Kamis, 29 Januari 2009

[daarut-tauhiid] Nikah.......Sudah Siapkah???

NIKAH…SUDAH SIAPKAH? Kamis, 29 Januari 2009
sumber: http://www.warnaislam.com/umum/renungan/2009/1/29/23460/NIKAHSUDAH_SIAPKAH.htm

Medan
juang itu tidak semudah medan berbuat, medan berbuat itu tidak semudah
medan berbicara medan berbicara itu tidak semudah medan berpikir.
Tulisan ini ane buat dalam rangka ta'awwanu alal birri wataqwa.

"Dan
di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang mengetahui." (Qs. AR-Rum: 21)

Terkadang apa yang kita perjuangkan tidak
selamanya membuahkan hasil yang kita inginkan. Banyak keinginan kita
yang Allah tunda kedatangannya, bahkan ada yang keinginannya tersebut
Allah ganti dengan kehendak-Nya. Yakinlah bahwa pilihan Allah itu
adalah pilihan terbaik, pilihan Allah itu adalah pilihan yang paling
terbaik, berhusnudzonlah terhadap yang Allah berikan kepada kita.Yang
jelas jika keinginan kita tidak tercapai, janganlah sekali-kali untuk
menyesali hal tersebut, termasuk menyesali ketika jodoh kita tak
kunjung datang.

Ane pernah dengar sebuah nasihat pernikahan dari Quraiys Shihab,
menurut beliau jodoh itu bukan dilihat dari kemiripan muka, bukan
dilihat dari wajah yang mirip antara laki-laki dan perempuan tersebut.
Tapi jodoh itu dilihat dari kemiripan kebiasaan kehidupan sehari-hari
kita, misalkan orang yang suka dhuha pasti akan berjodoh dengan orang
yang suka dhuha pula, begitu juga orang yang suka bershaum senin-kamis,
maka Allah akan menjodohkannya dengan seseorang yang suka shaum
senin-kamis juga. Allah mendasari perjodohan kita dengan sebuah
kebiasaan kita, kebiasaan yang senantiasa berbuah kemanfaatan. Maka,
jika kita ingin berjodoh dengan perempuan/ laki-laki yang saleh/ah maka
yang pertama harus kita lakukan adalah bermuhasabah diri,
sejauh mana tingkat keshalehan kita, sejauh mana penghambaan diri kita
kepada Allah. Jangan sampai kita meminta jodoh yang shaleh/ah tapi
kondisi iman kita jauh dari makna tersebut. Allah berfirman:
Wanita-wanita
yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji
adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik
adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari
apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan
dan rezki yang mulia (surga)." (An Nur 26).

Yang kedua yang harus kita lakukan dalam mencari jodoh adalah memperhatikan kelurusan niat
kita. hal ini sangat penting sebgai dasar pondasi kita kedepan dalam
membangun rumah tangga, jangan sampai niat kita hanya sebatas, maaf
hanya mencari nafkah batin saja. tapi diluar itu essensi dari sebuah
pernikahan adalah mengharapkan ridho Allah dengan cara mengikutu sunnah
yang telah Rasul ajarkan. Tentunya hal tersebut juga harus di raih
dengan cara yang halal.
Rasulullah bersabda "Barangsiapa
yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun
buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu
dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya,
Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya
karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang
menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan
kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga
pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah
senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya."(HR. Thabrani).
"Janganlah kamu menikahi wanita
karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina.
Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta
/ tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita
karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun
buruk wajahnya adalah lebih utama". (HR. Ibnu Majah).
Ketiga
yang harus kita persiapkan adalah bekal nikah. Baik itu ilmu, mental
maupun harta/ finansial. Ilmu akan senantiasa menjadi penunjuk arah
jalan rumah tangga. Dengan ilmu ini kita dapat menilai kualitas rumah
tangga dari pasangan tersebut sejauh mana ketahanan mereka dalam
mengarungi bahtera ini. Orang yang telah berilmu dalam nikah ini,
ketika dihadapi dengan permasalahan rumah tangga mereka akan senatiasa
menjadikan masalah tersebut sebagi bumbu kahangatan yang akan
merekatkan hubungan tersebut. Beda dengan orang yang nikah tanpa
dilandasi ilmu, pasangan ini senantiasa tidak akan kuat menghadapi
rintangan, mudah goyah dan cenderung putus asa yang ujung-ujungnya akan
menghadirkan sebuah keputusan yang Allah benci yaitu perceraian. Nabi
bersabda: "Pekerjaan Halal yang paling dibencii oleh Allah adalah talak
(H.R. Abu Daud dan Ibn Majah).


Selain ilmu yang perlu kita persiapkan
adalah terkait dengan mental pra dan pasca nikah kita. Kesiapan mental
salah satunya terukur dari sejauh mana anda sanggup menerima pasangan
dengan segala keunikannya, baik atau buruk dia adalah isteri anda.
Mental perlu diperhatikan dalam rangka untuk mempersiapkan perubahan
status social, yang tadinya individu / anak dari seorang ayah/ ibu,
maka statusnya akan berubah jadi suami/ isteri ataupun Ayah/ ibu dari
anak-anaknya nanti kelak. Belum lagi nanti ketika berbaur dalam
kehidupan masyarakat, maka status sosialnyapun tentu akan akan berubah
juga. Dalam hal ini dituntut sebuah kesiapan mental disertai dengan
tanggungjawab yang besar agar nanti perubahan tersebut dapat diterima
di lingkungan sekitar kita dan kitapun tidak kalah dengan perubahan
tersebut.
 
Walaupun bukan hal yang utama, yang
kita perlu persiapkan dalam pernikahan adalah salah satunya mengenai
kesiapan financial, konteks ini tidak melihat dari sudut materialistic
tapi lebih ke sudut realistik. Karena kebutuhan finansial rumah tangga
akan terdebit secara kontinu dan banyak variasinya. Misalkan Untuk
membentuk keluarga Islami dalam rumah tangga tentunya banyak pembiayaan
yang kita butuhkan dalam menyekolahkan anak-anak atau menafkahi
kebutuhan sehari-hari isteri, hal ini realitas yang tak bisa dihindari
dan realistik di sini juga bukan berarti muluk-muluk apalagi
berlebihan. Finansial rumah tangga yang realistis adalah ekonomi rumah
tangga yang dikategorikan layak, bukan kaya tapi bukan pula di bawah
garis kelayakan.
---------------------
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]


[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
mailto:daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: