novel."
            Buku "Misteri Pembunuhan Penggemar Harry Potter" merupakan buku ketiga. Buku pertamanya setebal 200 hal, buku keduanya setebal 115 hal dan insya Allah (dalam proses) buku keempatnya akan setebal 800-an hal.
            Ketika ditanya berapa lama Ataka menyelesaikan buku yang setebalnya 660 hal itu?
            Ataka menjawab, "3 minggu."
            "Dari mana ide buku "Misteri Pembunuhan Penggemar Harry Potter" itu diperoleh?"
            "Saya suka membaca karya Sir Arthur Conan Doyle. Penulis ini pandai menggambarkan tokoh Sherlock Holmes yang piawai dalam menganalisa. Diceritakan bahwa Sherlock Holmes dengan hanya melihat benda saja dapat menggambarkan pemilik benda itu secara detil." (Untuk lengkapnya silahkan saksikan dan dengarkan dalam video yang berjudul "Cara Gila Menulis Buku 1" lihat arnab20.multiply.com)
            Ide tulisan bagi Ataka bukan merupakan hal yang sulit. Dia dapatkan dari mana saja, dari film atau dari buku yang dibacanya. Salah satunya dari buku-buku detektif Sherlock Holmes.
            Kisah Ataka ini, saya ceritakan kepada seorang teman. Teman itu berkata, "Anak kecil itu khan daya imajinasinya kuat."
            Mendengar komentar teman ini, saya menyetujuinya. Namun saya kembali berpikir, "Jika anak kecil pandai berimajinasi, tentu seorang remaja, orang dewasa bisa juga melakukannya. Yang dilakukan hanyalah, berandai-andai. Bahkan mungkin hasil karya seorang remaja dan dewasa lebih masuk akal. Karena dia akan mengkombinasikan antara imajinasi, pengetahuan, pengalaman dan fakta."
            Sudah 3 buku yang dihasilkan oleh Ataka. Jumlah masing-masing bukunya juga tidak bisa dibilang tipis. Suatu prestasi yang patut diacungkan jempol, untuk ukuran anak sebesar Ataka.
            Walau buku pertamanya baru dapat dirampungkan setelah menghabiskan waktu selama setahun, tetapi tetap saja patut diacungkan jempol. Bagaimana tidak diacungkan jempol, saya saja belum satu buku pun yang dihasilkan (untuk tulisan sendiri)? Coba tanyakan pada diri kita masing-masing, adakah dalam 1 tahun kita menghasilkan 1 buku?
            Jempol diacungkan kepada Ataka akan semakin banyak, ketika diketahui bahwa Ataka dapat menyelesaikan buku setebal 660 halaman dalam 3 minggu. Di saat di wawancara, Ataka sedang menyelesaikan buku yang diperkirakan tebalnya akan mencapai 800-an halaman.
            Ketekunan, konsistensi, kedisiplinan, komitmen merupakan sesuatu yang ada dalam diri Ataka. Menjadi penulis Top Banget dimulai dari sini. Begitu yang ditulis kang Arul Khan dalam bukunya Jadi Penulis TOP BGT. Komitmen yang harus dijaga. Jika sudah berkomitmen menulis selama 1 jam dalam sehari, maka hal itu harus ditunaikan. Apapun hasilnya. Yang terpenting, mulai pukul 19.00 misalnya, kita harus duduk di depan komputer dan mulai menggerakkan jari jemari di atas tuts -komputer atau mesin ketik-.
Tanpa komitmen, buku setipis apapun tidak akan selesai. Jika tidak ada komitmen, tulisan 1 lembar bahkan 1 paragraf pun tidak akan muncul. Itulah pentingnya membiasakan diri untuk menulis, sebagaimana yang diucapkan oleh mbak Helvy Tiana Rossa.
Untuk menjadi seorang penulis, menurut mbak Helvy, harus mengupayakan kebiasaan menulis. Bahkan, penulis sekaliber Korrie Layun Rampan, setiap hari menulis satu lembar kertas. Menurutnya, "Sebaiknya setiap hari menulis, minimal satu paragraf." (Warta Kota, Jumat 26 Desember 2008 hal.3)
arnabgaizir.blogspot.com
arnab20.multiply.com

Pemanasan global? Apa sih itu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com
16.

koreksi judul

Posted by: "arya noor amarsyah arya" arnabgaizir@yahoo.co.id   arnabgaizir

Fri Jan 2, 2009 1:38 am (PST)

Assalamu'alaikum wr wb
 
Judul yang tertulis salah bukannya Masa Kalah Sama Anak Kecil yang benar Masa Kalah Sama Penulis Cilik

arnabgaizir.blogspot.com
arnab20.multiply.com

Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
Recent Activity
Visit Your Group
Share Photos

Put your favorite

photos and

more online.

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Health Groups

for people over 40

Join people who are

staying in shape.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: